Blog Kami

Internal Medicine

7 Prinsip Tatalaksana Kegawatdaruratan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas di IGD

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah salah satu masalah kegawatdaruratan yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Peningkatan konsumsi NSAID, aspirin dan anti-koagulan di masyarakat diduga menyumbangkan pengaruh yang signifikan angka kejadian perdarahan SCBA. Angka kematian perdarahan SCBA di Indonesia masih tinggi di Indonesia. Laporan di Amerika dan Eropa menyebutkan angka kematian perdarahan SCBA masih berkisar antara 5-10%, dengan kasus yang dominan ditemukan adalah perdarahan SCBA karena tukak peptik. Sedangkan di Indonesia, masih belum kami temukan data pasti angka kematian SCBA, namun dengan proporsi varises esofagus>30%, kemungkinan angka kematian SCBA di Indonesia mencapai 15-20%. Satu dari lima pasien akan meninggal! Berdasar penyebabnya, perdarahan SCBA dapat dibagi menjadi dua yaitu variseal dan non veriseal. Perdarahan SCBA sendiri didefinisikan sebagai kondisi kehilangan darah dalam lumen saluran cerna, dimana saja, mulai dari esofagus sampai dengan duodenum (dengan batas anatomik di Ligamentum Treitz). Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway yang tepat akan memberikan kita pedoman yang mendekati ideal dalam penatalaksanaan perdarahan SCBA.

30 Dec 2015
7 Prinsip Tatalaksana Kegawatdaruratan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas di IGD

Internal Medicine

Pasien Ini Berhasil “Memaksa” Bu Menkes Impor Murah Obat Hepatitis C Seharga Rp. 250 Juta

Saya sangat suka dengan kisah ini karena memberikan kita, Dokter Indonesia, sebuah perspektif bahwa kegigihan akan mengalahkan tirani. Kisah ini adalah seorang pasien dengan ko-infeksi HIV dan hepatitis C. Seorang single parent yang harus berjuang bertahan hidup agar anaknya tetap bisa makan dan sekolah. Adalah Ayu Oktariani, pasien penggagas petisi online tersebut di change.org, sebuah website petisi online. Ayu telah mengidap HIV selama 6 tahun dan telah mendapatkan akses pengobatan ARV sehingga saat ini dapat tetap produktif dan beraktivitas secara normal.

29 Dec 2015
Pasien Ini Berhasil “Memaksa” Bu Menkes Impor Murah Obat Hepatitis C Seharga Rp. 250 Juta

Internal Medicine

Mati Muda(H)

Carl Sanburg, The Hang Man at Home (filsuf Yunani) Dalam hitungan kurang lebih satu bulan, dunia Kedokteran Indonesia kehilangan dua dokter muda yang sedang menjalani internship di Dobo, Kepulauan Aru. Mereka adalah Dokter Andra dan Nanda. Duka mendalam tidak hanya dirasakan kedua orang tua mereka, namun seluruh dokter dan masyarakat kesehatan di Indonesia. Dalam ilmu epidemiologi kita mengenal Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Misalnya peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

21 Dec 2015
Mati Muda(H)

Internal Medicine

Hati-Hati, Rifampisin Menurunkan Efektivitas Glibenklamid

Indonesia harus waspada Tuberkulosis (TB)-Diabetes, mengingat prevalensi Diabetes Melitus (DM) yang semakin meningkat di Indonesia dan sejarah lama epidemi TB di Indonesia. Penelitian Alisjahbana (2006) menyebutkan bahwa 13,2% pasien TB menderita juga DM. Itu artinya, kira-kira setiap anda menangani 10 pasien TB, setidaknya ada 1 pasien yang menderita DM sebagai komorbid. Masalah menjadi pelik karena TB dan DM adalah sama-sama tergolong dalam penyakit yang harus ditangani di fasilitas kesehatan primer. Seperti kita ketahui, fasilitas kesehatan primer di Indonesia masih terbelenggu dengan minimnya plihan obat farmakologis dan sarana diagnostik. Padahal, infeksi TB yang terjadi pada pasien dengan DM bukanlah masalah sederhana. Jika tidak tepat dalam melakukan terapi, bisa jatuh pada kondisi multi-drug resistant (MDR).

18 Dec 2015
Hati-Hati, Rifampisin Menurunkan Efektivitas Glibenklamid

Pediatri

Vaksin Campak Usia 9 Bulan Saja Tidak Cukup, Perlu Diulang Usia 2 dan 5 Tahun

Setidaknya, menurut Prof. Sri Rezeki, SpA dalam Buku Saku Imunisasi, ada dua alasan mengapa seorang anak perlu vaksinasi: Imunisasi adalah upaya yang aman dan sangat efektif dalam mencegah penyakit infeksi, contohnya campak. Keuntungan imunisasi jauh lebih besar bila dibandingkan resiko imunisasi yang sangat kecil. Jika cukup banyak orang yang mendapat imunisasi maka akan terbentuk kekebalan kolektif (herd immunity). Jika semua orang kebal terhadap infeksi virus campak, maka virus campak tidak akan lagi memiliki inang (host) untuk berkembang biak. Harapannya suatu saat virus campak akan "punah" seperti virus cacar dan polio. Jadi imunisasi adalah sebuah upaya melindungi diri sendiri dan orang lain. Jika ada orang yang menolak vaksinasi, itu artinya dia tidak hanya mencelakai dirinya atau anaknya sendiri, tetapi juga mencelakai orang lain disekitarnya.

1 Dec 2015
Vaksin Campak Usia 9 Bulan Saja Tidak Cukup, Perlu Diulang Usia 2 dan 5 Tahun