Tatalaksana utama pasien dewasa suspek demam berdarah dengue (DBD) adalah terapi cairan. Tujuannya adalah mempertahankan jumlah cairan dalam pembuluh darah tetap adekuat. Seperti diketahui bahwa mekanisme patogenesis utama dalam perjalanan penyakit DBD adalah kebocoran plasma. Kebocoran plasma dapat menyebabkan defisit cairan intravaskuler yang serius sehingga menuntun pasien pada kondisi syok yang berujung pada kematian.
Di bawah ini kami akan menguraikan tentang protokol terapi cairan pada pasien dewasa yang diduga menderita DBD. Protokol ini dapat diaplikasikan baik di puskesmas, klinik pratama maupun bangsal rumah sakit.
Protokol Terapi Cairan Pada Pasien Dewasa Suspek Demam Berdarah Dengue
Pasien yang diduga DBD, tanpa perdaran spontan masif dan tanpa syok dapat diberikan terapi cairan kristaloid dengan monitoring kadar Hb dan Hematokrit setiap 24 jam.
Dalam 24 jam, jumlah cairan kristaloid yang diberikan dapat mengikuti rumus di bawah ini
Cotohnya, ada pasien suspek DBD, tanpa perdahan, tanpa syok dengan berat badan 50 kg, berapa cairan rumatannya?
1500+(20x(50-20))= 2100 mL
Jadi kebutuhan cairan rumatan pasien adalah cairan kristaloid 2100 mL/24 jam.
Selanjutnya Hb dan hematokrit diperiksa tiap 24 jam.
Pada pasien suspek DBD dengan Hematokrit 10-20% dan Trombosit <100.000 menghitung volume cairan rumatan dapat digunakan rumus di atas. Hanya saja, perlu dilakukan pengecekan Hb dan hematokrit setiap 12 jam.
Bagaimana Terapi Cairan Pasien Dengan Hematokrit > 20% dan Trombosit < 100.000?
Pada pasien dengan profil klinis seperti di atas, maka pasien harus mendapatkan protokol terapi cairan khusus.
Pasien harus mendapatkan perhatian serius karena peningkatan hematokrit > 20% menunjukkan bahwa pasien telang mengalami defisit cairan > 5%. Pada defisit cairan sebanyak itu, terapi cairan awal yang diberikan adalah infus kristaloid 7 mL/kgBB/jam.
Setelah 3-4 jam, hb dan hematokrit pasien dipantau. Bila terjadi perbaikan hemodinamik yang meliputi
- Hematokrit turun
- Frekuensi nadi turun
- Tekanan darah stabil
- Produksi urin meningkat
Jika hemodinamik membaik, maka jumlah dosis cairan kristaloid yang diberikan 5 mL/kgBB/jam. Selanjutnya dilakukan evaluasi hemodinamik 2 jam kemudian. Jika kondisi stabil, dosis cairan kristaloid diturunkan 3 mL/kgBB/jam. Jika dalan evaluasi 24-48 jam kondisi hemodinamik sudah stabil, maka pemberian cairan dapat dihentikan.
Namun, bila setelah pemberian terapi awal 7 mL/kgBB/jam hemodinamik pasien tidak membaik dalam 3-4 jam, dosis cairan kristaloid ditingkatkan 10 mL/kgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan evaluasi hemodinamik, jika membaik maka dosis kristaloid diturunkan menjadi 5 mL/kgBB/jam.
Namun, jika hemodinamik masih belum stabil, dosis cairan kristaloid dapat ditingkatkan hingga 15 mL/kgBB/jam. Jika dalam perkembangannya belum terjadi tanda-tanda perbaikan, maka perlu dievaluasi apakah sudah ada tanda-tanda syok. Jika memang gejala klinis mengarah pada tanda-tanda syok, maka pasien harus menjalani protokol penanganan pasien syok.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Sejawat, tau nggak… 1 dari 100 pasien DBD yang kamu dapatkan akan meninggal. Admin sih berharap kamu dapat 99 pasien yang selamat. Tapi, pernah nggak kebayang kamu dapat 1 pasien yang gagal diselamatkan?
Yuk, update ilmu tatalaksana pasien demam berdarah dengue.
Ada video 50 menit dari dr. Musofa Rusli, SpPD. Bagus banget, meliputi
- Epidemiologi DBD
- Patogenesis DBD
- Gejala Klinis DBD
- Diagnosis Banding DBD
- Diagnosis Klinis DBD
- Diagnosis Pasti DBD
- Tatalaksana DBD
- Monitoring Terapi DBD
- Komplikasi DBD
- Kriteria Pemulangan Pasien DBD
ini salah satu potongan video yang membahas Diagnosis Banding DBD…
Sayangnya, filenya terlalu besar (HD 3.5 GB) untuk dikirim via email. Kasihan sejawat yang internet di daerah kurang bagus.
Solusinya, admin akan copy-kan video ke DVD, lengkap dengan transkripnya.
DVD-nya GRATIS LHO… (periode promo cuma sampai 12 Maret 2017)
Kamu cukup ganti onkirnya saja (Rp 50.000,00 ke seluruh Indonesia).
Minat? Inbox admin ya^^