20 Nov 2025 • Webinar SKP Kemenkes
Varises (varicose veins) adalah pembesaran, tortuositas, dan malfungsi katup pada vena superfisial, terutama pada ekstremitas bawah. Meskipun sering dianggap sekadar masalah kosmetik, varises sesungguhnya dapat menimbulkan gejala signifikan seperti nyeri, berat, edema, perubahan kulit, hingga ulkus vena jika tidak ditangani dengan baik.
Manajemen varises kini telah berkembang pesat, dari terapi konservatif hingga teknologi ablasi endovenous—namun pemilihan strategi yang tepat tergantung karakteristik pasien, status kehamilan, riwayat recurrence, dan faktor risiko lainnya.
Artikel ini akan membahas secara komprehensif pendekatan terkini dalam manajemen kasus varises, dengan fokus pada:
Tatalaksana terkini kasus varises
Komparasi intervensi invasif vs konservatif dalam varises dengan kehamilan
Prosedur injeksi sclerotherapy
Efektivitas tindakan pembedahan
Peran EVLA pada varises berulang
Semoga artikel ini dapat menjadi panduan menyeluruh untuk praktisi medis, mahasiswa, ataupun pasien yang ingin memahami pilihan terapi varises secara mendalam.
Sebelum masuk ke tatalaksana, penting memahami patofisiologi dasar varises. Varises timbul sebagai akibat dari gagal katup (valvular incompetence) pada sistem vena superfisial, yang menyebabkan refluks (aliran balik darah) dan peningkatan tekanan hidrostatik. Aliran balik ini dapat terjadi pada vena safena besar (great saphenous vein, GSV), vena safena kecil (small saphenous vein, SSV), vena perforans, maupun keterlibatan vena panggul (pelvic venous reflux). +2AHAs Journals+2
Kelainan struktural dinding vena (remodeling, kehilangan elastisitas), peningkatan tekanan vena akibat faktor hemodinamik (berdiri lama, obesitas), serta faktor hormonal (seperti estrogen) juga berkontribusi. AHAs Journals+2 +2
Apabila tidak diintervensi, varises dapat berkembang dari gejala ringan (CEAP kelas C2) menjadi komplikasi seperti edema (C3), perubahan kulit/hiperpigmentasi (C4), ulkus vena (C5–C6) atau tromboflebitis superfisial, bahkan perdarahan spontan dari vena superfisial yang menipis. +3 +3AHAs Journals+3
Dengan pemahaman ini, strategi manajemen modern tidak hanya bertujuan menghilangkan gejala atau estetika, tetapi juga pencegahan progresi penyakit dan komplikasi.
Tatalaksana varises dewasa ini mencakup spektrum dari pendekatan konservatif noninvasif hingga intervensi minimal invasif atau pembedahan agresif. Pendekatan komprehensif sebaiknya melibatkan:
Terapi konservatif (nonoperatif) sebagai fondasi awal
Evaluasi komprehensif (anamnesis, pemeriksaan fisik, duplex ultrasound vena)
Pemilihan modalitas intervensi berdasarkan karakteristik anatomi, keparahan, faktor risiko
Perawatan pasca-intervensi (kompresi, pemantauan) dan pencegahan kambuh
Berikut uraian tiap komponen.
Tahap awal dan pendukung dari semua pasien varises adalah terapi konservatif. Meskipun tidak mengobati akar penyebab (incompetence vena), konservatif dapat memperbaiki gejala, mencegah progresi, dan menunda kebutuhan intervensi.
Beberapa pendekatan konservatif utama:
Kompresi eksternal (stoking kompresi)
Pemakaian stoking kompresi (Class I, II, atau III tergantung derajat) membantu meningkatkan aliran darah vena, mengurangi edema, dan menurunkan tekanan vena distal. American Venous Forum+3 +3 +3
Koreksi gaya hidup
Hindari berdiri atau duduk lama, latihan fisik rutin (jalan, peregangan betis), elevasi tungkai saat istirahat, kontrol berat badan, serta menghindari pakaian ketat yang menghambat sirkulasi. American Academy of Family Physicians+2 +2
Terapi venoaktif & farmakoterapi suportif
Obat-obat seperti flavonoid (micronized purified flavonoid fraction, MPFF), eksrak daun anggur merah (red vine leaf extract), atau suplemen venoaktif terkadang digunakan untuk meredakan gejala (nyeri, berat, kram). Namun, bukti efektivitasnya relatif terbatas dan dianggap sebagai terapi tambahan, bukan pengobatan definitif. +2 +2
Perawatan kulit dan edukasi
Perawatan kulit pada area dengan perubahan warna, hidrasi kulit, dan edukasi pasien mengenai tanda peringatan komplikasi (misalnya pembengkakan yang tiba-tiba, nyeri akut) sangat penting.
Secara umum, terapi konservatif memiliki tempat penting terutama pada pasien dengan gejala ringan atau sebagai pendamping intervensi. Namun, bila terdapat insufisiensi vena signifikan dan gejala menetap atau progresif, intervensi lanjut perlu dipertimbangkan.
Untuk menentukan strategi intervensi yang optimal, evaluasi diagnostik mendalam harus dilakukan, termasuk:
Doppler / Duplex Ultrasound
Ini adalah standar emas untuk mendeteksi aliran balik (reflux), menentukan vena mana yang paten atau gagal, mengukur panjang segmen, dan memetakan cabang. American Venous Forum+1
Klasifikasi CEAP (Clinical, Etiologic, Anatomic, Pathophysiologic)
Klasifikasi CEAP membantu dalam stratifikasi keparahan (C0–C6), etiologi (primer, sekunder), aspek anatomi (vena mana terlibat), dan patofisiologi (reflux, obstruksi). +2American Venous Forum+2
Pencitraan tambahan bila diperlukan
Pada kasus sospeknya keterlibatan vena panggul (pelvic venous reflux) atau obstruksi vena besar, dapat dilakukan venografi, CT venografi, atau MRI vena. +2 +2
Asesmen risiko komorbiditas
Seperti riwayat trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT), insufisiensi vena dalam, penyakit perifer lain, dan status kehamilan (jika relevan).
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, tim medis (vaskuler, intervensi, bedah vena) akan menentukan modalitas terapi paling sesuai untuk mencapai hasil optimal dengan risiko minimal.
Pilihan intervensi modern meliputi:
Sclerotherapy (busakah, foam, ultrasound-guided foam sclerotherapy, UGFS)
Ablasi endovenous (EVLA, RFA, radiofrequency ablation, laser endovenous)
Metode hibrid (EVLA + UGFS, echosclerotherapy)
Phlebectomy ambulatori (pengangkatan lokal vena superfisial)
Ligasi dan stripping (pembedahan klasik)
Stenting vena besar / intervensi vena panggul (untuk kasus dengan obstruksi vena besar)
Keunggulan metode minimal invasif (EVLA, RFA, sclerotherapy) dibandingkan pembedahan tradisional meliputi luka kecil, nyeri pasca-prosedur lebih ringan, waktu pemulihan lebih cepat, dan komplikasi yang lebih rendah. American Venous Forum+5 +5 +5
Namun, pemilihan metode harus mempertimbangkan:
Panjang dan lokasi segmen vena reflux
Diameter vena
Riwayat operasi/recurrence
Kondisi lokal (tindak lanjut luka, edema, perubahan kulit)
Status kehamilan bila relevan
Preferensi pasien dan kondisi medis penyerta
Metaanalisis dan tinjauan sistematik telah menunjukkan bahwa berbagai modalitas (EVLA, RFA, sclerotherapy) memberikan efektifitas mendekati pembedahan dalam jangka menengah dengan keunggulan minimal invasif, namun tiap teknik memiliki kekhasan sendiri terkait komplikasi dan potensi recurrence. +4jvsvenous.org+4ScienceDirect+4
Dengan demikian, manajemen komprehensif memerlukan pendekatan “pasien-sentris” yang mempertimbangkan karakteristik individu dan bukti klinis terkini.
Varises pada kehamilan adalah masalah klinis yang unik. Selama kehamilan, terjadi peningkatan volume darah, peningkatan hormon (progesteron) yang mempengaruhi dinding vaskuler, serta tekanan uterus terhadap vena cava inferior, yang bisa memperburuk refluks dan dilatasi vena. Banyak wanita mengalami varises atau memburuknya varises selama kehamilan. +2 +2
Terapi konservatif menjadi pilar utama: pada kehamilan, intervensi invasif umumnya dihindari kecuali dalam keadaan darurat (misalnya perdarahan vena superfisial yang berat, trombosis superfisial yang mengancam).
Kompresi eksternal adalah pilihan utama: stoking kompresi ibu hamil (level tekanan yang sesuai) dapat membantu mengendalikan edema dan gejala.
Elevasi tungkai, aktivitas fisik ringan, dan modifikasi gaya hidup juga penting untuk meringankan tekanan vena.
Pemantauan secara berkala: evaluasi duplex bila diperlukan, namun intervensi operatif biasanya ditunda hingga postpartum atau trimester kedua akhir bila sangat diperlukan.
Keunggulan (potensial)
Dalam situasi komplikasi (misalnya perdarahan berulang, tromboflebitis superfisial yang persisten), tindakan invasif mungkin diperlukan demi keselamatan ibu dan janin.
Intervensi di trimester kedua mungkin lebih aman dibanding trimester pertama atau ketiga dalam hal risiko anestesi atau komplikasi.
Keterbatasan & Risiko
Risiko tromboemboli, perdarahan, efek anestesi pada janin, dan potensi kerusakan vena atau cedera jaringan lebih tinggi.
Banyak prosedur seperti laser endovenous atau sclerotherapy belum cukup dipelajari keamanannya pada kehamilan.
Karena peningkatan volume darah dan hormon selama kehamilan, efektivitas ablasi atau sclerotherapy bisa berkurang, dan risiko kegagalan atau rekuren lebih tinggi.
Oleh karena itu, umumnya pendekatan invasif pada kehamilan hanya dilakukan dalam kasus yang benar-benar memerlukan, dan idealnya ditunda hingga fase postpartum jika memungkinkan.
Sayangnya, sebagian besar studi klinis varises tidak memasukkan wanita hamil sebagai subjek, sehingga data kualitas tinggi terbatas. Kebanyakan pedoman merekomendasikan penanganan konservatif sedapat mungkin selama kehamilan, dan intervensi dilakukan setelah persalinan kecuali kondisi mendesak.
Dalam tinjauan “Current Best Practice in the Management of Varicose Veins”, disebutkan bahwa vena panggul (pelvic venous reflux) bisa memburuk dengan kehamilan dan mungkin tetap menjadi faktor kambuh setelah kehamilan.
Singkatnya, dalam konteks kehamilan, intervensi invasif hanya dipertimbangkan bila manfaatnya melebihi risiko, dengan preferensi konservatif sebagai pilihan utama.
Sclerotherapy adalah metode injeksi zat iritan ke dalam lumen vena yang menyebabkan iritasi endotel, pembentukan trombus lokal, fibrosisi, dan akhirnya obliterasi vena tersebut. Teknik ini sangat fleksibel dan dapat diterapkan pada vena superfisial, cabang (tributaries), dan bahkan segmen trunk vein tertentu (dengan foam).
Berikut pembahasan mengenai prosedur, teknik, keuntungan, keterbatasan, dan hasil klinis.
Zat sclerosing: Beberapa zat digunakan, seperti polidocanol, sodium tetradecyl sulfate (STS), dan larutan lainnya.
Bentuk busa (foam): Sclerotherapy foam (microfoam) dikembangkan agar zat iritan lebih merata kontak dengan dinding vena dan menggeser darah intravena, memperkuat efek sclerosing.
Guidance ultrasonografi (US-guided foam sclerotherapy, UGFS): Untuk vena yang lebih besar atau dalam, penggunaan US membantu memastikan agen sclerosing disebar dengan baik dan mengevaluasi efeknya secara real time.
Teknik injeksi: Setelah menandai vena target (biasanya pasien berdiri atau duduk), larutan sclerosing disuntik secara perlahan sambil memampatkan vena proksimal dan distal untuk memaksimalkan kontak zat dengan dinding vena.
Tindak lanjut kompresi: Setelah injeksi, penggunaan stoking kompresi selama beberapa minggu membantu memadatkan lumen dan mencegah rekanalisasi.
Keunggulan
Minim invasif, tanpa insisi bedah besar
Waktu pemulihan cepat
Dapat dijalankan secara rawat jalan
Biaya cenderung lebih rendah dibandingkan pembedahan
Dapat diulang bila diperlukan
Dalam beberapa studi, pada jangka pendek (1 tahun), sclerotherapy memberikan keberhasilan dan kepuasan pasien yang kompetitif dengan operasi. jvsvenous.org+4Wikipedia+4ScienceDirect+4

Keterbatasan
Tingkat rekanalisasi (kegagalan kembali) relatif tinggi terutama pada vena trunk besar
Efektivitas jangka panjang sering lebih rendah dibanding pembedahan atau ablasi
Risiko komplikasi lokal seperti hiperpigmentasi, nyeri, ulserasi kulit, trombophlebitis
Volume larutan yang dapat disuntik dibatasi agar tidak berbahaya secara sistemik
Teknik tergantung keahlian operator dan penggunaan ultrasonografi
Dalam review “Treatment Options for Primary Varicose Veins — A Review”, disebutkan bahwa studi observasional melaporkan tingkat penutupan vena safena (LSV closure) antara 94–99% dalam follow-up tertentu. ScienceDirect
Metaanalisis dalam jurnal J Vasc Surg menyimpulkan bahwa semua modalitas (bedah, EVLA, RFA, sclerotherapy) secara umum ditoleransi dengan baik dan memiliki profil komplikasi rendah, namun perbedaan efektivitas jangka panjang tetap menjadi pertimbangan. ScienceDirect
Ada juga studi klinis acak (RCT) yang membandingkan operasi, EVLA, dan ultrasound-guided foam sclerotherapy (UGFS) serta melaporkan kualitas hidup pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa metode endovenous dan sclerotherapy sering memberikan pemulihan lebih cepat dan nyeri lebih ringan dibanding bedah tradisional.
Selain itu, teknik hibrid seperti kombinasi EVLA dan UGFS (echosclerotherapy) telah diterapkan untuk menyasar segmen vena yang sulit dan perforans vena. Pendekatan ini diklaim efektif dan aman dalam mengelola varises primer dan kambuh. European Review
Secara ringkas, sclerotherapy—terutama varian foam + US guidance—adalah pilihan yang sangat relevan dalam strategi manajemen minimal invasif, namun harus disesuaikan dengan karakteristik anatomis dan kesiapan operator.
Pembedahan klasik (ligasi & stripping, phlebectomy) telah lama menjadi standar dalam manajemen varises. Meskipun saat ini banyak digantikan oleh teknik minimal invasif, operasi tetap memiliki peran penting, terutama pada kasus dengan anatomis kompleks atau kegagalan terapi sebelumnya.
Ligasi dan stripping vena safena
Ligasi dilakukan pada pembuluh safena di dekat sambungannya dengan vena vena dalam (misalnya saphenofemoral junction), kemudian vena safena ditarik keluar (stripping) sepanjang segmen yang gagal.
Phlebectomy ambulatory / ambulatory phlebectomy
Vena superfisial tipe tributary diangkat melalui incisi kecil (2–3 mm) dengan kait phlebectomy, tanpa perlu stripping keseluruhan. Wikipedia
Ligasi selektif, ligasi perforans, ligasi varian anastomosis
Berdasarkan peta aliran refluks, ligasi selektif dapat diterapkan untuk memutus jalur refluks spesifik.
Keunggulan
Hasil jangka panjang yang sudah terbukti selama dekade
Efektivitas tinggi dalam kasus dengan refluks vena besar atau beban anatomis rumit
Bila direncanakan dengan baik, recurrence (kambuh) relatif rendah (dengan catatan semua segmen refluks teratasi)
Keterbatasan
Luka operasi lebih besar, risiko nyeri, hematoma, infeksi
Pemulihan lebih lambat dibanding teknik minimal invasif
Potensi komplikasi seperti luka jaringan lunak, syaraf cutaneous, perdarahan
Kemungkinan “blind side branches” atau vena cabang tidak tertangani yang dapat memicu kambuh
Beberapa studi RCT dan analisis telah membandingkan operasi klasik dengan EVLA, RFA, dan sclerotherapy:
Dalam penelitian “Comparing endovenous laser ablation, foam sclerotherapy …” (Biemans et al.), efikasi EVLA dan operasi hampir seimbang (~88 %) pada follow-up 1 tahun, namun EVLA menawarkan pemulihan lebih cepat dan morbiditas lebih rendah. ScienceDirect
Studi acak lain (Venermo et al.) membandingkan operasi, EVLA, dan UGFS dari segi kualitas hidup menunjukkan keuntungan pada metode endovenous dalam hal pemulihan awal.
Dalam “Endovenous laser ablation versus conventional surgery in …” (Roopram et al.), EVLA dilaporkan memiliki sukses awal lebih baik, prosedur lebih cepat, dan komplikasi lebih rendah dibanding operasi konvensional. jvsvenous.org
Namun, beberapa analisis menegaskan bahwa operasi klasik masih dapat lebih unggul dalam jangka panjang, terutama pada pasien dengan anatomis refluks besar. jvsvenous.org+2ScienceDirect+2
Secara keseluruhan, pembedahan tetap relevan dalam kasus tertentu, tetapi telah banyak tergeser posisinya sebagai pilihan utama.
EVLA (Endovenous Laser Ablation) adalah teknik ablasi termal vena menggunakan laser fiber dimasukkan ke dalam lumen vena untuk mengkoagulasikan dan menutup vena tersebut. Seiring kemajuan teknologi (panjang gelombang, kontrol temperatur, protokol energi), EVLA telah menjadi salah satu pilihan utama dalam manajemen varises.
Minim invasif dengan sayatan kecil (hanya akses vena)
Pemulihan relatif cepat, nyeri pasca-prosedur ringan
Tingkat keberhasilan tinggi dalam menutup vena
Lebih sedikit komplikasi dibandingkan operasi klasik
Dapat dikombinasikan dengan teknik lain (phlebectomy, sclerotherapy)
Literatur kontemporer menyatakan bahwa EVLA (bersama RFA) telah menggantikan banyak pembedahan karena hasil lebih baik dan komplikasi lebih ringan. jvsvenous.org+3 +3 +3
Rekurensi varises adalah tantangan klinis yang signifikan. Faktor penyebab termasuk:
Perlekatan segmen refleks vena yang tidak ditangani sebelumnya (residual reflux)
Vena perforans atau tributaries yang tidak dimanajemen
Refluks vena panggul yang tidak tersingkap
Vena kolateral yang berkembang sebagai kompensasi
Dalam kasus varises berulang, EVLA dapat memainkan peran sebagai:
Terapi ulang ablasi termal pada segmen yang kembali gagal
Kombinasi dengan sclerotherapy pada cabang vena
Protokol hibrid / echosclerotherapy (EVLA + UGFS) untuk memaksimalkan penutupan segmen kompleks European Review+2 +2
Reevaluasi duplex dan pemetaan ulang sebelum tindakan untuk mengidentifikasi penyebab kambuh (termasuk keterlibatan vena panggul)
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa kombinasi EVLA + UGFS (echosclerotherapy) efektif dalam mengendalikan varises kambuh dengan komplikasi minimal. European Review
Selain itu, peralatan laser generasi baru (misalnya 1940 nm vs 1470 nm) telah dibandingkan dalam studi relatif baru, menunjukkan bahwa pilihan panjang gelombang laser dapat memengaruhi hasil awal dan pemulihan. ScienceDirect
Dalam konteks reintervensi, EVLA memberi fleksibilitas dan minimal trauma dibanding harus kembali ke pembedahan besar. Namun, keberhasilan sangat bergantung pada identifikasi segmen rekuren dengan tepat dan teknik ablasi yang tepat.
Manajemen komprehensif kasus varises dewasa ini menggabungkan fondasi terapi konservatif, evaluasi diagnostik lengkap, dan pemilihan intervensi sesuai karakteristik pasien. Dalam hal kehamilan, pendekatan konservatif menjadi landasan utama, sedangkan intervensi invasif digunakan secara selektif. Sclerotherapy (terutama foam + US guidance) dan EVLA (termasuk dalam kasus varises berulang) merupakan pilar utama teknik minimal invasif, sedangkan pembedahan masih memiliki peran dalam kasus khusus atau anatomis kompleks.
Rekomendasi praktis:
Setiap pasien varises harus dievaluasi dengan duplex ultrasound untuk pemetaan refluks
Terapi konservatif harus dimulai sedini mungkin untuk gejala ringan dan sebagai pendukung intervensi
Pada pasien kehamilan, prioritaskan manajemen konservatif, dan hanya lakukan intervensi invasif bila betul-betul diperlukan
Pilih metode intervensi berdasarkan karakteristik anatomis (diameter vena, panjang segmen, kehadiran tributaries), serta pertimbangkan metode kombinasi (EVLA + UGFS)
Pada kasus varises kambuh, EVLA ulang dan prosedur kombinasi menjadi strategi utama, disertai peta vena ulang
Pemantauan jangka panjang dan penggunaan kompresi pasca-prosedur sangat penting untuk meminimalkan kekambuhan
Penelitian masa depan diharapkan lebih banyak melibatkan populasi khusus (misalnya wanita hamil) serta membandingkan teknik minimal invasif generasi baru.
Dengan pendekatan yang sistematis, penggunaan teknologi intervensi modern, dan perhatian pada pencegahan kambuh, manajemen komprehensif kasus varises dapat menghasilkan outcome optimal dengan risiko minimal.
Daftar Pustaka
Kesieme, E., Kesieme, C., Jebbin, N., Irekpita, E. & Dongo, A. (2011). Varicose veins: A review. Advances in Medical Education and Practice, 2, pp.77–86. Available at: https://www.tandfonline.com/doi/epdf/10.2147/CCID.S294990 [Accessed 4 Oct. 2025].
Zhang, Y., Wang, X., Li, J. & Chen, Y. (2023). Advances in minimally invasive management of varicose veins. Advances in Medicine and Engineering Research, 5(3), pp.112–125. Available at: https://en.front-sci.com/index.php/ameir/article/view/3815/4128 [Accessed 4 Oct. 2025].
Gloviczki, P. (2005). The care of patients with varicose veins and associated chronic venous diseases: clinical practice guidelines of the Society for Vascular Surgery and the American Venous Forum. Journal of Vascular Surgery, 42(4), pp. 574–592. Available at: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1078588405001115 [Accessed 4 Oct. 2025].
Nesbitt, C., Bedenis, R., Bhattacharya, V. & Stansby, G. (2014). Endovenous ablation (radiofrequency and laser) and foam sclerotherapy versus open surgery for great saphenous vein varices. Cochrane Database of Systematic Reviews, (7), CD005624. Available at: https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD001732.pub3/epdf/full [Accessed 4 Oct. 2025].
Rass, K., Frings, N., Glowacki, P., Hamsch, C., Gräber, S., Tilgen, W. & Vogt, T. (2007). Comparable effectiveness of endovenous laser ablation and high ligation with stripping of the great saphenous vein: two-year results of a randomized clinical trial (RELACS study). Journal of Vascular Surgery, 45(2), pp.343–348. Available at: https://pdf.sciencedirectasset... [Accessed 4 Oct. 2025].
Rasmussen, L.H., Lawaetz, M., Bjoern, L., Vennits, B., Blemings, A. & Eklof, B. (2011). Randomized clinical trial comparing endovenous laser ablation, radiofrequency ablation, foam sclerotherapy, and surgical stripping for great saphenous varicose veins. Journal of Vascular Surgery, 54(4), pp. 121–130. Available at: https://pdf.sciencedirectasset... [Accessed 4 Oct. 2025].