Blog Kami

Internal Medicine

Tatalaksana Hipernatremia atau Hiponatremia Pada Pasien Stroke di Instalasi Gawat Darurat: Fokus Hiponatremia

Salah satu kondisi gawat darurat dan mengancam nyawa pada pasien stroke adalah gangguan kadar natrium plasma (hipernatremia atau hiponatremia). Hipernatremia dapat memicu kejang pada pasien stroke akut, sedangkan hiponatremia dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Fisiologi hemostasis keseimbangan air adalah faktor penting yang mempengaruhi kadar natrium plasma. Keseimbangan natrium dan air dalam tubuh di atur oleh dua sistem, yaitu: osmoreseptor dan HPA aksis. Sedangkan, mekanisme retensi dan sekeresi natrium diatur oleh baroreseptor yang bekerjasama dengan hormon vasopresor, sistem vaskuler dan nefron ginjal. Mekanisme retensi dan sekresi natrium adalah sistem yang mempengaruhi respon jangka pendek dan panjang terhadap perubahan volume sirkulasi.

3 Oct 2016
Article thumbnail

Internal Medicine

Rekam Medis Lengkap vs Waktu Untuk Pasien

Itu adalah slogan yang pernah viral di medsos, ditulis di sebuah spanduk RS Pendidikan. Sebuah spanduk untuk mengingatkan residen tentang pentingnya mengisi kelengkapan rekam medis. Memang, masalah rekam medis adalah masalah yang pelik. Salah satu syarat dari akreditasi rumah sakit versi KARS maupun JCI mensyaratkan kelengkapan dan kerapian administrasi rekam medis. Namun, indahnya slogan tidak mudah diaplikasikan. Kita semua tentu sepakat bahwa rekam medis yang lengkap adalah hal penting dalam tatalaksana pasien yang komprehensif. Secara medikolegal, rekam medis yang lengkap adalah "tameng" bagi dokter jika suatu saat dituntut pasien di era mal praktek seperti saat ini.

1 Oct 2016
Article thumbnail

Internal Medicine

Bagaimana Merujuk Pasien Status Epileptikus di PPK 1

Status epileptikus (SE) adalah bangkitan kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau ada dua bangkitan kejang atau lebih dimana di antara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran. Data klinis menunjukkan bahwa ketika aktivitas epileptik terjadi dalam waktu 30 menit, akan terjadi kerusakan neuron otak yang permanen meskipun telah dilakukan pengontrolan tekanan darah, respirasi dan suhu tubuh. Hal inilah yang menjadi dasar kenapa dipilih angka 30 menit. Pada beberapa penelitian terbaru, ditemukan bahwa kerusakan neuronal menjadi irreversible dan mengalami farmakoresistensi sebelum 30 menit. Pada umumnya aktivitas epileptik akan berhenti spontan setelah lima menit. Hal ini yang menjadi dasar pemberian terapi anti-kejang harus segera diberikan setelah kejang berlangsung selama lima menit, tanpa harus menunggu durasi kejang 30 menit.

30 Sep 2016
Article thumbnail

Internal Medicine

Diltiazem vs Nikardipin: Terapi Anti-Hipertensi Intravena dalam Tatalaksana Hipertensi Emergensi pada Pasien Stroke Akut

Hipertensi emergensi adalah komplikasi yang sering dijumpai pada pasien stroke fase akut di Intalasi Gawat Darurat (IGD). Dokter IGD perlu memiliki pengetahuan update tentang tatalaksana hipertensi emergensi pada pasien stroke akut. Sehingga, outcome klinis dan prognosis pasien stroke akut yang datang ke IGD lebih baik. Salah satu issue penting dalam tatalaksana pasien stroke akut adalah penggunaan diltiazem intravena pada pasien stroke akut yang memiliki komplikasi hipertensi emergensi. Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi ( > 180/120 mmHg) sehingga mengakibatkan kerusakan organ target yang pprogresif (eg ensefalopati, kerusakan jantung dan insufisiensi ginjal). Hipertensi emergensi terjadi pada 22,5% pasien stroke. Sedangkan 77,8% pasien stroke mengalami hipertensi akut (Tekanan Darah Sistolik > 140 mmHg pada satu jam pertama setelah serangan stroke.

29 Sep 2016
Article thumbnail

Internal Medicine

Diagnosis dan Terapi Herpes Simpleks di PPK 1

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II. Penyakit ini termasuk dalam kompetensi 4A, sehingga dokter umum di PPK 1 diharapkan memiliki skill klinis yang cukup dalam menegakkan diagnosis dan merencanakan tatalaksana yang tepat. Keluhan Utama yang sering membawa pasien berobat adalah vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan, yaitu perioral (tipe I, bisa juga tipe II) dan daerah kemaluan (tipe II). Keluhan tersebut sering disertai gejala sistemik seperti demam, malaise, mialgia, nyeri kepala, dan adenopati regional. Lesi dapat terjadi secara rekuren pada lokasi yang sama seperti sebelumnya.

28 Sep 2016
Article thumbnail

Paling banyak dilihat

Bahaya Sinar Ultraviolet: Panduan Praktis bagi Dokter Umum thumbnail

Bahaya Sinar Ultraviolet: Panduan Praktis bagi Dokter Umum

22 Apr 2025
Perbedaan Penggunaan Mometason Salep dan Krim: Potensi dan Indikasi Klinis thumbnail

Perbedaan Penggunaan Mometason Salep dan Krim: Potensi dan Indikasi Klinis

22 Apr 2025
Diagnosis dan Terapi Herpes Zoster: Pilihan Antivirus yang Direkomendasikan untuk Praktik Dokter Umum thumbnail

Diagnosis dan Terapi Herpes Zoster: Pilihan Antivirus yang Direkomendasikan untuk Praktik Dokter Umum

21 Apr 2025
Diagnosis dan Terapi Herpes Zoster Ophtalmica: Panduan Praktis untuk Dokter Umum thumbnail

Diagnosis dan Terapi Herpes Zoster Ophtalmica: Panduan Praktis untuk Dokter Umum

17 Apr 2025