Hipernatremia adalah keadaan gawat darurat yang jarang ditemukan di Instalasi Gawat Darurat, namun dapat berakhir fatal. Beberapa pasien kejang bahkan sampai mengalami perubahan status mental hingga kematian. Hipernatremia sering terjadi karena terapi larutan NaCl 0,9% yang berlebihan.
Secara sederhana, pasien hieprnatremia dapat dibagi menjadi 3 jika dikelompokkan berdasar volume cairan tubuh
- Hipovolemia-Hipernatremia
- Hipervolemia-Hipernatremia
- Euvolemia-Hipernatremia
Hipovolemia-Hipernatremia
Kondisi ini adalah kondisi hipernatremia yang berkaitan dengan kadar natrium total yang rendah. Pada pasien tipikal ini, kehilangan air melalui ginjal atau gastrointestinal terjadi lebih dominan dari kehilangan natrium. Sehingga hipernatremia terjadi bukan karena jumlah natrium absolut meningkat, namun lebih karena volume air yang berkurang. Jika dilakukan pemeriksaan urin makan akan didapatkan kadar natrium urin yang rendah.
Hipervolemia-Hipernatremia
Pada kasus hipernatremia tipe ini, hipernatremia memang berkaitan dengan kadar natrium absolut yang meningkat, yang diikuti dengan peningkatan volume air (natrium bersifat higroskopik). Kondisi hipervolemia-hipernatremia sering ditemui dalam praktek sehari-hari karena dalam proses perawatan pasien mendapat cairan hipertonik NaCl 3% atau koreksi asidosis metabolik dengan NaBic (NaHCO3). Beberapa pasien dialisis yang mendapat cairan dialisat dengan konsentrasi natrium yang tinggi juga dapat mengalami hipervolemia-hipernatremia. Hipernatremia jenis ini juga sering ditemukan pada pasien gagal ginjal yang dirawat karena edema sehingga produksi urin yang menurun.
Euvolemia-Hipernatremia
Jenis hipernatremia ini sering didapatkan pada kadar natrium yang normal. Pasien yang menderita gangguang elektrolit ini biasanya pasien usia myda atau pun usia lanjut yang hipodipsi (kurang minum), sering diakibatkan gangguan persepsi rasa haus.
Diagnosis Klinis Hipernatremia
Diagnosis klinis hipernatremia ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium serum elektrolit.
Namun, hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik hipernatremia sering tidak khas. Kondisi hipernatremia sering ditemukan karena dilakukan diagnosis banding terhadap penyakit yang lain, atau secara "tidak sengaja" ditemukan pada pememriksaan rutin serum elektrolit pada kondisi tertentu.
Gejala klinis hipernatremia sering berkaitan dengan sistem saraf pusat, berupa perubahan status mental
- letargia
- iritabilitas
- gelisah
- kejang
- muscle twitching
- spastisitas otot
Gejala lain yang dapat ditemukan
- Demam
- Mual
- Muntah
- Sulit Bernapas
- Rasa haus
Diagnosis hipernatremia ditegakkan bila dalam hasil laboratorium serum elektrolit menunjukkan kadar natrium mencapai > 145 mEq/L.
Sekitar 2/3 pasien hipernatremia akut akan mendapatkan gejala sisa neurologis setelah berhasil pulih. Pada pasien dewasa dengan kadar natrium 160 mEq/L memiliki angka mortalitas hingga 75%.
Tatalaksana Hipernatremia
Hipernatremia sering merupakan kondisi klini yang dapat diantisipasi dan dicegah. Pasien yang dirawat di rumah sakit atau pasien usia lanjut memili resiko tinggi mengalami hipernatremia karena gangguan persepsi rasa haus dan tidak mampu mendapat air secar independen.
Pada keadaan khusus (gangguan ginjal akut, katabolik, terapi cairan hipertonik, diabetes tidak terkontrol dan luka bakar) pasien membutuhkan monitoring kadar elektrolit yang ketat. Pasien tipikal ini membutuhkan dosis aor yang adekuat.
Tujuan pengobatan selalu didasarkan pada keadaan hiperosmolalitas dan ditujukan untuk memperbaiki tonisitas plasma. Tatalaksana yang diberikan bergantung status volume cairan, dapat dilihat pada bagan di atas.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Sudah punya guideline Stroke terbaru dari PERDOSSI? Ada di buku ini nih… Cek aja Halaman 170-178
Inbox admin ya untuk pemesanan^^
Limited Edition^^