7 Nov 2025 • SKP
Kuku — baik kuku jari tangan maupun kaki — merupakan struktur kecil namun memiliki peran penting dalam fungsi, estetika, dan kenyamanan sehari-hari. Ketika terjadi cedera kuku, infeksi atau kondisi patologis seperti kuku tumbuh ke dalam (ingrowing nail) atau jamur kuku (onychomycosis), maka tindakan ekstraksi kuku atau pengangkatan sebagian dapat menjadi bagian dari strategi pengobatan. Namun, teknik ekstraksi kuku bukanlah tindakan sederhana tanpa risiko: kesalahan dapat menimbulkan deformitas nail bed, pertumbuhan kuku yang abnormal, infeksi, nyeri berkepanjangan atau rekursi. Oleh karena itu, penting sekali memahami kapan dan bagaimana melakukan ekstraksi kuku secara tepat, menggunakan teknik-terkini yang meminimalkan risiko dan memaksimalkan hasil fungsional dan kosmetik.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa aspek kunci: mulai dari perbandingan terapi konservatif versus intervensi pada kasus kuku tumbuh ke dalam; perbandingan outcome antara teknik ekstraksi kuku yang berbeda; kapan intervensi pada onikomikosis perlu mempertimbangkan ekstraksi kuku; teknik ekstraksi kuku terbaik pada anak; serta bagaimana meminimalkan risiko khususnya ketika ada kerusakan nail bed.
Sebelum masuk ke teknik dan sub-topik spesifik, ada baiknya menyegarkan pemahaman kita mengenai anatomi kuku dan nail bed, serta mengapa ekstraksi kuku perlu dilakukan dengan hati-hati.

Kutikula, lip nail (nail fold), eponychium, germinal matrix (proksimal) dan sterile matrix (lebih distal) adalah bagian‐bagian penting dari unit kuku. Medscape+2PMC+2
Nail bed menempel erat pada periosteum tulang distal falang, sehingga trauma pada kuku seringkali berhubungan dengan cedera tulang falang distal atau jaringan lunak terdekat. Medscape+1
Fungsi kuku termasuk proteksi ujung jari, membantu manipulasi objek kecil, serta sebagai counter‐force saat tapak jari menekan objek. Medscape+1
Karena kerusakan pada germinal matrix atau sterile matrix bisa menghasilkan kuku dengan pertumbuhan abnormal – misalnya kuku terbelah, kuku kasar, kuku tidak menempel dengan baik. Sebuah studi menampilkan bahwa jenis trauma (crush, avulsif), lokasi (lip kuku/nail fold) dan ada atau tidaknya fraktur mempengaruhi hasil secara signifikan. PubMed+1
Ekstraksi atau avulsi kuku tanpa mempertimbangkan lingkungan kuku (fold, matrix, nail bed) dapat meningkatkan risiko rekursi atau komplikasi. Oleh sebab itu, teknik modern dan pemilihan intervensi yang tepat sangat penting.
Dengan pemahaman dasar ini, kita bisa melangkah ke sub-topik-sub-topik khusus sesuai permintaan.
Pada kondisi kuku tumbuh ke dalam (ingrowing nail / onychocryptosis), pilihan terapi bisa sangat bervariasi — dari perawatan konservatif hingga intervensi operasi ekstraksi kuku atau matricectomy.
Beberapa tindakan konservatif meliputi:
Pengurangan faktor risiko: seperti pemakaian alas kaki yang sempit, memotong kuku dengan cara yang salah (termasuk memotong ujung secara melengkung) yang dapat memicu kuku tumbuh ke dalam. Semantic Scholar
Perawatan lokal seperti rendaman kaki hangat, menempatkan benang/kapas kecil di antara kuku yang “menyentuh” lip kuku untuk mengangkat tepi kuku dari jaringan lunak, serta bantalan atau gutter splint di sisi kuku yang tumbuh ke dalam. AAFP
Tindakan non‐invasif lain: manajemen onikomikosis jika ada, perawatan higienis kuku dan lip kuku, pengurangan hiperhidrosis jika ada.
Pada tahap awal (mild sampai moderate) biasanya terapi konservatif dapat dicoba terlebih dahulu. Sebagai contoh, pada tinjauan di American Family Physician disebutkan bahwa “nonsurgical treatments are typically used for mild to moderate ingrown nails”. AAFP
Ketika terdapat nyeri yang signifikan, pembengkakan, supurasi, granuloma, atau tanda infeksi. AAFP+1
Recurrence (berulang) setelah terapi konservatif. PMC
Tahap yang lebih lanjut dari ingrowing nail (misalnya stage II atau III) di mana konservatif saja tidak cukup. AAFP
Kelebihan terapi konservatif: Non-invasif, risiko rendah, bisa dilakukan di setting primer, biaya lebih kecil.
Kekurangan: Risiko gagal atau berulang lebih besar, mungkin hanya memperlambat proses tapi tidak mengubah anatomi yang mendasarinya.
Kelebihan intervensi: Dapat memecahkan inti masalah anatomi (misalnya spicule tepi kuku atau hypertrofi lip kuku), potensi hasil yang lebih definitif dan mengurangi rekursi. AAFP
Kekurangan: Memiliki risiko—termasuk nyeri pasca‐operasi, infeksi, potensi kerusakan nail bed atau matrix, biaya lebih tinggi, dan membutuhkan keterampilan teknis.
Dalam praktik, biasanya disarankan untuk memulai dengan konservatif bila kondisi masih mild/moderate, kemudian beralih ke intervensi bila kondisi memburuk atau tidak membaik. Keputusan harus mempertimbangkan tingkat keparahan, nyeri, adanya infeksi, rekursi, kondisi umum pasien serta ekspektasi pasien. Terapi konservatif bukan pengganti intervensi jika anatomi kuku sudah bermasalah secara jelas.
Pada saat intervensi untuk ingrowing nails, ada pilihan teknik yang berbeda, termasuk “simple nail removal” (avulsi kuku sebagian atau seluruh) dan “wedge resection” (reseksi segmen kuku dengan/atau tanpa matricectomy). Kita akan melihat perbandingan outcome antara kedua teknik tersebut.
Simple nail removal (avulsi kuku sederhana): Pengangkatan kuku sebagian atau seluruh, tanpa atau dengan sedikit perubahan pada matrix atau lip kuku. Teknik ini lebih mudah dilaksanakan. Wikipedia+1
Wedge resection: Teknik lebih terstruktur, di mana tepi kuku yang bermasalah dipotong secara longitudinal (wedge), sering disertai matricectomy (penghancuran sebagian dari germinal matrix) dan perbaikan lip kuku/hypertrofi jaringan lunak. Contoh: metode Winograd procedure. Medscape+1
Sebuah studi kuasi‐eksperimental dari Pakistan (2022-2023) membandingkan simple nail removal vs wedge resection: pada 100 pasien, kelompok simple nail removal (Group A) memiliki recurrence 4% dan infeksi 2%; kelompok wedge resection (Group B) memiliki recurrence 6% dan infeksi 2%. Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan. ResearchGate
Namun, literatur lain menunjukkan bahwa avulsi sederhana saja memiliki relatif tingginya tingkat rekursi dibanding teknik yang melibatkan matricectomy. Sebagai contoh, pada review ingrown toenails disebutkan: “Many study results have proven that simple nail avulsions lead to high recurrence rates, while phenol matricectomy has shown greater success.” NCBI
Ada juga indikasi bahwa teknik yang hanya mengangkat kuku tanpa mengatasi akar anatomi (matrix atau lip kuku) mungkin kurang optimal dalam jangka panjang.
Jika memilih teknik, maka wedge resection + matricectomy cenderung memberikan hasil lebih definitif dan risiko rekursi lebih rendah, terutama pada kasus yang lebih berat atau kronis.
Namun, pada kasus yang ringan atau pasien yang tidak ingin prosedur yang kompleks, simple nail removal bisa menjadi pilihan awal — terutama bila prosedurnya aman dan pasien diberi penjelasan bahwa risiko rekursi mungkin lebih besar.
Penting juga mempertimbangkan faktor-risiko lain: kondisi pasien (misalnya diabetes, sirkulasi perifer buruk), tingkat keparahan, dan keinginan pasien terhadap risiko/benefit.
Jelaskan kepada pasien bahwa simple nail removal mungkin lebih cepat dan gampang, tetapi kemungkinan kuku tumbuh kembali ke dalam atau kondisi berulang bisa lebih tinggi.
Jika pasien memiliki kondisi kronis, sering kambuh, lip kuku menonjol/hypertrofi atau keadaan anatomis yang mendasari jelas — maka arahkan ke teknik yang lebih komprehensif (wedge resection + matricectomy).
Pastikan prosedur dilakukan dengan anestesi yang tepat (digital block), teknik aseptik, dan follow-up yang baik. NCBI+1
Pada infeksi jamur kuku (Onikomikosis / onychomycosis), pengobatan utama adalah antifungal topikal atau sistemik. Namun dalam beberapa kondisi, pengangkatan kuku atau sebagian kuku dapat menjadi bagian dari strategi terapi.
Onikomikosis adalah infeksi jamur pada unit kuku (plate, bed, lip kuku) yang paling sering terjadi pada jari kaki. AAFP
Gejala meliputi: perubahan warna kuku (kuning, putih, coklat), penebalan lantai kuku, terangkatnya kuku dari nail bed (onycholysis), bau, dan kadang nyeri jika parah. PMC
Pedoman terbaru (S1 Guideline) mengindikasikan bahwa pengangkatan kuku traumatis (surgical total extraction) sudah tidak lagi disarankan sebagai rutinnya dalam onikomikosis. Sebagai alternatif, “atraumatic nail removal” (misalnya keratolisis dengan urea 40 %) atau milling kuku dapat dipertimbangkan sebagai langkah bantu sebelum terapi antifungal. Wiley Online Library+1
Indikasi ekstraksi kuku meliputi: kuku sangat tebal, deformitas kuku yang menyulitkan terapi topikal, terbentuk dermatophytoma (fokus jamur di bawah tepi kuku yang sangat keras), atau ketika terapi konservatif tidak berhasil. Medscape
Kombinasi therapy: pengikisan atau penghilangan sebagian kuku (debridement), penggunaan urea keratolitik, dilanjutkan dengan obat topikal/oral. EfSM home+1
Pendekatan minimal invasif lebih disukai dibanding ekstraksi total yang agresif. Karena ekstraksi total dapat menyebabkan kerusakan nail bed atau matrix dan menimbulkan onychodystrophy (pertumbuhan kuku yang abnormal atau hilang). EfSM home
Pada sebagian besar kasus onikomikosis, ekstraksi kuku lengkap bukanlah langkah pertama dan bukan pilihan rutin.
Intervensi terhadap kuku (pengurangan, keratolisis, debridement) bisa dipertimbangkan sebagai adjunk terapi antifungal, terutama bila kondisi kuku sangat abnormal.
Keputusan harus mempertimbangkan: kondisi medis pasien (misalnya diabetes), kondisi sirkulasi kaki, keparahan infeksi, dan ekspektasi pasien terhadap hasil estetika dan fungsi.
Penanganan kuku pada anak memiliki tantangan tersendiri: anatomi anak yang lebih kecil, risiko anestesi, dan kepekaan terhadap hasil kosmetik serta psikologis. Oleh karena itu, teknik ekstraksi kuku pada anak perlu ketelitian khusus.
Anestesi: Block digital cukup aman namun harus disesuaikan dosisnya.
Pemeriksaan: Pastikan tidak ada fraktur tulang distal (misalnya Seymour fracture pada anak) yang menuntut penanganan berbeda. PubMed
Perawatan setelah prosedur: Anak mungkin kurang kooperatif dalam menjaga sterilisasi, sehingga edukasi dan dukungan orang tua penting.
Dalam studi besar 549 kasus cedera nail bed (termasuk anak hingga dewasa) oleh Gu et al., ditemukan bahwa hasil yang “excellent” (>50 %) dapat dicapai jika perawatan tepat, namun cedera jenis crush/avulsif atau yang terkait fraktur memiliki hasil yang lebih buruk. PubMed
Untuk kondisi ingrowing nail atau cedera kuku pada anak, beberapa pedoman merekomendasikan intervensi yang lebih konservatif terlebih dahulu, kecuali kondisi sudah parah atau kronis.
Saat ekstraksi kuku pada anak: lakukan dengan anestesi yang memadai, tetapkan prosedur yang cepat, minimal trauma jaringan lunak, dan beri penjelasan sederhana kepada anak dan orang tua.
Usahakan menjaga matrix kuku dan nail bed sebanyak mungkin agar pertumbuhan kuku berikutnya normal.
Gunakan penanganan luka dan perawatan pasca prosedur yang nyaman, dan lakukan monitoring pertumbuhan kuku dalam jangka panjang.
Pastikan kaki/jari anak bersih dan kering sebelum prosedur.
Setelah ekstraksi, lindungi jari anak dengan pembalut non-tekanan dan instruksikan orang tua untuk menjaga kebersihan serta memantau tanda infeksi.
Konsultasikan ke spesialis tangan/bedah anak jika terdapat trauma berat, fraktur, atau pertumbuhan kuku yang sangat abnormal setelah prosedur.
Ketika kondisi kuku sudah disertai kerusakan pada nail bed — misalnya akibat trauma, fraktur distal falang, ataupun infeksi — maka risiko komplikasi meningkat. Penanganan harus lebih cermat agar hasil baik baik dari sisi fungsi maupun estetika.
Cedera jenis crush atau avulsif mempunyai hasil yang lebih buruk dibanding lacerasi sederhana. Studi Gu et al menunjukkan bahwa jenis cedera ini dan adanya fraktur distal falang berkorelasi signifikan dengan hasil yang "fair" atau "poor". PubMed+1
Lokasi cedera di area lip kuku (nail fold) menunjukkan hasil yang lebih buruk. ResearchGate
Penanganan tertunda atau “atas-perawatan” yang kurang tepat meningkatkan risiko deformitas kuku seperti kuku terbelah, kasar, atau tidak menempel. Medscape
Lakukan evaluasi lengkap: radiografi jika dicurigai fraktur distal falang atau foreign body. Medscape+1
Jika nail bed harus diakses, lakukan dengan sayatan minimal, suture menggunakan jenis jahitan halus (misalnya 6-0 atau lebih kecil) agar minimal trauma jaringan. Medscape+1
Bila kuku dilepas (avulsi) untuk memperbaiki nail bed, pertimbangkan penggantian kuku (nail plate) atau splinting agar lip kuku dan nail bed tetap terbuka dan tidak melekat abnormal. Studi Gu et al menekankan “careful suture and replacement of nail to nail fold” sebagai faktor penting hasil baik. PubMed+1
Teknik penggantian kuku atau penempatan silikon sheet telah digunakan dalam beberapa studi untuk mendukung hasil nail bed repair. ResearchGate
Gunakan konsepsi bahwa “lebih sedikit trauma tambahan”, sebab semakin banyak jaringan rusak atau manipulasi berlebihan → semakin besar risiko hasil buruk (misalnya kuku menebal, menempel buruk, bergaris). Medscape
Persiapan yang baik: antisepsis, anestesi digital, tourniquet bila diperlukan.
Identifikasi fraktur atau cedera tulang sebelum manipulasi.
Saat avulsi kuku atau akses nail bed: lakukan dengan alat halus, minimalisasi robekan jaringan lunak.
Jahitan rapat tetapi tidak ketat, agar sirkulasi tetap dan risiko nekrosis minimal.
Pertimbangkan mengganti kembali kuku atau menggunakan sheet silikon agar lip kuku tidak melekat pada bed secara abnormal.
Monitoring jangka panjang: pertumbuhan kuku harus dievaluasi hingga beberapa bulan (kadang hingga 12 bulan) karena kuku tumbuh lambat. Medscape
Edukasi pasien: pertumbuhan kuku pasca kerusakan bed memerlukan waktu, kuku mungkin memiliki deformitas ringan dan ini harus dijelaskan.
Bila prosedur dilakukan oleh non-spesialis atau dalam kondisi jaringan sangat rusak, risiko hasil buruk meningkat.
Keterlambatan referral atau penanganan awal yang tidak optimal akan mempengaruhi hasil jangka panjang. Medscape
Dalam kondisi khusus anak dengan cedera nail bed, lebih baik melibatkan spesialis tangan atau bedah anak agar pertumbuhan kuku masa depan optimal.
Ekstraksi kuku bukanlah tindakan trivial—memerlukan pemilihan teknik yang tepat sesuai kondisi pasien dan kuku.
Untuk ingrowing nail: mulai dengan konservatif, beralih ke intervensi jika perlu; antara teknik simple nail removal dan wedge resection, pilihan harus disesuaikan dengan tingkat keparahan, rekursi dan kondisi pasien.
Untuk onikomikosis: ekstraksi kuku total bukan pilihan utama; teknik minimal invasif dan kombinasi terapi antifungal lebih direkomendasikan.
Pada anak dan pada kondisi kerusakan nail bed, hati-hati dalam teknis dan pemilihan waktu. Anestesi, evaluasi fraktur, dan perlindungan pertumbuhan kuku masa depan adalah aspek penting.
Teknik modern lebih menekankan minimalisasi trauma, preservasi matrix dan nail bed, serta edukasi pasien agar hasil fungsional dan kosmetik optimal.
Menguasai teknik ekstraksi kuku dengan pendekatan terkini dan minim risiko membutuhkan pemahaman anatomi, pilihan intervensi yang tepat, serta penguasaan teknis yang baik. Dengan menerapkan strategi yang berbasis bukti — seperti yang telah dibahas di atas — kita dapat meningkatkan hasil untuk pasien: mengurangi nyeri dan infeksi, mempercepat pemulihan, serta menjaga estetika serta fungsi kuku. Bagi setiap profesional yang menangani masalah kuku, baik di bidang dermatologi, bedah tangan, podiatri maupun kedokteran umum, penting untuk terus mengikuti perkembangan teknik dan guideline terbaru agar intervensi kuku dilakukan dengan aman dan efektif.
Gu JH, Choi SH, Yoon JH. “Analysis of Nail Bed Injuries: Cause, Outcome, Treatment.” Annals of Plastic Surgery. 2021;87(2):156-160. doi:10.1097/SAP.0000000000002772. PubMed
Lee KH, Kang DH. “Analysis of Nail Bed Injuries: Causes, Treatment, Results and Prognosis.” Hand Trauma. 2016. SAGE Journals
Zook EG, Guy RJ, Russell RC. “A study of nail bed injuries: causes, treatment, and prognosis.” J Hand Surg Am. 1984;9(2):247-252. ScienceDirect
Chabchoub I, et al. “Ingrown Toenails.” StatPearls. 2022. NCBI
Leung AKC, et al. “Onychomycosis: An Updated Review.” PM & C. 2020. PMC
Hassan RE, et al. “Surgical Strategies for Ingrown Toenails.” PMC. 2024. PMC
Mayeaux Jr EJ, Carter C, Murphy TE. “Ingrown Toenail Management.” Am Fam Physician. 2019;100(3):158-164. AAFP
Nenoff P, et al. “S1 Guideline Onychomycosis.” J DDG. 2023. Wiley Online Library
Ashraf J, Hussain SM, Gilani STH, Ahmed R, Zia SA, Minhas SA. “Comparison of Outcome of Ingrowing Toenail Surgery—Simple Nail Removal vs Wedge Resection.” Pak Armed Forces Med J. 2025;75(2):312-315.ResearchGate