Pertanyaan yang sering yang diajukan ibu-ibu muda saat anaknya akan menjalani imunisasi adalah,
"Dok, Anak Saya bulan lalu step (baca: Kejang Demam) habis diimunisasi. Misal, bulan ini diimunisasi apakah tidak beresiko, Dok?"
Kekhawatiran ibu-ibu muda ini semakin diperparah dengan serbuan informasi online dari kalangan Anti-Vaksin. Turbulensi informasi yang diciptakan kalangan Anti-Vaksin tidak hanya menyebabkan keraguan, namun juga menumbuhkan kecurigaan tidak beralasan para ibu muda terhadap keamanan vaksin.
Pendekatan santun, berempati dan bersahabat tentu menjadi modalitas penting untuk meluruskan pemikiran tersebut. Namun, tentu materi informasi yang akurat, sahih dan didukung data ilmiah juga tidak kalah penting untuk memberikan edukasi pada orang tua pasien.
Berikut beberapa informasi penting terkait vaksin dan Kejang Demam pada anak yang kami rangkum dari website CDC:
- Vaksin justru mencegah banyak penyakit infeksi yang menyebabkan kejang demam. Vaksin memang memiliki beberapa efek samping yang dapat menyebabkan demam, yang berujung pada kejang demam, namun kemungkinan terjadi kejang demam sangat kecil. Vaksin justru terbukti memiliki efek protektif terhadap banyak penyakit infeksi berbahaya, yang hampir pasti berujung pada demam bahkan dapat menyebabkan kejang demam. Beberapa penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan program imunisasi komplit adalah campak, rubella, gondong, cacar air, influenza, pneumokokus, dan banyak penyakit infeksi lain. Jadi, pada pasien anak yang memiliki kerentanan terjadi kejang demam, tidak vaksin akan meningkatkan kemungkinan lebih sering terkena kejang demam.
- Kejang Demam memang menakutkan, namun biasanya berlangsung singkat dan memiliki prognosis yang baik. Jadi, sebenarnya tidak perlu terlalu ditakutkan oleh orang tua pasien. Beberapa vaksin memang dilaporkan meningkatkan sedikit resiko untuk terjadi kejang demam, contohnya MMR dan MMRV. Vaksin DTaP dan PCV-13 memiliki sedikit resiko kejang demam bila diberikan bersama dengan vaksin influenza (TIV). Namun bila diberikan sendiri-sendiri tidak menyebabkan kejang demam. DTP memiliki sedikit resiko kejang demam yang dapat terjadi satu hari setelah penyuntikan. Pemberian acetaminophen atau paracetamol dapat mengurangi kemungkinan demam, namun belum terbukti dapat mengurangi resiko terjadinya kejang demam.
3.Vaksin DTaP dan Vaksin varicella tidak memiliki resiko terjadi kejang demam. Vaksin DTaP adalah vaksin gabungan kuman difteri, tetanus yang dilemahkan dan immunogen kuman pertusis (bukan kuman pertusis yang dilemahkan). Vaksin DTaP dikembangkan karena beberapa komplain dari masyarakat terhadap efek demam yang ditimbulkan oleh vaksin DTP (Berfungsi sama dengan Vaksin DTaP, dengan komponen kuman pertusis yang dilemahkan sehingga sering menyebabkan demam). Dengan karakteristik yang kurang menyebabkan demam, maka vaksin DTaP dapat menjadi alternatif pilihan bagi pasien anak yang memiliki riwayat kejang demam sebelumnya.
Tidak vaksin akan menyebkan pasien anak lebih besar kemungkinan menderita kejang demam. Selain itu tidak divaksin akan menyebabkan pasien anak lebih rentan mengidap penyakit infeksi berat dan berbahaya. Jadi, divaksin gak ya?