Seorang anak berusia 2 tahun dibawa oleh ibunya dengan keluhan paska kejang selama 5 menit, 2 jam yang lalu. Saat ini kondisi pasien compos mentis. Pasien memiliki riwayat diare disertai demam sejak 1 hari yang lalu. Riwayat keluar cairan dari telinga (-). Dari pemeriksaan: Nadi 100 x/menit, Frekuensi Nafas 20 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg. Suhu Aksiller: 39 C, meningeal sign (-). Pemeriksaan Penunjang yang diusulkan?
A. EEG
B. Pungsi Lumbal
C. MRI
D. Kadar Elektrolit Serum
E. CT Scan
Jawaban: Kadar Elektrolit Serum
Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C), disebabkan oleh proses ektrakranial. Pasien anak adalah populasi utama yang beresiko menderita penyakit ini. Meskipun terkadang membutuhkan perawatan gawat darurat, sebagian besar pasien memiliki prognosis yang baik. Pencarian faktor penyebab kejang harus menjadi fokus utama setelah kegawatdaruratan berhasil diatasi.
Kejang demam secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar: Kejang Demam Sederhana (KDS) dan Kejang Demam Komplek (KDK). Beberapa ahli menambahkan Kejang Demam Simtomatik yang merujuk pada pasien Kejang Demam Sederhana yang sudah memiliki underlying disease yang berhubungan dengan penyakit saraf. Artikel ini akan membahas manajemen kejang demam sederhana.
Fokus utama manajemen Kejang Demam Sederhana, setelah kegawatdaruratan distabilisasi, adalah mencari faktor penyebab demam. Tidak ada prosedur diagnosis tertentu yang secara khusus diindikasikan untuk menegakkan diagnosis kejang demam.
CT scan dan MRI tidak diindikasikan pada pasien dengan kejang demam sederhana. Pada dasarnya, Kejang Demam Sederhana tidak selalu membutuhkan pemeriksaan penunjang lanjutan, contohnya: EEG, neuroimaging dan pemeriksaan darah. Kecuali pada pasien yang menderita diare, pemeriksaan serum elektrolit diindikasikan untuk mengetahui apakah ada ketidakseimbangan elektrolit darah yang mungkin menyebabkan demam atau memicu kejang (AAP, 2011).
Pungsi lumbal disarankan untuk dilakukan pada pasien dengan kecurigaan meningitis. Pasien anak berusia < 6 bulan tidak lazim menderita kejang demam, sehingga pada anak usia tersebut sangat disarankan melakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan diagnosis meningitis. Kecurigaan meningitis dibuat pada pasien anak berusia 6-12 bulan dengan: staus imunisasi Haemophillus influenza (Hib) dan Streptococcus pneumoniae yang tidak lengkap, atau tidak dapat ditentukan. Pungsi Lumbal dilakukan sebelum pasien tersebut menerima antibiotik. Pada umumnya, pungsi lumbal jarang diindikasikan pada pasien kejang demam berusia > 18 bulan, kecuali bila didapatkan kecurigaan meningitis yang kuat (AAP, 2011).
Semoga bermanfaat.