Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
Keluhan Utama diabetes melitus secara klasik disebut sebagai trias diabetes (polifagi, poliuri, polidipsi). Namun, belakangan lebih disukai untuk menggunakan patokan 3 gejala utama diabetes sebagai polidipsi, poliuria dan penurunan berat badan. Berdasarkan karakteristik keluhan yang muncul pada pasien diabetes melitus dapat dibagi menjadi keluhan khas dan tidak khas.
Keluhan khas:
- Polifagia
- Poliuri
- Polidipsi
- Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas DM :
- Lemah
- Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
- Gatal
- Mata kabur
- Disfungsi ereksi pada pria
- Pruritus vulvae pada wanita
- Luka yang sulit sembuh
Peyakit diabetes melitus diketahui memiliki faktor presidposisi yang mempunyai resiko lebih besar untuk mengidap:
- Usia > 45 tahun
- Diet tinggi kalori dan lemak
- Aktifitas fisik yang kurang
- Hipertensi ( TD > 140/90 mmHg )
- Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
- Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertiroidisme
- Dislipidemia
Diagnosis Diabetes Melitus
Kriteria diagnostik DM meliputi
- Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
- Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
- Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu(TTGO)> 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
- GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl (5.6–6.9 mmol/l)
- TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7.8 -11.1 mmol/L)
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
1.Gaya hidup sehat: pengaturan diet, menjaga berat badan ideal, olah raga teratur (3-4x seminggu @30 menit)
2. Edukasi pasien dan keluarga
3. Obat Anti Diabetes dan compliance-nya
4. Insulin bila diperlukan
5. Cari dan waspadai efek samping obat dan komplikasi DM (akut dan kronik)
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
- OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.
- Sulfonilurea: 15–30 menit sebelum makan
- Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan.
- Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
- Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama.
- Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
- DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum makan.
Contoh Resep
R/ Tab Metformin 500 mg no LX
S 3 dd tab I, p.c.
Pasien diabetes tipe 2 adalah kompetensi 4A berdasarkan SKDI 2012. Sehingga pasien Diabetes melitus tipe 2 (tanpa komplikasi) tidak memiliki indikasi untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat dua. Dokter umum di PPK 1 harus memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat. Pasien diabetes melitus perlu dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam (Sp.PD) jika memenuhi satu atau lebih kriteria di bawah ini:
- DM dengan komplikasi
- DM dengan kontrol gula buruk
- DM dengan infeksi berat
- DM dengan kehamilan
- DM type 1
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Sabar ya dok, Buku ini belum rilis. Masih direview Prof. Suharto^^
Buku Bagus, Direview Orang yang Bagus, Dengan Waktu yang Bagus