Sedikit mau berbagi dari materi yang aku dapatkan di Simposium Jakarta Diabetes Meeting 2017. HTM-nya lumayan mahal, 2.5 juta/kepala. Tapi worth, soalnya ilmunya asik-asik.
Nah, salah satu bahasan yang menurutku menarik dan relevan buat TS di Puskesmas dan PPK 1 yang lain adalah pembahasan tentang sulfonilurea. Tau sendiri dong, sulfonilurea kan memang "best seller"-nya obat diabetes di Puskesmas. Soalnya sering kali cuma ada sulfonilurea (glibenklamid) di Puskesmas.
Tapi, ya tentu kita nggak bisa abai tentang kenyataan bahwa pasien hipoglikemia paling sering datang ke IGD karena efek glibenklamid. Namun, karena glibenklamid relatif murah meriah sehingga mau nggak mau ya kita harus "bersahabat" dengan glibenklamid.
Oke, setidaknya ada dua isu penting yang disoroti dalam penggunaan glibenklamid untuk terapi pasien diabetes melitus
- Efek samping hipoglikemia
- Efek samping kenaikan berat badan
Aman Mengkonsumsi Glibenklamid
Isu pertama yang paling signifikan dalam penggunaan glibenklamid adalah efek samping hipoglikemia. Artikelku sebelumnya pernah menyoroti hal ini dengan cukup keras.
Sekitar 16,9 dari 1000 orang mengalami insiden hipoglikemia setelah diterapi glibenclamide. Penelitian lain di Inggris menyebutkan bahwa pasien berusia diatas 65 tahun yang diterapi glibenclamide memiliki kemungkinan mengalami hipoglikemia 1,27 kali dibandingkan pasien yang lebih muda. Kemungkinan glibenclamide menyebabkan hipoglikemia 52% lebih tinggi bila dibandingkan sulfonilurea lain (eg glicazide, glimepiride).
Nah, ada pernyataan menarik yang disampaikan dalam Simposium Jakarta Diabetes Meeting 2017.
"Sulfonilurea pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Efek samping hipoglikemia biasanya muncul pada penggunaan sulfonilurea long acting seperti glibenklamide dan chlorpropamide dengan dosis yang eksesif."
Jadi kata kuncinya ada pada sulfonilurea long acting dan dosis eksesif. Artinya, kalau kita resepkan pasien sulfonilurea yang bukan long acting dengan dosis yang sesuai efek samping hipoglikemia diharapkan tidak muncul.
Masalahnya memang di Puskesmas daerah, sering kali obat hipoglikemik oral yang ada hanya glibenklamide. Jadi opsi untuk meresepkan sulfonilurea lain tertutup. Sehingga, piihannya tinggal pendekatan kedua: berikan dosis yang tepat.
Sebenarnya, kalau dari pengalamanku hampir semua sejawat sudah memberikan dosis glibenklamide yang tepat. Masalahnya, kayaknya ada beberapa pasien yang "berlagak dokter" menaikturunkan dosis terapinya sendiri. Misalnya nih, ada pasien yang satu hari lupa minum obat glibenklamide. Besoknya mereka naikkan dosisnya jadi dua kali, maksudnya sih untuk mengganti dosis yang kemarin. Tapi kan ya nggak kayak gitu juga kan?
Nah, dalam hal ini dokter harus bisa berfungsi sebagai "great motivator". Bagaimana caranya supaya pasien minum obatnya disiplin. Nggak menaik turunkan dosisnya sendiri.
Terus, ada juga pernyataan yang penting,
"Penggunaan sulfonilurea (glibenklamide) harus lebih berhati-hati pada pasien dengan asupan nutrisi yang buruk, pecandu alkohol, pasien dengan penurunan fungsi ginjal, penyakit jantung dan pencernaan, serta pasien yang menggunakan obat salisilat, sulfonamid dan warfarin."
"Salah satu cara terbaik dalam mencegah hipoglikemia pada pasien adalah meresepkan dosis sulfonilurea mulai dari dosis paling rendah."
oke, jadi sulfonilurea (glibenklamide) tetap dapat dipilih sebagai terapi tunggal pasien diabetes melitus tipe. Sulfonilurea (mungkin) aman, tapi dokter sebaiknya mulai meresepkan dari dosis paling rendah dan jangan ragu merujuk pasien ke faskes dengan obat-obatan yang lebih lengkap jika mendapati pasien dengan kecenderungan tinggi hipoglikemia. Jangan lupa monitoring efek obat ya dok, periksa rutin Gula Darah atau HbA1c^^
Sebenarnya kamu bisa baca pembahasan ini lebih detail di buku proceeding Jakarta Diabetes Meeting 2017 halaman 37-39.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Kamu butuh media edukasi diabetes yang sudah terbukti efektif
Well, di akhir email ini aku pengen bilang THANK YOU VERY MUCH ke dr Wahyudi, SPD yang sudah menyempurnakan Flipchart Diabetes Mellitus sehingga bisa jadi bahan edukasi yang bagus buat pasien Diabetes Mellitus. Flipchart Diabetes sebenarnya adalah visualisasi Guideline ADA dan PERKENI yang dibuat agar mudah dipahami pasien.
Aku rekomendasikan banget Flipchart Diabetes Mellitus buat kamu pakai di praktekmu
Kalau mau pesen bisa langsung klik link order ini atau WA 085608083342 (Yahya)
Promo: Beli 10 Bonus 2 (periode 23 Oktober-03 November 2018). Ajak teman-teman IDI di kotamu untuk pesan barengan. Hemat 500 ribu lho
Semoga Bermanfaat^^