Peran Ultrasonografi dalam Diagnosis dan Penilaian Solusio Plasenta: Tinjauan Komprehensif untuk Klinisi

4 Dec 2025 • Obgyn

Deskripsi

Peran Ultrasonografi dalam Diagnosis dan Penilaian Solusio Plasenta: Tinjauan Komprehensif untuk Klinisi

Bagian I: Landasan Klinis Solusio Plasenta

1.1. Mendefinisikan Solusio Plasenta: Lebih dari Sekadar Perdarahan

Solusio plasenta, atau abruptio placentae, secara definitif adalah separasi prematur plasenta yang berimplantasi normal dari dinding uterus, yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan sebelum persalinan janin. Definisi ini secara krusial membedakannya dari penyebab perdarahan pada trimester awal. Meskipun merupakan komplikasi yang relatif jarang, dengan insidensi berkisar antara 0.6% hingga 1.2% dari seluruh kehamilan, solusio plasenta merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetri yang paling signifikan. 

Kondisi ini menjadi penyebab utama morbiditas maternal yang berat, termasuk perdarahan masif, koagulopati intravaskular diseminata (KID), histerektomi darurat, dan gagal ginjal, serta menjadi kontributor utama mortalitas dan morbiditas perinatal, seperti kelahiran prematur, restriksi pertumbuhan intrauterin (IUGR), dan kematian janin.

Pemahaman patofisiologi solusio plasenta sangat penting untuk mengapresiasi spektrum manifestasi klinisnya yang beragam. Saat ini, model jalur ganda (dual-pathway) diterima secara luas untuk menjelaskan etiologinya.

Jalur Kronis: Proses ini bersifat jangka panjang dan sering kali berawal dari awal kehamilan. Ini melibatkan kelainan pada perkembangan plasenta, seperti remodeling arteri spiralis yang tidak sempurna, vaskulopati desidua dan uteroplasenta, trombosis, serta inflamasi kronis. Proses patologis ini menyebabkan hipoperfusi plasenta, menciptakan antarmuka desidua-plasenta yang rapuh dan rentan terhadap separasi. Jalur kronis ini menjelaskan hubungan kuat antara solusio plasenta dengan kondisi lain yang dimediasi oleh disfungsi plasenta, seperti preeklamsia dan IUGR.

Jalur Akut: Proses ini dipicu oleh suatu kejadian akut yang menyebabkan ruptur pembuluh darah desidua maternal. Pemicu ini sering kali bersifat mekanis, seperti trauma abdomen (misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau kekerasan dalam rumah tangga), dekompresi uterus yang cepat (misalnya setelah amniotomi atau persalinan anak pertama pada kehamilan kembar), atau vasospasme hebat akibat penggunaan kokain. Ruptur ini memicu perdarahan pada antarmuka desidua-plasenta, yang kemudian membentuk hematoma. Akumulasi darah ini secara mekanis memisahkan plasenta lebih lanjut dari dinding uterus, memulai siklus perdarahan dan separasi yang dapat berkembang dengan cepat.

Identifikasi faktor risiko merupakan pilar utama dalam asesmen awal. Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis yang komprehensif berhasil mengidentifikasi 58 faktor risiko independen untuk solusio plasenta. Bagi klinisi di lini pertama, beberapa faktor risiko memiliki signifikansi yang sangat tinggi:

  • Riwayat Solusio Plasenta Sebelumnya: Ini adalah faktor risiko tunggal yang paling signifikan, dengan peningkatan risiko hingga 10 kali lipat. Sebuah meta-analisis menunjukkan Adjusted Odds Ratio (AOR) sebesar 2.72. Risiko ini meningkat secara dramatis menjadi 25 kali lipat pada kehamilan ketiga jika dua kehamilan sebelumnya telah mengalami komplikasi ini.

  • Komplikasi Terkait Kehamilan: Preeklamsia dan hipertensi gestasional merupakan faktor risiko yang kuat. Namun, yang paling menonjol adalah plasenta previa, yang secara mengejutkan meningkatkan risiko solusio plasenta dengan AOR sebesar 7.31.

  • Faktor Maternal: Usia ibu lanjut (≥ 35 tahun), merokok selama kehamilan, penggunaan kokain, dan kehamilan multipel secara konsisten terbukti meningkatkan risiko.

1.2. Presentasi Klinis: Mengenali Tanda-Tanda Bahaya

Diagnosis solusio plasenta secara fundamental adalah diagnosis klinis. Trias klasik yang sering diajarkan adalah perdarahan pervaginam, nyeri abdomen atau uterus, dan kontraksi atau nyeri tekan uterus. Namun, sangat penting untuk dipahami bahwa tidak semua tanda ini selalu ada, dan ketiadaannya tidak dapat menyingkirkan diagnosis.

Perbedaan antara solusio plasenta tersembunyi (concealed) dan tampak (revealed) memiliki implikasi klinis yang sangat penting.

  • Solusio Tampak (Revealed Abruption): Terjadi pada sekitar 80-90% kasus. Darah dari lokasi separasi mengalir ke bawah, memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus, dan keluar melalui serviks sebagai perdarahan pervaginam yang terlihat.

  • Solusio Tersembunyi (Concealed Abruption): Darah terperangkap di belakang plasenta, membentuk hematoma retroplasenta tanpa adanya perdarahan eksternal yang signifikan. Tipe ini sering kali lebih berbahaya karena jumlah kehilangan darah yang sebenarnya tidak terlihat, menutupi tingkat keparahan syok hipovolemik. Selain itu, tekanan intrauterin yang meningkat akibat hematoma dapat menyebabkan uterus menjadi tegang, keras seperti papan (board-like rigidity), dan sangat nyeri (dikenal sebagai uterus Couvelaire), yang sering kali disertai dengan gawat janin yang cepat. Sebuah prinsip klinis yang fundamental adalah bahwa jumlah perdarahan pervaginam yang terlihat tidak berkorelasi dengan tingkat keparahan solusio atau luaran klinisnya.

Gambar 1. Solusio Placenta. Ilustrasi Solusio Marginal, Parsial dan Komplit

Untuk membantu triase dan manajemen, solusio plasenta dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya, yang mengintegrasikan tanda-tanda maternal dan fetal :

  • Ringan (Kelas 1): Perdarahan minimal atau tidak ada, nyeri tekan uterus ringan, tanda vital ibu normal, dan tidak ada tanda-tanda gawat janin.

  • Sedang (Kelas 2): Perdarahan ringan hingga sedang, nyeri tekan uterus signifikan dengan kemungkinan kontraksi tetanik, takikardia maternal, perubahan ortostatik pada tekanan darah, dan bukti adanya gawat janin (misalnya, deselerasi lambat atau bradikardia pada pemantauan denyut jantung janin/DJJ). Mungkin sudah ada perubahan pada profil koagulasi, seperti hipofibrinogenemia.

  • Berat (Kelas 3): Dapat berupa perdarahan tersembunyi atau perdarahan pervaginam yang masif, menyebabkan syok maternal, koagulopati intravaskular diseminata (KID) yang jelas, dan sering kali mengakibatkan kematian janin intrauterin.

Dalam konteks ini, muncul sebuah pemahaman kritis bagi setiap klinisi. Diagnosis solusio plasenta adalah diagnosis klinis, dan peran pencitraan, khususnya ultrasonografi (USG), harus diposisikan dengan benar. Ketergantungan berlebihan pada laporan USG yang "normal" di hadapan tanda-tanda klinis yang mengkhawatirkan dapat menyebabkan penundaan manajemen yang berakibat fatal. Berbagai studi secara konsisten menekankan bahwa diagnosis bersifat klinis , didukung oleh fakta bahwa sensitivitas USG untuk mendeteksi solusio terkenal rendah. 

Bagi seorang dokter umum di layanan primer atau unit gawat darurat, yang mungkin mengandalkan pencitraan sebagai alat diagnostik utama, ada risiko tinggi "bias kepastian" (reassurance bias) dari laporan USG yang negatif. Hal ini dapat menyebabkan pemulangan pasien dengan solusio tersembunyi ringan, yang gejalanya salah diartikan sebagai kontraksi Braxton-Hicks atau penyebab jinak lainnya. 

Oleh karena itu, tujuan utama USG dalam skenario ini harus dipahami ulang: peran utamanya bukanlah untuk mengkonfirmasi solusio plasenta, melainkan untuk menyingkirkan plasenta previa (diagnosis banding utama di mana pemeriksaan digital pervaginam merupakan kontraindikasi absolut) dan untuk menilai kondisi janin. Prinsip utamanya adalah: kecurigaan klinis yang kuat mengalahkan hasil USG yang negatif.

Bagian II: Menginterpretasi "USG Kehamilan" pada Kasus Dugaan Solusio Plasenta

2.1. Utilitas Diagnostik USG Konvensional: Alat dengan Spesifisitas Tinggi, Namun Sensitivitas Rendah

Peran USG B-mode konvensional dalam diagnosis solusio plasenta adalah pedang bermata dua. Kinerjanya ditandai oleh profil akurasi yang unik, yang jika tidak dipahami dengan benar, dapat menyesatkan pengambilan keputusan klinis.

Sintesis dari berbagai studi berbasis bukti menunjukkan gambaran yang konsisten:

  • Sensitivitas Rendah: Berbagai laporan penelitian menyebutkan angka sensitivitas yang rendah, berkisar antara 24% hingga 57%. Ini berarti bahwa pada hampir separuh hingga tiga perempat kasus solusio plasenta yang dikonfirmasi secara klinis atau saat persalinan, pemeriksaan USG bisa saja menunjukkan hasil yang sepenuhnya normal.

  • Spesifisitas Tinggi: Sebaliknya, spesifisitas USG sangat tinggi, dilaporkan berada di angka 96% hingga 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa jika tanda-tanda sonografis solusio plasenta (seperti hematoma) terlihat, maka diagnosis tersebut sangat mungkin benar. Nilai Prediktif Positif (NPP) yang tinggi, mencapai 100% dalam satu studi, mendukung kesimpulan ini.

  • Bahaya Nilai Prediktif Negatif (NPN) yang Rendah: NPN dilaporkan sangat rendah, sekitar 14% dalam satu studi. Angka ini adalah representasi statistik dari aturan klinis yang paling penting: hasil USG yang negatif TIDAK dapat menyingkirkan diagnosis solusio plasenta.

Pemahaman mengapa hasil USG bisa menjadi negatif palsu sangat penting untuk memberdayakan penilaian klinis seorang dokter. Beberapa alasan utama meliputi:

  • Perdarahan yang terjadi terlalu kecil untuk dapat divisualisasikan oleh resolusi alat USG.

  • Pada kasus solusio tampak (revealed), darah telah seluruhnya keluar melalui serviks, sehingga tidak ada hematoma yang terakumulasi untuk dapat dideteksi.

  • Alasan yang paling krusial dan sering kali kurang dipahami adalah bahwa perdarahan akut sering kali bersifat isoechoic terhadap jaringan plasenta di sekitarnya. Artinya, darah segar dan bekuan darah memiliki kecerahan (ekogenisitas) yang serupa dengan plasenta pada gambar USG, membuatnya secara efektif tidak terlihat atau menyatu dengan latar belakang plasenta.

2.2. Spektrum Sonografis Hematoma: Sebuah Gambaran yang Dinamis

Salah satu konsep paling fundamental dalam interpretasi USG untuk solusio plasenta adalah bahwa penampakan hematoma bukanlah temuan yang statis, melainkan sebuah proses dinamis yang berevolusi seiring waktu. Memahami "evolusi ekogenik" ini adalah kunci untuk menginterpretasikan hasil pemindaian dengan benar dan menyadari mengapa pemindaian awal mungkin tampak "negatif".

Bukti dari literatur dengan jelas menyatakan bahwa ekogenisitas hematoma bergantung pada interval waktu antara kejadian perdarahan dan pelaksanaan USG.

  • Fase Akut (< 48 jam): Perdarahan segar dan bekuan darah tampak isoechoic (kecerahan serupa) atau hyperechoic (lebih terang) dibandingkan dengan jaringan plasenta. Hal ini disebabkan oleh impedansi akustik dari komponen darah segar yang mirip dengan plasenta. Pada fase ini, hematoma retroplasenta dapat dengan mudah terlewatkan atau salah diinterpretasikan hanya sebagai penebalan plasenta yang heterogen.

  • Fase Subakut (2 hari - 1 minggu): Seiring waktu, bekuan darah mulai mengalami lisis dan likuifaksi. Proses ini mengubah struktur internalnya, membuatnya tampak hypoechoic (lebih gelap) atau memiliki ekogenisitas campuran (heterogen) pada gambaran USG.

  • Fase Kronis (> 1-2 minggu): Setelah satu hingga dua minggu, hematoma yang telah terorganisir dan mencair akan menjadi sepenuhnya sonolucent atau anechoic (hitam, tanpa gema), menyerupai kista atau koleksi cairan sederhana.

Pemahaman tentang evolusi ini memiliki implikasi praktis yang signifikan. Seorang dokter yang memeriksa pasien secara akut kemungkinan besar akan mendapatkan hasil pemindaian pada fase akut. Jika laporan radiologi menyatakan "plasenta tampak normal" atau "plasenta menebal dan heterogen," klinisi harus memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi bahwa ini bisa jadi merupakan hematoma isoechoic yang tersembunyi. 

Pada pasien yang stabil secara klinis namun kecurigaan tetap tinggi, pemindaian USG ulangan dalam 7-14 hari mungkin dapat mengungkapkan hematoma yang kini telah menjadi hipoekoik dan lebih mudah diidentifikasi. Hal ini mengubah USG dari sekadar tes satu kali menjadi alat pemantauan potensial pada kasus-kasus tertentu.

Lokasi hematoma adalah deskriptor utama dan memiliki korelasi dengan prognosis:

  • Retroplasenta (16% kasus): Terletak di antara plasenta dan miometrium. Ini adalah lokasi klasik solusio dan dikaitkan dengan luaran janin yang lebih buruk karena secara langsung menekan dan mengurangi area permukaan fungsional plasenta untuk pertukaran gas dan nutrisi.

  • Subkorionik (81% kasus): Terletak di antara membran korion dan dinding uterus, sering kali di tepi plasenta (hematoma marginal). Ini adalah jenis yang paling sering terlihat pada USG, terutama pada kehamilan sebelum 20 minggu. Darah dari lokasi ini dapat dengan mudah mengalir ke bawah dan bermanifestasi sebagai perdarahan pervaginam.

  • Preplasenta (4% kasus): Lokasi yang sangat jarang, di mana perdarahan terjadi di antara plasenta dan cairan ketuban, tertahan di bawah selaput amnion.

Ketika hematoma yang jelas tidak terlihat, ada beberapa tanda sonografis penyerta yang dapat meningkatkan kecurigaan:

  • Penebalan plasenta yang tidak biasa (>5 cm) dapat mengindikasikan adanya bekuan retroplasenta isoechoic yang mendasarinya.

  • Gerakan seperti "jeli" (jello-like movement) dari lempeng korionik saat ada gerakan janin atau tekanan dari transduser, yang mengindikasikan adanya cairan/darah yang tidak stabil di bawahnya.

  • Adanya debris ekogenik di dalam cairan ketuban, yang mungkin merupakan bukti perdarahan intra-amnion.

Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah tabel yang merangkum karakteristik sonografis hematoma plasenta seiring waktu.

Tabel 1: Karakteristik Sonografis Hematoma Plasenta Berdasarkan Waktu


Waktu Sejak Onset

Ekogenisitas

Penampilan Khas

Catatan Klinis/Sonografis

Akut (<48 jam)

Hyperechoic / Isoechoic

Massa padat, penebalan plasenta, atau area heterogen.

Sulit dibedakan dari jaringan plasenta normal. Mungkin hanya tampak sebagai plasenta yang menebal.

Subakut (2 hari - 1 minggu)

Campuran / Kompleks / Hypoechoic

Bekuan darah yang mulai melunak dengan komponen cair dan padat.

Lebih mudah diidentifikasi daripada fase akut karena kontras ekogenisitas mulai terbentuk.

Kronis (>1-2 minggu)

Hypoechoic / Anechoic (Sonolucent)

Koleksi cairan sederhana, mirip kista, dengan batas yang jelas.

Dapat disalahartikan sebagai lesi massa lain jika riwayat klinis tidak diketahui.

2.3. Diagnosis Banding pada Perdarahan Antepartum

Diagnosis banding pada perdarahan di paruh kedua kehamilan sangat penting, dan USG memainkan peran sentral dalam membedakan kondisi-kondisi ini.

Membedakan Solusio Plasenta dari Plasenta Previa: Ini adalah diagnosis banding yang paling krusial dan paling umum.

  • Solusio Plasenta: Secara klasik ditandai oleh perdarahan yang disertai nyeri (meskipun tidak selalu), nyeri tekan uterus, kontraksi yang sering, dan potensi gawat janin. USG akan menunjukkan lokasi plasenta yang normal di fundus atau korpus uteri (meskipun hematoma mungkin terlihat).

  • Plasenta Previa: Secara klasik ditandai oleh perdarahan pervaginam berwarna merah segar yang tidak disertai nyeri (painless bleeding). Uterus biasanya lunak, tidak nyeri tekan, dan denyut jantung janin sering kali normal kecuali jika perdarahan sangat masif. USG adalah alat diagnostik definitif, yang dengan jelas menunjukkan plasenta menutupi atau berada sangat dekat dengan ostium uteri internum.

Penyebab Lain: Penyebab perdarahan trimester akhir yang kurang umum namun penting untuk dipertimbangkan meliputi:

  • Vasa Previa: Kondisi di mana pembuluh darah janin berjalan tanpa perlindungan di atas atau sangat dekat dengan serviks. Ini sangat berbahaya karena ruptur selaput ketuban dapat merobek pembuluh darah ini, menyebabkan perdarahan janin yang cepat dan fatal. Diagnosis ditegakkan dengan USG Doppler warna yang menunjukkan adanya pembuluh darah janin yang melintasi serviks.

  • Ruptur Uteri: Kejadian langka namun katastrofik, biasanya terjadi pada wanita dengan riwayat operasi uterus sebelumnya (misalnya, seksio sesarea). Ditandai dengan nyeri hebat yang tiba-tiba, hilangnya kontur uterus, dan gawat janin yang akut.

  • Penyebab Lokal: Perdarahan juga bisa berasal dari serviks atau vagina, seperti lesi serviks (polip, ektropion, atau keganasan) atau robekan vagina.

Tabel berikut menyajikan kerangka kerja untuk proses diagnostik pada pasien dengan perdarahan trimester ketiga.

Tabel 2: Diagnosis Banding Perdarahan Trimester Ketiga


Kondisi

Nyeri

Karakteristik Perdarahan

Tonus Uterus

Temuan Kunci USG

Solusio Plasenta

Sering kali hebat, akut, dan terus-menerus.

Darah gelap, sering kali dengan bekuan. Bisa tersembunyi.

Tegang, keras seperti papan (board-like), nyeri tekan.

Lokasi plasenta normal, kemungkinan adanya hematoma (retroplasenta/subkorionik).

Plasenta Previa

Biasanya tidak ada nyeri (painless).

Merah segar, sering kali profus dan berulang.

Lunak, relaks, tidak nyeri tekan.

Plasenta menutupi atau berada <2 cm dari ostium uteri internum.

Vasa Previa

Tidak ada nyeri terkait perdarahan.

Perdarahan janin (gelap), sering terjadi setelah amniotomi atau pecah ketuban spontan.

Lunak, relaks.

Pembuluh darah janin terlihat melintasi ostium uteri internum dengan Doppler warna.

Ruptur Uteri

Nyeri hebat yang tiba-tiba, sering digambarkan sebagai "rasa robek".

Perdarahan bisa internal atau eksternal.

Kehilangan kontur uterus, bagian janin mudah teraba di luar uterus.

Defek pada miometrium, bagian janin di luar kavum uteri, hemoperitoneum.

Bagian III: Pencitraan Lanjutan dan Arah Masa Depan

3.1. Melampaui B-mode: Teknologi Baru dalam Pencitraan Plasenta

Keterbatasan yang melekat pada USG B-mode konvensional dalam mendiagnosis solusio plasenta telah mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi teknologi pencitraan yang lebih canggih. Keberadaan penelitian aktif pada modalitas baru ini merupakan pengakuan implisit dari komunitas medis bahwa alat yang ada saat ini belum memadai untuk tantangan diagnostik yang ditimbulkan oleh solusio plasenta. Hal ini menggarisbawahi sebuah "kesenjangan teknologi" yang coba dijembatani oleh inovasi. Bagi klinisi, ini memperkuat pesan inti untuk tidak menaruh kepercayaan mutlak pada USG B-mode standar, sekaligus memberikan gambaran tentang masa depan diagnosis plasenta.

  • Doppler Warna dan Superb Microvascular Imaging (SMI): Doppler warna standar berguna untuk menilai aliran darah makroskopik dan sangat penting dalam mendiagnosis vasa previa. SMI adalah teknik Doppler yang lebih baru dan lebih sensitif, yang mampu memvisualisasikan aliran darah berkecepatan rendah di pembuluh darah mikro. Dalam sebuah laporan kasus, SMI berhasil membantu diagnosis hematoma subkorionik marginal dengan menunjukkan tidak adanya aliran darah di dalam area yang dicurigai. Hal ini mengkonfirmasi bahwa massa tersebut adalah bekuan darah avaskular, bukan jaringan plasenta atau massa vaskular lainnya, sehingga meningkatkan kepercayaan diagnostik.

Gambar 2. Superb microvascular imaging

  • Attenuation Imaging (ATI): Ini adalah aplikasi USG baru yang mengukur laju pelemahan sinyal ultrasonik saat melewati jaringan. Prinsipnya adalah jaringan yang homogen (seperti parenkim plasenta normal) akan menunjukkan atenuasi yang seragam dan dapat dipetakan dengan warna, sedangkan jaringan yang heterogen (seperti bekuan darah) tidak akan terpetakan. Dalam sebuah laporan kasus, ATI berhasil membedakan hematoma dari parenkim plasenta di sekitarnya, padahal pada B-mode keduanya tampak isoechoic dan tidak dapat dibedakan. ATI menunjukkan potensi terobosan untuk mengatasi masalah "hematoma isoechoic" yang menjadi penyebab utama hasil negatif palsu pada USG konvensional.

  • Elastografi Ultrasonik: Teknik ini mengukur kekakuan atau elastisitas jaringan. Proses patologis pada plasenta, seperti fibrosis, kalsifikasi, atau edema yang terkait dengan vaskulopati (seperti pada preeklamsia, faktor risiko utama solusio), dapat mengubah kekakuan plasenta. Sebagian besar penelitian saat ini berfokus pada penggunaan elastografi untuk diagnosis preeklamsia, dengan menunjukkan bahwa plasenta pada kasus preeklamsia cenderung lebih kaku. Meskipun belum diteliti secara ekstensif untuk solusio plasenta, secara teoritis, teknik ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi plasenta yang "sakit" atau abnormal secara struktural, yang mungkin berisiko lebih tinggi untuk mengalami solusio kronis.

Tabel berikut merangkum peran dan status berbagai modalitas USG dalam diagnosis solusio plasenta.

Tabel 3: Performa Diagnostik dan Peran Berbagai Modalitas Ultrasonografi

Modalitas

Fungsi Utama

Keuntungan Kunci pada Solusio

Aplikasi Klinis Saat Ini

USG B-mode

Pencitraan anatomi.

Tersedia luas, menyingkirkan plasenta previa, dapat mengidentifikasi hematoma.

Standar perawatan.

Doppler Warna

Menilai aliran darah makroskopik.

Mengidentifikasi vasa previa, membedakan hematoma dari massa vaskular.

Standar perawatan untuk indikasi spesifik.

Superb Microvascular Imaging (SMI)

Menilai aliran darah mikrovaskular.

Dapat mengkonfirmasi sifat avaskular dari hematoma dengan lebih pasti.

Eksperimental / dalam penelitian.

Attenuation Imaging (ATI)

Mengukur atenuasi sinyal (homogenitas jaringan).

Potensi untuk mendeteksi hematoma isoechoic yang tidak terlihat pada B-mode.

Eksperimental / dalam penelitian.

Elastografi

Mengukur kekakuan jaringan.

Potensi untuk mengidentifikasi plasenta yang abnormal secara struktural (risiko solusio kronis).

Eksperimental / dalam penelitian.

3.2. Mengkorelasikan Temuan Sonografis dengan Luaran Perinatal

Salah satu tujuan utama diagnosis adalah untuk memprediksi prognosis. Dalam kasus solusio plasenta, temuan USG dapat memberikan beberapa petunjuk prognostik, namun interpretasinya harus dilakukan dengan hati-hati. Terdapat diskoneksi antara apa yang terlihat secara anatomis pada USG dan dampak fungsional yang sebenarnya pada janin.

Studi telah menunjukkan korelasi langsung antara beberapa temuan anatomis dan luaran yang buruk. Ukuran hematoma dan persentase separasi plasenta adalah prediktor kuat. Hematoma yang besar (misalnya, volume >60 ml) atau separasi plasenta yang melibatkan lebih dari 50% area permukaan sering kali dikaitkan dengan kematian janin intrauterin. Lokasi juga penting; hematoma retroplasenta secara konsisten dikaitkan dengan luaran yang lebih buruk dibandingkan hematoma subkorionik karena dampak langsungnya pada fungsi plasenta.

Namun, sebuah nuansa penting muncul dari penelitian yang lebih baru. Sebuah studi menemukan bahwa ada atau tidaknya temuan USG yang sugestif solusio plasenta tidak berkorelasi dengan keterlambatan perkembangan neurologis jangka panjang pada anak. Sebaliknya, faktor-faktor yang secara signifikan terkait dengan luaran buruk ini adalah interval waktu yang panjang antara diagnosis dan persalinan, serta tingkat prematuritas yang ekstrem.

Temuan ini menyiratkan adanya dua mekanisme cedera yang berbeda. Pertama, solusio akut dan masif menyebabkan hipoksia berat dan kematian janin, di mana ukuran anatomis separasi adalah faktor penentu utama. Kedua, pada solusio yang tidak terlalu parah atau bersifat kronis, cedera mungkin terjadi melalui hipoksia tingkat rendah yang berkepanjangan dan kaskade inflamasi. Dalam skenario ini, durasi paparan terhadap lingkungan intrauterin yang merugikan (diwakili oleh interval diagnosis-ke-persalinan) menjadi lebih penting daripada ukuran awal bekuan darah itu sendiri.

Implikasi klinis dari pemahaman ini sangat mendalam. Adanya hematoma "kecil" pada USG tidak boleh memberikan rasa aman yang palsu bahwa janin aman. Gambaran klinis yang berkelanjutan, terutama pemantauan denyut jantung janin, tetap menjadi panduan terbaik untuk menilai kesejahteraan janin. USG adalah salah satu bagian dari penilaian risiko multi-faceted, bukan alat prognostik yang berdiri sendiri.

Referensi

  1. Maternal, Labor, Delivery, and Perinatal Outcomes Associated with Placental Abruption: A Systematic Review - PMC - PubMed Central, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5683164/

  2. Diagnostic Performance of Ultrasonography for Detection of Abruption and Its Clinical Correlation and Maternal and Foetal Outcome, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5028521/

  3. Placental Abruption - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Juli 19, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482335/

  4. Independent risk factors for placental abruption: a systematic review and meta-analysis, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11938633/

  5. Placental Abruption at Near-Term and Term Gestations ..., diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10176440/

  6. Placental Abruption: Pathophysiology, Diagnosis, and Management - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39774455/

  7. Placental abruption - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17012465/

  8. Placental abruption: epidemiology, risk factors and consequences - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21241259/

  9. Diagnosis of Placental Abruption: Relationship between Clinical and Histopathological Findings - PMC, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2814948/

  10. The comparison of placental abruption coupled with and without preeclampsia and/or intrauterine growth restriction in singleton pregnancies - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31248311/

  11. Severe placental abruption: clinical definition and associations with maternal complications - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26393335/

  12. Attenuation imaging as a new ultrasonographic application for identifying placental haematoma - PMC, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7929843/

  13. Sonographic spectrum of placental abruption - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3538831/

  14. Placental abruption and placental hemorrhage: correlation of sonographic findings with fetal outcome - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3299486/

  15. Sonographic spectrum of placental abruption | AJR, diakses Juli 19, 2025, https://ajronline.org/doi/10.2214/ajr.148.1.161

  16. Sonographic diagnosis of chronic abruption - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21176317/

  17. Diagnostic Challenges and Perinatal Outcomes: A Case Series on a Retrospective Study, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC12154241/

  18. Ultrasonographic findings of placental abruption observed on superb microvascular imaging - PubMed, diakses Juli 19, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35779928/

  19. The Value of Ultrasonic Elastography in Detecting Placental Stiffness for the Diagnosis of Preeclampsia: A Meta-Analysis - PMC, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10527587/

  20. Clinical factors associated with developmental delay in placental abruption - PMC, diakses Juli 19, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC12265295/

  21. Healthcare SEO: The Ultimate Guide to Medical SEO in 2025, diakses Juli 19, 2025, https://seoprofy.com/blog/healthcare-seo/