Sebagai seorang dokter umum, pasien diabetes akan menjadi kasus yang sangat sering ditemui. Di era BPJS, pasien diabetes akan berkunjung ke dokter umum di PPK 1 sebelum dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam di Faskes lanjut. Sehingga, sangat mungkin dokter umum akan mendapat pasien diabetes melitus dengan berbagai komplikasinya.
Salah satu komplikasi yang banyak dijumpai adalah kaki diabetes. Selama ini kaki diabetes identik dengan ulkus gangren, yang sering harus berakhir dengan amputasi. Namun, ada salah satu keluhan penting yang banyak dialami pasien diabetes melitus dengan gula darah tidak terkontrol, charcot foot.
Charcot foot adalah penyakit neuropati sendi kaki. Gejala klinis khas yang dapat ditemui adalah kaki eritema, edema dengan peningkatan suhu kaki yang dapat dirasakan dengan perabaan (kadang "mirip" dengan gout atau selulitis). Charcot foot idealnya dipertimbangkan pada pasien keluhan neuropati, yang mengalami sedikit eritematus atau edema pada kaki, terutama pada pasien dengan riwayat post-cedera.
Admin pernah mendapat pasien charcot yang cukup unik. Pasien ini sebenarnya adalah pasien diabetes melitus kronik (> 5 tahun) dengan obesitas. Waktu itu pasien akan persiapan melaksanakan ibadah haji. Sehingga, secara rutin melakukan jogging setiap pagi bersama istri.
Suatu hari, ketika meningkatkan durasi dan intensitas lari pagi, tiba-tiba pasien mengeluh bengkak di kaki sebelah kiri. Sebelumnya tidak dihiraukan karena dianggap bengkak minimal. Setelah beberapa hari kemudian, tetap dengan latihan lari pagi rutin, kali ini kaki sebelah kanan bengkak.
Barulah, pasien panik dan minta pertolongan ke Puskesmas (PPK 1). Saat itu hanya didiagnosis selulitis dan mendapatkan terapi NSAID dan Antibiotik. Pasien dianjurkan mengangkat kaki (diganjal dengan bantal) ketika tidur, efektif. Bengkak di kaki akan jauh berkurang ketika bangun tidur. Namun, begitu beraktivitas normal seharian akan kembali bengkak di kedua kaki, dengan kaki kiri lebih berat.
Enam bulan kemudian pasien menjalani ibadah haji. Unfortunately, passien pulang haji dengan sebuah ulkus yang berawal kecil di kaki sebelah kiri. Karena jelas memiliki komolikasi kaki diabetes, pasien dirujuk ke SpPD.
Kebetulan, pasien minta dirujuk ke seorang guru besar Endokrinologi di Surabaya. Rawat jalan di klinik swasta non-asuransi. Saat pertama kali melihat klinis pasien, sang guru besar langsung menyatakan, "Charcot ini."
Akhirnya pasien tersebut diminta melakukan berbagai pemeriksaan: foto X-Ray pedis dan pemeriksaan jarum monofilament.
Diagnosis Charcot Foot Pada Pasien Diabetes
Charcot foot diperkirakan terjadi pada 0,8-7,5% pasien dengan diabetes melitus disertai komplikasi neuropati. Sekitar 9-35% pasien mengalami keluhan bengkak pada kedua kaki (bilateral). Biasanya Charcot akan menyerang pasien diabetes dengan gula darah tidak terkontrol yang telah mengidap diabetes selama 15-20 tahun.
Sekitar 50% charcot foot dipicu oleh seuatu trauma ringan, Charcot foot akan sangat cepat berkembang jika pasien baru saja mengalami trauma ringan pada kaki. Namun, walaupun tanpa riwayat trauma ringan sebelumnya, pasien dengan diabetes dan neuropati dan memiliki gejala
- Eritema kulit pedis
- Edema kaki
- Peningkatan suhu perabaan kaki
meskipun dengan gambaran X-ray pedis yang normal, pasien tetap harus dipertimbangkan menderita charcot foot.
Profil klinis pasien dengan charcot foot akut
- Afebris
- Leukosit dalam batas normal
- Tidak ada kulit platar yang "terluka"
Sebuah cara sederhana dapat dilakukan untuk membedakan charcot foot dengan proses selulitis infeksi pada pasien kaki diabetes. Pasien tidur terlentang dengan kaki diangkat (atau diganjal dengan bantal) antara 5-10 menit. Jika bengakak dan eritema perlahan menghilang, diagnosis klinis charcot disease dapat dipertimbangkan lebih kuat. Namun, jika bengkak tidak membaik, pasien lebih mungkin mengalami selulitis infeksi.
Tatalaksana Charcot Foot
Tidak ada terapi farmakologis yang secara spesifik dapat diberikan untuk mengobati etiologi pasien charcot foot. Inti dari tatalaksana charcot foot adalah sedapat mungkin "menghindari" tekanan langsung ke plantar (setidaknya tekanan pada telapak kaki dengan kelainan sendi).
Tatalaksana charcot foot diberikan bergantung pada stadium klinis pasien
Jika sejawat menemui pasien dengan kecurigaan charcot foot, sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Pasien charcot foot membutuhkan tatalaksana interdisipliner (Sp.PD, Sp.B/Sp.OT, Sp.KFR). Pasien charcot foot memiliki kerentanan tinggi untuk berkembang menjadi ulkus diabetes. Tatalaksana interdisipliner diharapkan dapat mencegah secara efektif perkembangan charcot foot menjadi ulkus diabetes.
GAMBAR: Charcot Restraint Orthotic Walker (CROW)
GAMBAR: Total Contact Cast (TCC)
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Limited Edition, hanya tinggal 16 Eksemplar
Buat kamu yang mau daftar PPDS Interna tahun ini tapi belum sempat ikut Simposium Jakarta Diabetes Meeting 2016.
*Terbatas untuk 30 sejawat (sudah terisi 14 orang) yang beruntung kebagian buku Jakarta Diabetes Meeting 2016, dapat akses ke grup belajar 101 soal latihan interna (INTERNA WARIOR). Segera aja^^
Pemesanan SMS/WA 081234008737 (Fahmi) atau Inbox Admin ya
Limited stock^^