Kemarin Ketua IDI yang baru telah dilantik, Prof.Dr.H.I.Oetama Marsis, Sp.OG (Prof IOM). Dokter Obgyn yang mendapat gelar guru besar dari FK UKI ini adalah dokter spesialis yang konsen memperjuangkan keberadaan dokter umum. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan komitmen beliau menjabat Ketua Dewan Penasehat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI). Lantas, bagaimana sosok Prof IOM di mata mahasiswanya.
Yuk simak sharing dr. Caroline Sipahutar seperti yang dibagikan kepada admin Dokter Post.
=
Halo sy dr. Caroline Sipahutar lulusan FK UKI jakarta 2006
Prof. IOM ini merupakan salah satu dokter pengajar dan pembimbing di FK UKI dept. Obgyn. Beliau ini terkenal sebgai dosen yang memiliki kredibilitas tinggi dan selalu memacu setiap mahasiswa/i nya untuk berpikir global di dunia kdokteran.
Suatu kebanggaan dan ‘kengerian’ tersendiri bagi mahasiswa/i yg terpilih menjadi murid-murid yang diwajibkan menghadapi ujian obgyn dengan beliau, saya salah satu-nya 😀
Kenapa saya katakan kengerian? Karena pola pikir beliau yang global dan up-to-date dengan perkembangan ilmu kdokteran (obgyn khususnya) maka setiap mahasiswa/i yang menghadapi ujian dengan beliau diwajibkan untuk up-to-date juga dalam mengumpulkan dan memahami jurnal-Jurnal kedokteran terbaru tentang obgyn yang sedang berkembang. Beliau cukup kritis dalam mengevaluasi setiap jurnal yang kami suguhkan.
Kami tidak boleh sembarangan mengangkat jurnal jika tahun di terbitkannya jurnal itu sudah terlalu tua, karena menurut beliau ilmu kdokteran itu berkembang cukup pesat. Disamping itu setiap tatap muka dengan beliau kami diwajibkan membahas setiap jurnal dalam bahasa inggris, sama skali tidak boleh menggunakan bahasa indonesia dalam bertanya jawab dan pembahasan jurnal.
Itulah mengapa saya katakan ‘kengerian’ tersendiri jika berhadapan dan di uji langsung dengan beliau, karena kami dipaksa untuk berpikir cepat dan kritis seperti beliau serta up-to-date seperti yang beliau terapkan.
Disamping itu tidak bisa kami pungkiri, setiap mahasiswa/i yang lulus diuji oleh beliau tanpa pengulangan dan nilai yang cukup memuaskan pasti akan merasa bangga. Kenapa bangga?? Karena proses yang kami jalani bisa dikatakan sedikit berbeda dengan teman-teman lain yang tidak diuji beliau. Ketika teman kami hanya sibuk dengan case report maka kami bergelut dengan jurnal-jurnal luar negeri yang memusingkan.
Disamping itu beliau juga menginginkan murid-murid yang dibawah bimbingannya ikut ambil bagian di meja operasi, bukan hanya menjadi pengamat pasif di ruang OK tapi menjadi pengamat aktif yang ikut serta menggerakan instrumen-instrumen di OK yang tentu saja selalu dibawah perhatian dan pengajaran beliau beserta asisten yg ada.
Beliau sangat concern dalam hal pembinaan skill mahasiswa/i, kenapa saya katakan seperti itu, karena kami diperhatikan, dididik dan dinilai mulai dari cara menggunakan baju OK steril, mencuci tangan dengan tahapan-tahapan yang benar dan runtut, serta memperhatikan kebersihan diri dan penampilan, semua dilakukan beliau demi menunjang kinerja kami di ruang OK yg dikatakan super steril untuk setiap tindakan.
Dibalik pembawaan-nya yang agak dingin dan pendiam tapi beliau adalah sosok pengajar yang baik bagi mahasiswa/i-nya. Saya pribadi sungguh merasa beruntung bisa dibimbing langsung dengan beliau. Walaupun pd saat mahasiswa dulu selalu saja ada rasa takut dan segan jika bertemu beliau langsung.
Tapi setelah mengenal dan bersinggungan dengan beliau saya merasa beliau adalah sosok pengajar yang baik, mau dan sabar membimbing muridnya dan cukup terbuka dengan mahasiswa. Kalau kami sesekali kena omel atau marah itu semua semata-mata demi kebaikan kami dimasa yg akan datang, agar nanti-nya kami menjadi dokter-dokter yang berintegritas, kritis, dan up-to-date terhadap segala bentuk kemajuan di dunia kedokteran.
Maju terus Prof. IOM! Salam sukses. Viva UKI!
========
Sponsored Content
Cintai Profesi Dokter, Bangga dengan "KE-DOKTER-AN"-mu,
Order kaos Dokter via SMS/WA 081234008737!!!
*Mumpung masih 111 ribu/pcs