Dokter Post - Pendekatan Komprehensif dalam Manajemen Bursitis: Terapi, Imaging, dan Intervensi Terkini

Webinar SKP Kemenkes - Panduan Komprehensif Tatalaksana Kasus Bursitis

14 Jul 2025 • Interna , radiologi , bedah

Deskripsi

Webinar SKP Kemenkes - Panduan Komprehensif Tatalaksana Kasus Bursitis

Pendekatan Komprehensif dalam Manajemen Bursitis: Bukti Klinis, Imaging, dan Intervensi Terkini

Bursitis merupakan kondisi inflamasi pada bursa, kantong kecil berisi cairan sinovial yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara jaringan seperti otot, tendon, dan tulang. Meski sering dianggap ringan, bursitis—terutama yang kronis—dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan. 

Penyebabnya pun beragam, mulai dari trauma, infeksi, hingga gangguan metabolik seperti gout. Artikel ini menyajikan pendekatan komprehensif dalam manajemen bursitis berdasarkan bukti klinis terkini, dengan penekanan pada terapi farmakologis, imaging, dan intervensi modern.

Febuxostat dalam Manajemen Bursitis Akibat Hiperurisemia

Hiperurisemia, yaitu kondisi dengan kadar asam urat tinggi dalam darah, merupakan faktor utama penyebab bursitis gouty. Dalam banyak kasus, kristal monosodium urat mengendap di bursa, terutama pada bursa olekranon (siku) dan prepatelar (lutut), menyebabkan inflamasi dan pembengkakan.

Febuxostat, inhibitor xantin oksidase selektif, telah menjadi alternatif efektif bagi pasien yang tidak merespons atau tidak toleran terhadap allopurinol. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi asam urat, dan telah terbukti lebih unggul dibanding allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat serum hingga di bawah 6 mg/dL. 

Hal ini penting karena kadar asam urat yang terkontrol membantu mencegah kekambuhan bursitis dan mempercepat resolusi tofi urat. Keunggulan febuxostat terletak pada efikasinya yang tidak terlalu dipengaruhi oleh gangguan ginjal atau hati ringan hingga sedang, membuatnya cocok untuk populasi lansia. Penggunaan jangka panjang juga menunjukkan hasil positif dalam mengurangi frekuensi serangan gout dan ukuran tofi【13†source】.

Peran USG dalam Diagnosis dan Tatalaksana Bursitis

Ultrasonografi (USG) telah menjadi alat diagnostik yang penting dalam penatalaksanaan bursitis. USG memungkinkan visualisasi efusi cairan dalam bursa, penebalan membran sinovial, serta membedakan bursitis dari kondisi lain seperti selulitis atau tendinopati.

Dalam studi oleh Draghi et al., USG menunjukkan sensitivitas sebesar 86,67% dan spesifisitas 100% dalam mendeteksi bursitis lutut dibandingkan MRI【12†source】. Bahkan pada bursa suprapatelar yang lebih sulit divisualisasi, sensitivitas USG mencapai 71,4%. Selain itu, USG juga digunakan untuk memandu prosedur intervensi seperti injeksi kortikosteroid, sehingga meningkatkan akurasi dan keamanan tindakan.

Kelebihan lain dari USG adalah sifatnya yang non-invasif, tanpa radiasi, murah, dan dapat dilakukan secara bedside. Oleh karena itu, USG menjadi pilihan utama dalam penilaian awal dan tindak lanjut kasus bursitis, terutama di klinik primer dan rumah sakit daerah.

Pendekatan Farmakologis: Endometasin dalam Mengelola Nyeri Bursitis

Penggunaan NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drugs) seperti endometasin umum dilakukan untuk meredakan nyeri dan inflamasi pada bursitis akut. Endometasin bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang menurunkan produksi prostaglandin proinflamasi.

Meskipun NSAID efektif untuk jangka pendek, penggunaannya harus diawasi ketat karena potensi efek samping seperti gangguan gastrointestinal, ginjal, dan kardiovaskular, terutama pada populasi lansia. Studi oleh Hertel menunjukkan bahwa meskipun NSAID mempercepat pemulihan jangka pendek, ada kekhawatiran bahwa penggunaannya dapat mengganggu proses penyembuhan jaringan lunak dalam jangka panjang【11†source】.

Endometasin dapat digunakan dalam fase akut bursitis dengan durasi terbatas, biasanya 7–14 hari. Pada pasien dengan risiko tinggi, terapi kombinasi dengan pelindung lambung seperti PPI (proton pump inhibitor) disarankan. Alternatif lain termasuk penggunaan NSAID topikal atau selektif COX-2 inhibitor.

Tatalaksana Bedah pada Bursitis Kronik: Indikasi Bursektomi

Sebagian besar kasus bursitis bersifat self-limiting dan merespon terapi konservatif. Namun, bursektomi (pengangkatan bursa) menjadi opsi pada kasus bursitis kronik yang tidak membaik dengan injeksi berulang atau obat-obatan.

Indikasi bursektomi antara lain:

  • Bursitis kronik refrakter terhadap terapi konservatif lebih dari 6 bulan

  • Infeksi bursa berulang (septic bursitis)

  • Tofi urat besar yang mengganggu gerakan

  • Kompresi struktur sekitarnya oleh bursa membesar

Bursektomi biasanya dilakukan dengan pendekatan minimal invasif dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Namun, prosedur ini tetap memiliki risiko seperti infeksi pascaoperasi dan pembentukan jaringan parut. Oleh karena itu, seleksi pasien dan edukasi praoperatif sangat penting.

Injeksi Kortikosteroid: Panduan Klinis Praktis

Injeksi kortikosteroid intrabursal telah terbukti sebagai terapi lokal efektif untuk meredakan inflamasi pada bursitis. Studi oleh Hsieh et al. menunjukkan bahwa injeksi triamcinolone 20 mg ke dalam bursa subakromial menghasilkan perbaikan signifikan dalam nyeri dan fungsi, lebih baik dibanding injeksi asam hialuronat maupun saline【9†source】.

Praktik terbaik dalam injeksi kortikosteroid:

  • Gunakan panduan USG untuk meningkatkan akurasi

  • Lakukan asepsis ketat untuk mencegah infeksi

  • Hindari injeksi berulang (>3-4 kali/tahun) untuk mencegah kerusakan jaringan

  • Evaluasi ulang setelah 2–4 minggu untuk menentukan efektivitas

Jenis kortikosteroid yang digunakan antara lain triamcinolone, methylprednisolone, dan betamethasone, dengan durasi kerja bervariasi. Injeksi dapat memberikan kelegaan nyeri hingga 3–6 bulan.

Kombinasi Terapi: Menuju Individualisasi Penanganan Bursitis

Dalam praktik klinis, kombinasi pendekatan sering kali dibutuhkan. Misalnya, pasien dengan bursitis gouty kronik dapat diberikan febuxostat untuk kontrol asam urat, NSAID atau injeksi kortikosteroid untuk flare akut, dan USG sebagai alat pemantauan berkala.

Pasien dengan faktor risiko seperti diabetes, penyakit ginjal, atau terapi antikoagulan memerlukan modifikasi pendekatan. Individualisasi terapi menjadi penting untuk menghindari komplikasi sekaligus mencapai hasil terapi optimal.

Kesimpulan

Manajemen bursitis membutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan diagnosis akurat dengan imaging (terutama USG), terapi farmakologis seperti febuxostat dan endometasin, serta intervensi lokal berupa injeksi kortikosteroid. Pada kasus refrakter, pembedahan seperti bursektomi dapat menjadi solusi.

Pemilihan terapi harus mempertimbangkan etiologi bursitis, durasi gejala, respon terhadap terapi awal, dan komorbiditas pasien. Dengan pendekatan berbasis bukti dan terpersonalisasi, diharapkan hasil klinis dan kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan secara signifikan.


Referensi

  1. Reinders, M. K., & Jansen, T. L. Th. A. (2010). Management of hyperuricemia in gout: focus on febuxostat. Clinical Interventions in Aging, 5, 7–18. https://doi.org/10.2147/cia.s5476

  2. Draghi, F., Corti, R., Urciuoli, L., Alessandrino, F., & Rotondo, A. (2015). Knee bursitis: a sonographic evaluation. Journal of Ultrasound, 18(3), 251–257. https://doi.org/10.1007/s40477...

  3. Hertel, J. (1997). The Role of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs in the Treatment of Acute Soft Tissue Injuries. Journal of Athletic Training, 32(4), 350–358.

  4. Hsieh, L.-F., Lin, Y.-J., Hsu, W.-C., Kuo, Y.-C., Liu, Y.-C., Chiang, Y.-P., & Wang, C.-P. (2021). Comparison of the corticosteroid injection and hyaluronate in the treatment of chronic subacromial bursitis: A randomized controlled trial. Clinical Rehabilitation, 35(9), 1305–1316. https://doi.org/10.1177/02692155211007799

  5. Khodaee, M. (2017). Common Superficial Bursitis. American Family Physician, 95(4), 224–231.