5 Dec 2025 • Obgyn
Seorang pasien perempuan, usia 32 tahun, G2P1 dengan riwayat satu kali seksio sesarea, datang ke praktik Anda pada usia kehamilan 34 minggu. Ia mengeluhkan perdarahan pervaginam berwarna merah segar tanpa rasa nyeri sejak satu jam yang lalu. Tanda-tanda vitalnya stabil. Skenario klinis ini adalah sinyal bahaya yang menuntut respons cepat dan tepat, karena kecurigaan utama mengarah pada plasenta previa.
Plasenta previa didefinisikan sebagai implantasi abnormal plasenta di segmen bawah rahim, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga dan menjadi ancaman serius bagi ibu maupun janin. Tanda klinis khasnya adalah perdarahan pervaginam tanpa nyeri (painless bleeding), yang harus dianggap sebagai alarm kegawatdaruratan obstetri.
Bagi dokter umum di layanan primer, peran Anda bukan sekadar merujuk. Anda adalah "aktivator sistem" krusial dalam rantai keselamatan. Deteksi dini dan penanganan awal yang terencana merupakan kunci untuk mengoptimalkan luaran ibu dan bayi. Tindakan yang Anda ambil pada menit-menit pertama akan menentukan kesiapan tim di rumah sakit rujukan dalam menghadapi potensi komplikasi, termasuk persiapan untuk seksio sesarea darurat (crash C-section) yang melibatkan tim multidisiplin.
Artikel ini menyajikan panduan praktis mengenai Diagnosis dan Terapi Plasenta Previa yang berfokus pada langkah-langkah kritis yang harus dilakukan oleh dokter umum.
Gambar 1. Komplikasi maternal yang berhubungan dengan plasenta previa

Indeks kecurigaan harus meningkat tajam saat menemui pasien dengan faktor risiko tertentu, yang sebagian besar terkait dengan riwayat cedera endometrium atau luka pada rahim. Faktor-faktor risiko utama meliputi:
Riwayat Luka Rahim: Riwayat seksio sesarea, kuretase, atau miomektomi sebelumnya merupakan faktor risiko paling signifikan.
Riwayat Obstetri: Usia ibu lanjut, multiparitas, kehamilan ganda, dan riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
Faktor Lain: Merokok dan penggunaan teknologi reproduksi berbantu (TRB) juga teridentifikasi sebagai faktor risiko.
Kombinasi antara keluhan perdarahan tanpa nyeri dengan riwayat seksio sesarea harus memicu kewaspadaan tingkat tinggi. Ini bukan hanya mengarah pada diagnosis plasenta previa, tetapi juga pada kemungkinan komplikasi yang jauh lebih berbahaya, yaitu Placenta Accreta Spectrum (PAS). PAS adalah kondisi di mana plasenta berinvasi secara abnormal ke dalam dinding rahim, yang dapat menyebabkan perdarahan masif yang sulit dikendalikan saat persalinan. Oleh karena itu, anamnesis yang cermat bukan hanya untuk diagnosis, melainkan untuk stratifikasi risiko awal. Informasi ini sangat vital untuk dikomunikasikan saat merujuk pasien.
Pemeriksaan Fisik – Fokus pada Tanda Vital, Bukan Vagina
Prioritas utama pemeriksaan fisik adalah menilai stabilitas hemodinamik ibu (tekanan darah, frekuensi nadi) dan kesejahteraan janin (denyut jantung janin/DJJ).
Peringatan Keras: Kontraindikasi Absolut Pemeriksaan Dalam Vagina (Vaginal Toucher/VT) Melakukan pemeriksaan dalam vagina dengan jari pada pasien suspek plasenta previa adalah sebuah kesalahan fatal. Tindakan ini dapat memicu perdarahan katastrofik dan harus dihindari secara mutlak.
Perdarahan dapat diprovokasi oleh gangguan mekanis sekecil apa pun, termasuk hubungan seksual atau bahkan pemeriksaan spekulum. Pemeriksaan spekulum secara hati-hati dapat dipertimbangkan hanya untuk menyingkirkan sumber perdarahan lain (misalnya, dari serviks), namun idealnya dilakukan di fasilitas yang siap untuk tindakan darurat.
Ultrasonografi (USG) adalah modalitas diagnostik definitif untuk plasenta previa. USG transabdominal dapat digunakan sebagai skrining awal untuk melokalisasi plasenta. Namun,
USG transvaginal (USG-TV) adalah baku emas karena memberikan hasil yang jauh lebih akurat dalam menentukan hubungan antara tepi plasenta dengan ostium uteri internum.
Tujuan utama penanganan di layanan primer bukanlah terapi definitif, melainkan stabilisasi ibu dan janin untuk transportasi yang aman dan cepat ke fasilitas kesehatan rujukan tersier yang memiliki layanan obstetri, bedah, dan bank darah 24 jam.
Akses: Segera pasang dua jalur infus intravena (IV) berukuran besar (misalnya, 16G atau 18G). Ini adalah langkah pertama yang tidak bisa ditawar.
Ambil Sampel: Ambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium darurat, termasuk golongan darah, uji cocok serasi (cross-match), darah lengkap, dan profil koagulasi.
Tatalaksana: Mulai resusitasi cairan dengan kristaloid (NaCl 0.9% atau Ringer Laktat) jika ada tanda-tanda syok hipovolemik. Berikan oksigen suplemen dan posisikan pasien dalam posisi miring ke kiri (left lateral decubitus) untuk mengoptimalkan aliran darah uteroplasenta.
Beberapa temuan dapat membantu Anda memprediksi risiko kegawatdaruratan dan menekankan urgensi saat merujuk:
Riwayat Perdarahan: Episode perdarahan antepartum, terutama jika episode pertama terjadi pada atau sebelum usia kehamilan 28 minggu, merupakan prediktor independen yang kuat untuk kebutuhan seksio sesarea darurat.
Panjang Serviks: Serviks yang pendek (≤30 mm) pada pengukuran USG antara minggu ke-28 hingga ke-34 secara signifikan meningkatkan risiko persalinan sesarea darurat, perdarahan antepartum, kelahiran prematur, dan perdarahan pascapersalinan (PPH) berat.
Kadar Hemoglobin: Kadar hemoglobin (Hb) pra-operasi yang rendah merupakan prediktor independen untuk persalinan sesarea darurat. Anemia pada pasien plasenta previa bukanlah sekadar akibat, tetapi juga faktor risiko yang memperburuk luaran. Pasien dengan Hb rendah memiliki kapasitas kompensasi yang lebih rendah terhadap kehilangan darah. Pada kasus yang disertai PAS, kadar Hb pra-operasi di bawah 11.5 g/dL secara signifikan meningkatkan risiko perdarahan masif intraoperatif. Ini menciptakan lingkaran setan: penyakit menyebabkan anemia, dan anemia membuat penanganan bedah menjadi lebih berbahaya.
Komunikasi Rujukan yang Efektif
Proses serah terima pasien yang terstruktur dan jelas sangat penting. Komunikasikan usia pasien, usia kehamilan, riwayat obstetri (terutama riwayat SC), gambaran klinis (jumlah dan sifat perdarahan), tanda vital ibu dan DJJ, serta intervensi yang telah dilakukan. Sampaikan secara eksplisit tanda bahaya "perdarahan + riwayat luka rahim" kepada dokter di fasilitas rujukan.
Tabel 1. Ringkasan Penanganan Awal Perdarahan Tersangka Plasenta Previa di Layanan Primer
Lakukan Segera (DO) | Jangan Lakukan (DON'T) |
1. Kaji tanda vital ibu & DJJ. | 1. JANGAN PERNAH melakukan pemeriksaan dalam vagina (VT). |
2. Pasang 2 jalur IV ukuran besar. | 2. Jangan menunda proses rujukan. |
3. Ambil darah untuk cross-match & darah lengkap. | 3. Jangan berikan obat uterotonika (misalnya, oksitosin). |
4. Mulai resusitasi cairan jika perlu. | 4. Jangan meremehkan perdarahan yang tampak sedikit. |
5. Posisikan pasien miring ke kiri. | |
6. Lakukan USG abdomen jika tersedia. | |
7. Atur rujukan segera ke pusat tersier. |
Memahami apa yang akan dihadapi pasien di rumah sakit rujukan dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya tindakan awal Anda.
Manajemen Ekspektatif vs. Aktif: Jika perdarahan berhenti dan kehamilan kurang dari 36 minggu, pasien akan dikelola secara ekspektatif. Ini meliputi pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin jika usia kehamilan <34 minggu dan pemantauan ketat. Jika kehamilan sudah aterm (≥36 minggu) atau terjadi perdarahan hebat yang tidak berhenti, maka manajemen aktif berupa seksio sesarea adalah pilihan utama. Untuk kasus yang stabil, persalinan sesarea elektif umumnya direncanakan pada usia kehamilan 36 0/7 hingga 37 0/7 minggu.
Momok Komplikasi: Perdarahan pascapersalinan (PPH) adalah komplikasi yang sangat umum, dengan insiden keseluruhan mencapai 22.3% pada pasien plasenta previa. Risiko ini meningkat pada plasenta previa mayor (27.4%). Komplikasi paling ditakuti adalah PAS, yang sering kali memerlukan histerektomi (pengangkatan rahim) saat seksio sesarea untuk menghentikan perdarahan masif.
Dampak pada Ibu dan Bayi: Plasenta previa meningkatkan morbiditas dan mortalitas secara signifikan. Angka transfusi darah bisa mencapai 57%, kebutuhan perawatan ICU tinggi, dan bahkan risiko kematian ibu dilaporkan sekitar 1.6% dalam satu studi. Bagi bayi, risikonya meliputi kelahiran prematur, perawatan di NICU (sekitar 39%), dan mortalitas perinatal yang tinggi (sekitar 9.8%).
Penanganan perdarahan antepartum akibat plasenta previa adalah sebuah proses yang sensitif terhadap waktu, di mana tindakan awal menentukan segalanya. Pesan utama yang harus diingat adalah:
Curigai: Perdarahan trimester tiga tanpa nyeri, terutama dengan riwayat luka rahim, adalah plasenta previa hingga terbukti sebaliknya.
Jangan Membahayakan: Pemeriksaan dalam vagina (VT) merupakan kontraindikasi absolut.
Stabilisasi dan Rujuk: Protokol "Akses, Ambil Sampel, Tatalaksana" dan komunikasi rujukan yang cepat dan efektif adalah fondasi penanganan awal.
Dengan memahami prinsip-prinsip ini dan bertindak secara tegas, dokter umum bertransformasi dari sekadar pemberi rujukan menjadi mata rantai pertama yang esensial dalam sistem penyelamatan. Tindakan awal Anda dalam Diagnosis dan Terapi Plasenta Previa secara langsung memengaruhi keseluruhan kaskade perawatan dan berdampak besar dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi.
Anon. (n.d.) An Overview on Diagnosis & Management of Placenta Previa. Tersedia pada: https://www.researchgate.net/publication/357564423_An_Overview_on_Diagnosis_Management_of_Placenta_Previa (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Evaluation of Antepartum Factors for Predicting the Risk of …. PubMed Central. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9196971/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Maternal and Perinatal Outcomes in Placenta Previa: A …. PubMed Central. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11151188/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) An Overview on Diagnosis & Management of Placenta Previa. World Journal of Environmental Biosciences. Tersedia pada: https://environmentaljournals.org/storage/files/article/cecc64a8-4e14-427a-9a56-9168b8041f34-nVtqcxDX6udpgZQ9/SyGlGhICI5jxNwy.pdf (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Implementation of a crash cesarean section policy and its impact on …. PubMed Central. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11608669/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) A Study of Clinical Characteristics, Demographic Characteristics, and Fetomaternal Outcomes in Cases of Placenta Previa: An Experience of a Tertiary Care Center. PubMed Central. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9805694/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Placenta previa percreta involving the urinary bladder: a report of two cases and review of the literature. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1870810/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Placenta praevia—a review with emphasis on the role of ultrasound. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2679512/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Ultrasonographic cervical length assessment in pregnancies with placenta previa and risk of perinatal adverse outcomes: a systematic review and meta-analysis. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37778698/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) Impact of Maternal Preoperative Hemoglobin Levels on Intraoperative Hemorrhage Risk in Placenta Accrete Spectrum Disorders: A Retrospective Cross-Sectional Study. PubMed Central. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10426315/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) The Prevention, Diagnosis and Treatment of Premature Labor. PubMed Central. Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3627164/ (Diakses: 19 Juli 2025).
Anon. (n.d.) The Incidence of Postpartum Hemorrhage in Pregnant Women with …. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28107460/ (Diakses: 19 Juli 2025).