30 Dec 2015 • Internal Medicine
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah salah satu masalah kegawatdaruratan yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Peningkatan konsumsi NSAID, aspirin dan anti-koagulan di masyarakat diduga menyumbangkan pengaruh yang signifikan angka kejadian perdarahan SCBA.
Angka kematian perdarahan SCBA di Indonesia masih tinggi di Indonesia. Laporan di Amerika dan Eropa menyebutkan angka kematian perdarahan SCBA masih berkisar antara 5-10%, dengan kasus yang dominan ditemukan adalah perdarahan SCBA karena tukak peptik. Sedangkan di Indonesia, masih belum kami temukan data pasti angka kematian SCBA, namun dengan proporsi varises esofagus>30%, kemungkinan angka kematian SCBA di Indonesia mencapai 15-20%. Satu dari lima pasien akan meninggal!
Berdasar penyebabnya, perdarahan SCBA dapat dibagi menjadi dua yaitu variseal dan non veriseal. Perdarahan SCBA sendiri didefinisikan sebagai kondisi kehilangan darah dalam lumen saluran cerna, dimana saja, mulai dari esofagus sampai dengan duodenum (dengan batas anatomik di Ligamentum Treitz). Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway yang tepat akan memberikan kita pedoman yang mendekati ideal dalam penatalaksanaan perdarahan SCBA.
Manifestasi klinik yang paling klasik adalah adanya hematemesis (muntah darah segar dan atau disertai hematin/hitam) yang kemudian dilanjutkan dengan timbulnya melena. Kondisi tersebut paling banya disebabkan oleh perdarahan SCBA pada bagian esofagus dan gaster. Perdarahan pada duodenum lebih sering bermanifestasi sebagai melena.
Manifestasi klinik perdarahan SCBA juga sangat dipengaruhi jumlah darah yang keluar per satuan waktu. Jika darah yang terkumpul cukup banyak dan relatif cepat, maka yang terjadi adalah volume darah yang cukup besar akan memicu refleks muntah, sebelum darah sempat bereaksi dengan asam lambung membentuk hematin. Jika proses tersebut yang terjadi maka manifestasi klinik yang dominan terjadi adalah muntah darah segar berwarna merah.
Namun, jika darah terkumpul dalam waktu yang cukup untuk bereaksi dengan asam lambung membentuk hematin/hitam, maka manifestasi klinik yang dominan adalah hematemesis. Melena dapat terjadi jika volume perdarahan cukup tinggi, namun perdarahan pada duodenum lebih sering bermanifestasi sebagai berak darah segar (hematochezia) atau merah hati (maroon stool) meskipun pada beberapa kasus dapat ditemui hematemesisรขโฌโmelena.
Pada prinsipnya, tatalaksana perdarahan SCBA terdiri dari beberapa tahapan yang dalam implementasinya merupakan alur berkesinambungan.
Semoga bermanfaat.
Bahan Bacaan Lebih Lanjut:
=
Sponsored Content
Diskusi tentang EIMED BIRU lebih lanjut, bisa Inbox Admin Dokter Post^^
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda ๐