28 Oct 2025 • Pulmonologi
Pendahuluan: Emboli Paru, Si Pembunuh Senyap dan Peran Krusial EKG dalam Deteksi Dini
Emboli paru (EP) merupakan kondisi kardiovaskular darurat yang umum terjadi dan berpotensi fatal, menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian terkait kardiovaskular. Kondisi ini seringkali tidak terdiagnosis atau terdiagnosis terlambat, sebagian karena manifestasi klinisnya yang sangat beragam dan tidak spesifik, sehingga menyulitkan para klinisi di lini depan.
Dalam menghadapi tantangan diagnostik ini, elektrokardiogram (EKG) hadir sebagai alat bantu awal yang penting. EKG mudah diakses, non-invasif, dan relatif murah, serta dapat memberikan petunjuk awal adanya EP. Mengingat tingginya risiko yang dihadapi pasien jika diagnosis EP terlewat, kewaspadaan tinggi dan pemahaman mendalam mengenai interpretasi EKG menjadi krusial bagi dokter umum.
Artikel ini bertujuan untuk membekali para dokter umum, khususnya yang berusia muda, dengan pengetahuan praktis mengenai interpretasi EKG pada kasus suspek EP, dengan fokus pada pola S1Q3T3 dan temuan relevan lainnya, berdasarkan literatur ilmiah terkini yang terindeks di PubMed.

Mengenal Pola S1Q3T3: Definisi, Sejarah Singkat, dan Dasar Patofisiologi
Pola S1Q3T3 pada EKG didefinisikan dengan adanya tiga gambaran spesifik: gelombang S yang dalam (biasanya lebih dari 1.5 mm) pada sadapan I, gelombang Q yang dalam pada sadapan III, dan inversi gelombang T pada sadapan III. Pola ini pertama kali dideskripsikan oleh McGinn dan White pada tahun 1935, yang kemudian dikenal sebagai tanda McGinn-White, dalam konteks kor pulmonale akut akibat emboli paru masif.
Munculnya pola S1Q3T3 pada EKG bukanlah suatu kebetulan, melainkan refleksi dari distres fisiologis yang dialami oleh ventrikel kanan jantung. Patofisiologi yang mendasarinya adalah sebagai berikut: embolus yang menyumbat arteri pulmonalis menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis secara akut.
Peningkatan tekanan ini membebani ventrikel kanan, menyebabkan dilatasi (pelebaran) dan peningkatan tekanan pada ventrikel kanan secara tiba-tiba, suatu kondisi yang disebut kor pulmonale akut. Beban berlebih dan dilatasi ventrikel kanan ini mengubah aktivitas listrik jantung, khususnya proses depolarisasi dan repolarisasi ventrikel, yang kemudian termanifestasi sebagai pola S1Q3T3 pada rekaman EKG.
Selain itu, pada beberapa kasus, regangan akut pada ventrikel kanan juga dapat menyebabkan blokade transien pada cabang kanan berkas His (Right Bundle Branch Block/RBBB), akibat iskemia subendokardial pada berkas konduksi tersebut, yang turut berkontribusi pada perubahan gambaran EKG.
Memahami rantai kausal ini—mulai dari sumbatan emboli hingga perubahan EKG—membantu klinisi mengapresiasi mengapa pola ini dikaitkan dengan EP, sekaligus mengapa kondisi lain yang menyebabkan strain pada ventrikel kanan juga dapat menimbulkannya.
Gambar 1. EKG menunjukkan pola S1Q3T3

S1Q3T3 pada Emboli Paru: Seberapa Erat Kaitannya?
Secara historis, pola S1Q3T3 dianggap sebagai temuan EKG yang "klasik" atau "karakteristik" untuk emboli paru. Namun, seberapa erat sebenarnya kaitan ini perlu dipahami dengan cermat berdasarkan bukti ilmiah terkini.
Prevalensi pola S1Q3T3 pada pasien dengan EP dilaporkan bervariasi dalam berbagai penelitian. Beberapa tinjauan umum dan studi yang lebih tua menyebutkan angka antara 12% hingga 50% , atau 15% hingga 25%. Namun, studi yang lebih baru dan spesifik menunjukkan prevalensi yang lebih rendah, misalnya 3.7% , 8.5% , atau 10.4%. Variabilitas ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan karakteristik populasi studi, tingkat keparahan EP, dan desain penelitian.
Poin krusial yang harus ditekankan adalah keterbatasan diagnostik pola S1Q3T3. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pola ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah untuk mendiagnosis EP. Sebuah studi oleh Kozdag et al. pada tahun 2017 bahkan menemukan bahwa pola S1Q3T3 tidak memiliki nilai diagnostik untuk EP akut pada kohort pasien mereka, meskipun mereka menemukan parameter EKG lain (perbedaan QTc antara sadapan V1 dan V6) lebih menjanjikan.
Pola S1Q3T3 bisa tidak ditemukan pada banyak kasus EP dan sebaliknya, dapat muncul pada individu tanpa EP, bahkan pada orang sehat (sebuah studi melaporkan prevalensi 0.93% pada dewasa muda yang sehat).
Meskipun demikian, dengan segala keterbatasannya, pola S1Q3T3 terkadang dapat menjadi "petunjuk diagnostik" yang penting, terutama jika muncul secara akut pada pasien dengan gambaran klinis yang mendukung EP. Sebuah laporan kasus menggambarkan bagaimana diagnosis EP ditegakkan terutama berdasarkan temuan S1Q3T3 pada pasien dengan skor Wells (skor prediktor klinis EP) yang rendah.
Bahkan, pada kasus yang jarang terjadi di mana D-dimer normal, S1Q3T3 dapat menjadi satu-satunya petunjuk awal. Oleh karena itu, status "klasik" dari S1Q3T3 tidak boleh membuat klinisi melebih-lebihkan kekuatan diagnostiknya tanpa mempertimbangkan data prevalensi dan keterbatasannya.
Pola ini sebaiknya dianggap sebagai "lampu kuning" yang memerlukan perhatian dan investigasi lebih lanjut, bukan sebagai konfirmasi diagnosis EP. Ketergantungan berlebih pada tanda ini dapat berujung pada kesalahan diagnosis.
Bukan Hanya S1Q3T3: Spektrum Temuan EKG Lain pada Emboli Paru
Penting untuk diingat bahwa gambaran EKG pada pasien EP sangat bervariasi, mulai dari EKG yang sepenuhnya normal (ditemukan pada sekitar 10-25% kasus EP) hingga menunjukkan berbagai kelainan. Oleh karena itu, fokus hanya pada pola S1Q3T3 dapat menyesatkan. Berikut adalah beberapa temuan EKG lain yang sering atau signifikan pada EP, beserta perkiraan prevalensinya jika tersedia dari literatur:
Sinus Takikardia: Seringkali merupakan temuan paling umum. Prevalensinya dilaporkan sekitar 28% , 38% dalam sebuah meta-analisis , dan 41.3% untuk laju jantung
≥ 100 denyut/menit. Takikardia ini merupakan respons fisiologis terhadap penurunan curah jantung sisi kiri akibat obstruksi aliran darah paru.
Blok Cabang Kanan (Right Bundle Branch Block/RBBB) Baru (komplet atau inkomplet): Prevalensi RBBB komplet sekitar 4.6% , dengan prevalensi RBBB (tidak dirinci komplet/inkomplet) sekitar 9.0%. Kemunculan RBBB baru dapat dikaitkan dengan syok kardiogenik.
Inversi Gelombang T di Sadapan Prekordial Kanan (V1-V4): Prevalensi sekitar 9.8% , dan spesifik pada V1 sekitar 38% dalam meta-analisis. Temuan ini sering terlihat pada EP masif, dengan onset yang lebih dini pada kasus yang lebih berat. Reversibilitas inversi gelombang T setelah terapi dapat menjadi pertanda prognosis yang baik.
Deviasi Aksis ke Kanan (Right Axis Deviation/RAD): Prevalensi sekitar 4.2%.
P Pulmonale: Prevalensi rendah, sekitar 0.5%. Menandakan adanya strain pada atrium kanan.
Elevasi Segmen ST di Sadapan aVR (dan V1): Prevalensi sekitar 5.2% , dan 36% dalam meta-analisis. Elevasi ST di V1 dapat dikaitkan dengan syok kardiogenik.
Aritmia Atrial Baru (misalnya, Fibrilasi Atrium, Flutter Atrium): Prevalensi sekitar 8.3-8.7% , atau 10.1%.
Pola Strain Ventrikel Kanan (RV Strain) secara umum: Ditemukan lebih sering pada pasien EP dibandingkan kelompok kontrol (11.1% vs 2.6%), terutama pada EP dengan beban bekuan yang besar (17.1%).
Rotasi Searah Jarum Jam (Clockwise Rotation) pada aksis jantung: Dilaporkan pada sekitar 20.1% kasus.
Kehadiran konstelasi atau gabungan beberapa tanda strain ventrikel kanan (misalnya, S1Q3T3 disertai RBBB baru dan inversi T di V1-V3) lebih sugestif akan adanya EP dibandingkan satu tanda tunggal. Hal ini logis karena EP menyebabkan strain pada ventrikel kanan yang dapat bermanifestasi dalam berbagai cara pada EKG.
Lebih lanjut, beberapa temuan EKG ini, meskipun tidak bersifat diagnostik pasti, dapat memiliki implikasi prognostik pada pasien EP, mengindikasikan penyakit yang lebih berat atau risiko hasil yang lebih buruk, seperti syok kardiogenik, kolaps hemodinamik, atau kematian.
Ini menggeser peran EKG dari sekadar alat bantu diagnosis menjadi alat yang berpotensi membantu stratifikasi risiko. Namun, fakta bahwa EKG bisa normal pada sebagian kasus EP adalah pengingat penting bahwa EKG normal tidak dapat menyingkirkan diagnosis EP jika kecurigaan klinis tinggi.
Waspada Diagnosis Banding: Saat S1Q3T3 Bukan Melulu Karena Emboli Paru
Seperti telah dijelaskan, pola S1Q3T3 pada EKG mencerminkan adanya strain akut pada ventrikel kanan. Strain ini tidak hanya disebabkan oleh emboli paru, tetapi juga oleh berbagai kondisi lain. Oleh karena itu, penting bagi dokter umum untuk mempertimbangkan diagnosis banding yang luas ketika menemukan pola S1Q3T3.
Beberapa kondisi utama yang dapat menyebabkan pola S1Q3T3 meliputi:
Kondisi Paru Akut:
Pneumotoraks
Bronkospasme akut, misalnya pada serangan asma berat
Penyakit paru akut lainnya yang menyebabkan kor pulmonale akut, seperti Sindrom Distres Pernapasan Akut (ARDS) atau cedera paru akut
Efusi pleura masif atau empiema, terutama yang berkembang cepat. Sebuah laporan kasus menarik menyoroti bagaimana empiema masif akibat abses hati yang meluas secara transdiafragmatik dapat menyebabkan pola S1Q3T3, yang awalnya sangat menyerupai gambaran pada EP.
Kondisi Jantung Akut:
Penyakit jantung iskemik
Tamponade jantung
Diseksi aorta
Kondisi Lain (Luar Kardiopulmoner):
Ileus kolonik. Sebuah laporan kasus menunjukkan bahwa ileus kolonik pascaoperasi dapat menyebabkan pola S1Q3T3, yang diduga akibat obstruksi transien pada Vena Cava Inferior (VCI) sehingga mengganggu aliran balik vena ke jantung kanan.
Kasus-kasus seperti pasien hamil dengan eksaserbasi asma yang menunjukkan S1Q3T3 , pasien dengan empiema akibat abses hati , dan pasien dengan ileus kolonik menggarisbawahi betapa pentingnya evaluasi klinis yang menyeluruh. Pola S1Q3T3 adalah sinyal adanya gangguan hemodinamik yang memengaruhi jantung kanan, apapun sistem organ primer yang terlibat.
Interpretasi EKG tidak boleh dilakukan secara terisolasi, melainkan harus diintegrasikan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan klinis lainnya untuk mempersempit kemungkinan penyebab.
Tabel 1: Diagnosis Banding Utama Pola S1Q3T3 pada EKG
Kategori | Kondisi Spesifik | Catatan Kunci/Pembeda Klinis (Contoh) |
Paru Akut | Emboli Paru | Gejala klasik (dispnea, nyeri dada pleuritik), faktor risiko VTE |
Pneumotoraks | Nyeri dada tajam mendadak, suara napas menurun/hilang satu sisi, deviasi trakea (tension) | |
Bronkospasme Akut (mis. Asma) | Riwayat asma, wheezing, penggunaan otot bantu napas | |
Penyakit Paru Akut Lain (ARDS, Efusi Pleura Masif/Empiema) | Gejala gagal napas, demam (empiema), suara napas redup (efusi), temuan rontgen toraks spesifik | |
Jantung Akut | Penyakit Jantung Iskemik (jarang menyebabkan S1Q3T3 tipikal) | Nyeri dada khas infark, perubahan ST-T lain yang lebih dominan, enzim jantung meningkat |
Tamponade Jantung | Trias Beck (hipotensi, JVP meningkat, suara jantung menjauh), pulsus paradoxus | |
Diseksi Aorta | Nyeri dada tajam merobek menembus ke punggung, perbedaan tekanan darah kedua lengan, pulsasi abnormal | |
Lainnya | Ileus Kolonik (dengan kompresi VCI) | Riwayat operasi abdomen, distensi abdomen, mual/muntah, bising usus menurun/hilang |
"Tips Baca EKG Emboli Paru": Panduan Praktis untuk Dokter Umum di Garda Terdepan
Berikut adalah beberapa panduan praktis untuk membantu dokter umum dalam menginterpretasi EKG pada pasien dengan suspek emboli paru:
Konteks Klinis Adalah yang utama:
Interpretasi EKG harus selalu dilakukan dalam konteks gambaran klinis pasien secara keseluruhan. Perhatikan gejala seperti dispnea akut, nyeri dada pleuritik, atau hemoptisis; tanda vital; dan faktor risiko EP (misalnya, imobilisasi berkepanjangan, riwayat trombosis vena dalam (DVT) atau EP sebelumnya, pembedahan mayor terkini, keganasan, atau penggunaan terapi estrogen). Penggunaan skor prediktor klinis seperti skor Wells dapat membantu, namun ingatlah bahwa EKG dapat menunjukkan tanda signifikan seperti S1Q3T3 bahkan pada pasien dengan skor Wells rendah. Pemeriksaan D-dimer juga berperan, tetapi waspadai kemungkinan hasil negatif palsu atau kasus EP yang jarang terjadi dengan D-dimer normal di mana EKG dapat menjadi satu-satunya petunjuk awal.
Jangan Terpaku Hanya pada S1Q3T3:
Carilah konstelasi atau gabungan beberapa temuan EKG yang mengarah pada strain ventrikel kanan (lihat daftar pada bagian sebelumnya). Kehadiran beberapa tanda secara bersamaan memiliki signifikansi yang lebih besar daripada satu tanda tunggal. Ingatlah bahwa sinus takikardia adalah temuan yang paling umum. Takikardia baru yang tidak dapat dijelaskan, terutama jika disertai gejala yang sugestif EP, harus meningkatkan kecurigaan.
EKG Normal Tidak Menyingkirkan Emboli Paru:
Sangat penting untuk ditekankan bahwa sekitar 10-25% pasien dengan EP memiliki gambaran EKG yang sepenuhnya normal. Diagnosis EP tidak boleh dikesampingkan hanya berdasarkan EKG yang normal jika kecurigaan klinis tetap tinggi.
Perhatikan Perubahan EKG Serial:
Jika kecurigaan EP tinggi dan EKG awal tidak menunjukkan kelainan yang jelas atau bersifat non-diagnostik, pemeriksaan EKG serial dapat memberikan informasi tambahan. Munculnya tanda-tanda strain ventrikel kanan yang baru atau perburukan temuan yang sudah ada sebelumnya dapat meningkatkan kemungkinan adanya EP. Beberapa perubahan EKG, seperti inversi gelombang T, dapat bersifat reversibel setelah terapi yang adekuat.
Fungsi Utama EKG pada Suspek EP:
Peran utama EKG dalam konteks suspek EP adalah untuk:
Meningkatkan atau menurunkan tingkat kecurigaan terhadap EP.
Membantu menyingkirkan diagnosis banding penting lainnya, terutama sindrom koroner akut.
Pada pasien dengan EP yang telah terkonfirmasi atau sangat dicurigai, beberapa temuan EKG dapat memberikan petunjuk prognostik, mengindikasikan risiko yang lebih tinggi atau penyakit yang lebih berat.
Kapan Harus Eskalasi untuk Pencitraan Lanjutan:
Jika kecurigaan klinis terhadap EP berada pada tingkat sedang hingga tinggi, baik dengan atau tanpa temuan EKG yang sugestif, pertimbangkan untuk segera merujuk pasien untuk pemeriksaan pencitraan definitif. CT Pulmonary Angiography (CTPA) saat ini dianggap sebagai standar baku emas untuk diagnosis EP. Keputusan ini harus didasarkan pada penilaian klinis yang komprehensif.
Keterampilan sejati dalam membaca EKG untuk kasus suspek EP terletak pada kemampuan untuk mengintegrasikan temuan EKG secara dinamis dengan gambaran klinis yang berkembang, bukan hanya pengenalan pola statis.
Gambar 2. Temuan Emboli paru akut pada CT

Tabel 2: Ringkasan Temuan EKG yang Mengarah pada Emboli Paru dan Implikasinya
Temuan EKG | Perkiraan Prevalensi pada PE (berdasarkan literatur) | Catatan Klinis/Implikasi Diagnostik & Prognostik |
Pola S1Q3T3 | 3.7% - 25% (bervariasi antar studi) | "Klasik" tapi sensitivitas & spesifisitas rendah. Jika akut & sesuai klinis, meningkatkan kecurigaan. |
Sinus Takikardia (HR >100x/menit) | 28% - 41.3% | Temuan paling umum. Takikardia baru yang tak terjelaskan + gejala sugestif EP = curiga. |
RBBB Baru (komplet/inkomplet) | 4.6% (komplet) - 9.0% | Tanda strain RV. Dapat berhubungan dengan prognosis lebih buruk/syok kardiogenik. |
Inversi Gelombang T di V1-V4 | 9.8% (V1-V4), 38% (V1) | Sering pada EP masif, onset dini pada kasus berat. Reversibilitasnya bisa menandakan prognosis baik. |
Deviasi Aksis ke Kanan (RAD) | 4.2% | Menunjukkan pergeseran aktivitas listrik ke kanan akibat beban RV. |
P Pulmonale | 0.5% | Menandakan strain atrium kanan. |
Elevasi Segmen ST di aVR (±V1) | 5.2% (aVR), 36% (aVR) | Dapat dikaitkan dengan prognosis lebih buruk/syok kardiogenik (jika ST elevasi di V1). |
Fibrilasi/Flutter Atrium Baru | 8.3% - 10.1% | Aritmia baru dapat dipicu oleh strain akut pada atrium. |
EKG Normal | 10% - 25% | Penting: EKG normal tidak menyingkirkan EP jika kecurigaan klinis tinggi. |
Kesimpulan: S1Q3T3 sebagai Peringatan Dini, Bukan Kepastian Diagnostik
Pola S1Q3T3 pada EKG adalah temuan yang penting secara historis dan dapat berfungsi sebagai "lampu kuning" yang berharga untuk kemungkinan adanya emboli paru, terutama jika pola ini muncul secara akut pada pasien dengan gejala klinis yang mendukung.
Namun, sangat penting untuk menegaskan kembali bahwa S1Q3T3 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah untuk diagnosis EP. Ketiadaan pola S1Q3T3 tidak menyingkirkan kemungkinan EP, dan sebaliknya, kehadiran pola ini tidak secara otomatis mengkonfirmasi diagnosis EP.
Para dokter umum didorong untuk menggunakan pengetahuan mengenai temuan EKG ini sebagai salah satu komponen dari penilaian klinis yang komprehensif, cermat, dan terintegrasi, bukan sebagai alat diagnostik tunggal. Kewaspadaan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, dan integrasi semua data klinis – termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik, faktor risiko, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya – adalah kunci untuk tidak melewatkan diagnosis emboli paru, suatu kondisi yang berpotensi fatal namun dapat diobati jika terdeteksi secara dini.
Penggunaan EKG yang efektif dalam konteks suspek EP adalah sebuah seni yang diinformasikan oleh ilmu pengetahuan, yang menyeimbangkan pengenalan pola dengan penalaran klinis yang mendalam dan kesadaran akan keterbatasan statistik dari setiap temuan.
Imaging of acute pulmonary embolism: an update - PMC - PubMed Central, diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6039809/
Electrocardiographic findings in pulmonary embolism - PMC, diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4613926/
Utility of electrocardiographic findings in acute pulmonary embolism - PMC, diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10724117/
S1Q3T3 Electrocardiographic Pattern in a Case of Colonic Ileus: A Case Report - PMC, diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11964696/
Case Report of S1Q3T3 Electrocardiographic Abnormality in a ..., diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5297401/
The S1Q3T3 Electrocardiographic Abnormality as a Result of Massive Empyema due to Pyogenic Liver Abscess: A Case Report - PubMed, diakses Juni 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39926638/
ECG Diagnosis: Pulmonary Embolism - PMC, diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3267566/
The S1Q3T3 Electrocardiographic Abnormality as a Result of ..., diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11805712/
S1Q3T3 on electrocardiogram, a diagnostic clue for pulmonary thromboembolism - PubMed, diakses Juni 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32706886/
ECG in suspected pulmonary embolism - PubMed, diakses Juni 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30665906/
Diagnostic value of the corrected QT difference between leads V1 and V6 in patients with acute pulmonary thromboembolism - PubMed, diakses Juni 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29069044/
S1Q3T3, pulmonary embolism diagnosed primarily from ECG results ..., diakses Juni 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/40107739/
Findings From 12-lead Electrocardiography That Predict Circulatory Shock From Pulmonary Embolism: Systematic Review and Meta-analysis - PubMed, diakses Juni 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26394330/
Instructive ECG series in massive bilateral pulmonary embolism - PMC - PubMed Central, diakses Juni 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1768990/