9 May 2025 • Kardiologi
Elektrokardiogram (EKG) merupakan salah satu pilar diagnostik fundamental dalam praktik dokter umum sehari-hari. Kemampuannya untuk merekam aktivitas listrik jantung secara non-invasif menjadikannya alat yang tak ternilai untuk skrining awal dan diagnosis berbagai kondisi jantung, terutama aritmia yang berpotensi mengancam jiwa.1
Interpretasi EKG yang akurat menjadi kunci dalam menentukan "Diagnosis dan Terapi Aritmia" yang tepat dan efektif. Salah satu temuan EKG yang cukup sering dijumpai adalah blok atrioventrikular (AV block), suatu kondisi gangguan konduksi dari atrium ke ventrikel.2 Namun, interpretasi AV block tidak selalu sederhana.
Tantangan diagnostik dapat muncul ketika gambaran EKG menyerupai AV block, padahal disebabkan oleh mekanisme yang berbeda. Artikel ilmiah populer ini akan membahas secara mendalam satu jebakan diagnostik spesifik: bagaimana penggunaan obat-obatan tertentu, khususnya obat antiaritmia yang memiliki efek memperpanjang interval QT, dapat menyebabkan gambaran EKG yang menyerupai AV block (dikenal sebagai pseudo-AV block).
Kesalahan interpretasi dalam kondisi ini dapat berakibat fatal, mengarah pada manajemen pasien yang tidak tepat, termasuk pemberian terapi yang tidak perlu atau bahkan berbahaya.3 Memahami fenomena ini sangat penting bagi dokter umum untuk meningkatkan akurasi diagnosis dan keamanan pasien.
Untuk memahami potensi kesalahan diagnosis, penting untuk mengulas kembali dasar-dasar AV block. Sistem konduksi jantung normal dimulai dari nodus sinoatrial (SA), menyebar ke atrium, lalu melalui nodus atrioventrikular (AV), berkas His, cabang berkas, hingga serabut Purkinje yang menstimulasi kontraksi ventrikel.6 AV block terjadi ketika terdapat perlambatan atau hambatan dalam transmisi impuls listrik di sepanjang jalur ini, terutama antara nodus SA dan serabut Purkinje.6
Diagnosis AV block ditegakkan berdasarkan analisis hubungan antara gelombang P (depolarisasi atrium) dan kompleks QRS (depolarisasi ventrikel) serta pengukuran interval PR pada EKG.6
Berikut adalah kriteria diagnosis EKG untuk berbagai derajat AV block:
AV Block Derajat Satu: Ditandai dengan interval PR yang memanjang secara konstan melebihi 200 milidetik (ms) (>0.20 detik), namun setiap gelombang P selalu diikuti oleh kompleks QRS (konduksi AV 1:1).7 Kondisi ini seringkali jinak dan asimptomatik, bisa merupakan varian normal atau tanda awal penyakit degeneratif sistem konduksi, miokarditis, efek obat, atau gangguan elektrolit.8 Jika interval PR sangat panjang (>300 ms), disebut sebagai "marked" first-degree AV block.7
Gambar 1. AV Blok derajat 17
AV Block Derajat Dua - Mobitz Tipe I (Wenckebach): Terdapat pemanjangan interval PR yang progresif pada setiap denyut, hingga akhirnya satu gelombang P tidak diikuti oleh kompleks QRS (denyut yang hilang atau dropped beat). Siklus ini kemudian berulang.7 Blok biasanya terjadi di tingkat nodus AV (supra-Hisian), sehingga kompleks QRS umumnya sempit.9 Prognosisnya relatif baik kecuali jika menimbulkan gejala bradikardia signifikan.
Gambar 2. AV Blok derajat 2 Mobitz Tipe I (Wenckebach)7
AV Block Derajat Dua - Mobitz Tipe II: Interval PR pada denyut-denyut yang terkonduksi tetap konstan, namun secara periodik dan tak terduga muncul gelombang P yang tidak diikuti oleh kompleks QRS.7 Blok pada tipe ini seringkali terjadi di bawah nodus AV (infra-Hisian), yaitu pada berkas His atau cabang berkas, sehingga sering disertai dengan kompleks QRS yang lebar.6 Mobitz II dianggap lebih serius karena berisiko tinggi untuk berkembang menjadi AV block derajat tiga dan seringkali memerlukan pemasangan pacu jantung permanen.8 Penting untuk dicatat bahwa diperlukan setidaknya dua denyut yang terkonduksi secara berurutan untuk membedakan Mobitz II dari Mobitz I.7
Gambar 3. AV Blok derajat 2 Mobitz Tipe II7
AV Block 2:1: Ini adalah kondisi khusus di mana setiap dua gelombang P, hanya satu yang diikuti oleh kompleks QRS. Pada EKG strip pendek, mungkin sulit dibedakan apakah ini merupakan Mobitz I atau Mobitz II.7 Lebar QRS dan panjang interval PR pada denyut yang terkonduksi dapat membantu diferensiasi.13
AV Block Derajat Tiga (Total/Complete AV Block): Terjadi disosiasi total antara aktivitas listrik atrium dan ventrikel. Gelombang P muncul dengan irama reguler (sesuai irama sinus atau atrium), sementara kompleks QRS juga muncul dengan irama reguler namun lebih lambat (irama escape), dan tidak ada hubungan waktu yang tetap antara P dan QRS.8 Laju atrium biasanya lebih cepat dari laju ventrikel.14 Irama escape dapat berasal dari junctional (QRS sempit, laju 40-60x/menit) atau ventrikular (QRS lebar, laju 20-40x/menit).9 Kondisi ini hampir selalu memerlukan pacu jantung permanen.8
Gambar 4. AV Blok Total – Irama gelombang P Konstan namun tidak ada hubungan antara gelombang P dan kompek QRS7
Pemahaman mengenai lokasi anatomis blok (nodal vs infra-nodal) sangat krusial karena berkorelasi dengan tipe blok (terutama derajat dua), lebar QRS, dan implikasi prognosis serta tatalaksana, khususnya kebutuhan pacu jantung.6 AV block 2:1 menjadi area abu-abu diagnostik yang menuntut evaluasi lebih lanjut dan cermat.7
Interval QT pada EKG merefleksikan total durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel.18 Karena durasi QT dipengaruhi oleh laju jantung (memendek saat laju jantung cepat, memanjang saat lambat), pengukuran interval QT terkoreksi (QTc) menjadi standar dalam praktik klinis.18 Nilai QTc normal umumnya <440 ms pada pria dan <460 ms pada wanita; nilai >500 ms dianggap sangat berisiko.20
Mekanisme utama pemanjangan interval QT akibat obat adalah blokade kanal kalium jantung, khususnya komponen cepat dari arus delayed rectifier (IKr).18 Kanal ini dikode oleh gen KCNH2 (dulu dikenal sebagai hERG).19
Obat antiaritmia Kelas IA (seperti kuinidin, prokainamid) dan terutama Kelas III (seperti sotalol, amiodaron, dofetilide, ibutilide) secara sengaja dirancang untuk memblokir IKr guna memperpanjang repolarisasi dan periode refrakter miokardium sebagai efek terapeutiknya.18 Namun, blokade IKr yang berlebihan dapat memicu aritmia ventrikel polimorfik yang berbahaya, dikenal sebagai Torsades de Pointes (TdP), yang dapat berdegenerasi menjadi fibrilasi ventrikel dan henti jantung.3
Keseimbangan antara efek antiaritmia yang diinginkan dan risiko proaritmia (TdP) akibat pemanjangan QTc sangatlah tipis.18 Risiko ini tidak hanya bergantung pada jenis obat dan dosisnya, tetapi juga pada faktor-faktor predisposisi pada pasien, antara lain: jenis kelamin wanita, usia lanjut, gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia), bradikardia, penyakit jantung struktural (gagal jantung, infark miokard), disfungsi ginjal atau hati, interaksi obat (farmakokinetik atau farmakodinamik), dan predisposisi genetik (varian gen kanal ion).3
Penting untuk disadari bahwa potensi pemanjangan QT dan induksi TdP tidak terbatas pada obat antiaritmia saja. Banyak obat non-kardiak dari berbagai kelas farmakologi juga memiliki risiko ini, termasuk antibiotik (makrolida, kuinolon), antipsikotik, antidepresan, antijamur azol, antihistamin tertentu, metadon, dan lainnya.3
Mengingat banyaknya obat yang terlibat dan seringnya polifarmasi pada pasien, kewaspadaan terhadap risiko pemanjangan QT menjadi tanggung jawab penting bagi dokter di semua lini pelayanan, termasuk dokter umum.
Meskipun blokade IKr adalah mekanisme predominan, profil efek samping obat bisa kompleks. Amiodaron, misalnya, meskipun memperpanjang QT, memiliki risiko TdP yang lebih rendah dibandingkan Kelas III lainnya karena efek tambahan pada kanal ion lain dan kurangnya sifat reverse use dependency.36 Sebaliknya, verapamil, meskipun dapat memblokir IKr, juga memblokir kanal kalsium (ICaL) sehingga secara klinis justru dapat digunakan untuk memendekkan QT pada kondisi tertentu.31
Hal ini menunjukkan bahwa penilaian risiko tidak bisa hanya didasarkan pada derajat pemanjangan QTc semata, tetapi juga perlu mempertimbangkan profil farmakologis spesifik obat yang bersangkutan.
Salah satu tantangan diagnostik yang signifikan terkait pemanjangan interval QT adalah kemampuannya untuk menimbulkan gambaran EKG yang menyerupai AV block derajat dua, khususnya pola 2:1, yang disebut sebagai functional atau pseudo-AV block.32 Fenomena ini dapat terjadi pada Long QT Syndrome (LQTS), baik kongenital maupun didapat (seringkali akibat obat).
Mekanisme terjadinya pseudo-AV block ini bukanlah karena adanya kerusakan atau penyakit pada sistem konduksi AV (nodus AV atau sistem His-Purkinje), melainkan akibat pemanjangan ekstrem periode refrakter ventrikel.39 Ketika repolarisasi ventrikel sangat lambat (tercermin dari QTc yang sangat panjang), impuls berikutnya dari atrium akan tiba saat ventrikel masih dalam kondisi refrakter (belum siap menerima impuls baru).
Akibatnya, impuls tersebut tidak dapat dikonduksikan ke ventrikel, menghasilkan gambaran "blok" pada EKG, biasanya setiap denyut kedua (2:1).39 Ini adalah konsekuensi fungsional dari perubahan elektrofisiologi otot ventrikel, bukan penyakit konduksi primer.39
Risiko misdiagnosis dalam kondisi ini sangat tinggi dan berbahaya. Jika pseudo-AV block akibat LQTS salah didiagnosis sebagai AV block derajat dua Mobitz II (yang disebabkan oleh penyakit sistem konduksi infra-nodal), pasien mungkin akan menjalani pemasangan pacu jantung permanen yang sebenarnya tidak diperlukan untuk mengatasi "blok" tersebut.45
Lebih buruk lagi, jika TdP (yang sering menyertai QTc panjang) disalahartikan sebagai VT monomorfik biasa, pemberian obat antiaritmia seperti amiodaron justru dapat memperburuk pemanjangan QT dan berakibat fatal.3
Sebaliknya, tatalaksana pseudo-AV block berfokus pada penanganan penyebab pemanjangan QT (menghentikan obat pemicu, koreksi elektrolit) dan terkadang memerlukan terapi spesifik LQTS seperti beta-blocker atau bahkan pemasangan pacu jantung dengan tujuan mempercepat laju jantung untuk membantu memendekkan interval QT dan periode refrakter.3 Perbedaan strategi tatalaksana yang fundamental ini menggarisbawahi betapa krusialnya diagnosis yang tepat.
Perlu juga diingat bahwa kondisi lain seperti blocked premature atrial contractions (PACs) dapat meniru gambaran AV block, menambah kompleksitas diagnostik.45 Oleh karena itu, temuan EKG berupa AV block 2:1 pada pasien yang memiliki faktor risiko LQTS (misalnya, penggunaan obat pemanjang QT, jenis kelamin wanita, gangguan elektrolit) harus segera membangkitkan kecurigaan terhadap kemungkinan pseudo-AV block. Pengukuran QTc yang cermat dan evaluasi penyebab potensial menjadi langkah wajib.32
Untuk menghadapi tantangan diagnostik ini dan memastikan "Diagnosis dan Terapi Aritmia" yang tepat, dokter umum perlu menerapkan pendekatan sistematis dalam interpretasi EKG, terutama pada pasien dengan kecurigaan aritmia atau yang menggunakan obat berpotensi proaritmia. Berikut adalah beberapa "Tips Baca EKG AV Blok" dan interpretasi QTc yang relevan:
Selalu Nilai Konteks Klinis: Interpretasi EKG tidak boleh terisolasi. Kumpulkan riwayat pengobatan lengkap (termasuk obat resep, OTC, herbal), identifikasi faktor risiko pemanjangan QT dan TdP (usia, jenis kelamin, komorbiditas, riwayat keluarga, gangguan elektrolit), dan catat gejala pasien (palpitasi, pusing, sinkop).3
Ukur Interval QTc dengan Cermat:
Jangan hanya mengandalkan pengukuran otomatis dari mesin EKG. Lakukan verifikasi manual, terutama jika hasilnya abnormal atau jika morfologi gelombang T dan U kompleks atau tidak jelas.19 Ketidakakuratan interpretasi otomatis, terutama pada aritmia, telah dilaporkan dan dapat menyebabkan kesalahan klinis.5
Gunakan formula koreksi yang sesuai. Formula Fridericia (QTc = QT / ∛RR) umumnya lebih akurat daripada Bazett (QTc = QT / √RR) pada laju jantung ekstrem (sangat cepat atau lambat).19
Ketahui ambang batas QTc: >450 ms (pria) / >470 ms (wanita) dianggap memanjang, >500 ms berisiko tinggi TdP.20
Perhatikan perubahan signifikan QTc dari baseline. Peningkatan QTc ≥60 ms dari nilai sebelum pengobatan juga merupakan tanda bahaya, bahkan jika nilai absolutnya masih di bawah 500 ms.23
Analisis Hubungan P-QRS Secara Seksama: Saat mencurigai AV block, identifikasi semua gelombang P dan tentukan hubungannya dengan kompleks QRS. Cari pola disosiasi AV (derajat 3), pemanjangan PR progresif (Mobitz I), atau PR konstan dengan dropped beats (Mobitz II).7
Waspadai Mimikri AV Block: Ingat bahwa gambaran AV block dapat ditiru oleh kondisi lain:
Blocked PACs: Cari gelombang P prematur (mungkin berbeda morfologinya) yang tersembunyi di gelombang T sebelumnya; interval P-P mungkin tidak konstan.45
Pseudo-AV Block: Curigai jika ada AV block 2:1 disertai QTc yang sangat panjang pada pasien dengan faktor risiko LQTS.39
Membedakan AV Block 2:1 Sejati vs Pseudo: Pada pasien dengan AV block 2:1 dan faktor risiko LQTS:
Ukur QTc: Jika QTc sangat panjang (>500 ms atau meningkat signifikan), kemungkinan besar ini adalah pseudo-AV block.39
Interval PR: Pada pseudo-AV block, interval PR denyut yang terkonduksi biasanya normal. Pada AV block 2:1 tipe Wenckebach, PR bisa memanjang.13 Pada Mobitz II, PR konstan (bisa normal atau memanjang).
Lebar QRS: Adanya bundle branch block (QRS lebar) lebih mengarah ke blok infra-nodal (Mobitz II atau derajat 3 sejati), meskipun QRS sempit tidak menyingkirkan blok infra-nodal di berkas His.6 Pseudo-AV block sendiri tidak secara langsung menyebabkan QRS lebar.
Tinjau Ulang Daftar Obat Pasien: Identifikasi semua obat yang berpotensi memperpanjang interval QT (lihat Tabel 1). Pertimbangkan kemungkinan interaksi obat yang meningkatkan risiko (misalnya, penghambat CYP3A4 meningkatkan kadar obat lain yang memperpanjang QT).18
Tabel 1. Contoh Obat yang Dapat Memperpanjang Interval QT
Kelas Obat | Contoh Spesifik | Sumber Referensi |
Antiaritmia | ||
Kelas IA | Quinidine, Procainamide, Disopyramide | 24 |
Kelas III | Sotalol, Amiodarone, Dofetilide, Ibutilide | 3 |
Antibiotik | ||
Makrolida | Erythromycin, Clarithromycin | 3 |
Fluorokuinolon | Levofloxacin, Moxifloxacin | 4 |
Antipsikotik | Haloperidol, Thioridazine, Ziprasidone, Risperidone, Olanzapine | 3 |
Antidepresan | TCA (Amitriptyline, Imipramine), SSRI (Citalopram, Fluoxetine) | 3 |
Antijamur | Golongan Azol (mis., Ketoconazole) | 24 |
Antihistamin | Terfenadine*, Astemizole* (sudah ditarik), berpotensi lainnya | 24 |
Lain-lain | Methadone, Ondansetron, Cisapride*, Lopinavir/Ritonavir | 3 |
Periksa Elektrolit: Pastikan kadar Kalium (K) dan Magnesium (Mg) berada dalam rentang normal-tinggi, karena hipokalemia dan hipomagnesemia merupakan faktor risiko kuat untuk TdP.3
Ketahui Kapan Merujuk: Kasus yang kompleks, pemanjangan QTc persisten yang signifikan (>500 ms), bradikardia atau AV block simtomatik, atau jika terdapat keraguan diagnostik, memerlukan konsultasi segera dengan dokter spesialis jantung/elektrofisiologi.21
Pendekatan multidimensional yang mengintegrasikan temuan EKG dengan data farmakologis dan faktor risiko pasien adalah kunci untuk interpretasi yang akurat dan manajemen yang aman.
Pemanjangan interval QT, terutama yang diinduksi oleh obat antiaritmia Kelas IA dan III serta berbagai obat non-kardiak lainnya melalui blokade kanal IKr, merupakan kondisi klinis penting yang perlu diwaspadai oleh dokter umum.
Selain risiko terjadinya aritmia ventrikel Torsades de Pointes yang fatal, pemanjangan QT yang ekstrem dapat menimbulkan gambaran EKG yang menyerupai AV block derajat dua 2:1, yang dikenal sebagai pseudo-AV block. Fenomena ini terjadi akibat pemanjangan periode refrakter ventrikel, bukan karena penyakit pada sistem konduksi itu sendiri.
Kegagalan membedakan pseudo-AV block dari AV block sejati dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis dan tatalaksana yang berbahaya. Oleh karena itu, "Diagnosis dan Terapi Aritmia" yang akurat menuntut pendekatan yang komprehensif.
Dokter umum harus selalu mengintegrasikan interpretasi EKG yang cermat—termasuk pengukuran QTc manual dan analisis hubungan P-QRS—dengan evaluasi konteks klinis pasien, riwayat pengobatan lengkap, dan identifikasi faktor risiko. Penerapan "Tips Baca EKG AV Blok" yang telah diuraikan, seperti kewaspadaan terhadap mimikri AV block dan penilaian QTc pada kasus 2:1 block, sangat esensial.
Inti dari pesan ini adalah pentingnya mengintegrasikan prinsip farmakovigilans ke dalam praktik analisis EKG rutin. Setiap kali menemukan kelainan EKG, terutama gangguan irama atau konduksi, pertimbangkan selalu kemungkinan pengaruh obat sebagai penyebab atau faktor kontribusi.
Dengan kewaspadaan tinggi, pendekatan sistematis, dan tidak ragu berkonsultasi dengan spesialis bila diperlukan, dokter umum dapat meminimalkan risiko kesalahan diagnosis dan memastikan tatalaksana pasien yang optimal dan aman.
Part 6: Advanced Cardiovascular Life Support : Section 5: Pharmacology I: Agents for Arrhythmias - American Heart Association Journals, diakses April 12, 2025, https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/circ.102.suppl_1.i-112
High-grade atrioventricular block - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6056369/
Causes and management of drug-induced long QT syndrome - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2900977/
Causes and management of drug-induced long QT syndrome - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20671821/
Misdiagnosis of atrial fibrillation and its clinical consequences - ResearchGate, diakses April 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/8216264_Misdiagnosis_of_atrial_fibrillation_and_its_clinical_consequences
Atrioventricular Block - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29083636/
Atrioventricular Block - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459147/
Electrocardiogram - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549803/
Atrioventricular Block (Nursing) - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/books/NBK568758/
First-Degree Heart Block - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448164/
First-Degree Heart Block - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28846254/
Second-Degree Atrioventricular Block - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482359/
Electrocardiography of Atrioventricular Block - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34689889/
ECG Diagnosis: Complete Heart Block - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3140757/
Atrioventricular Dissociation - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563205/
Third-Degree Atrioventricular Block - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545199/
Complete heart block with broad QRS complexes (Concept Id: C4476543) - NCBI, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/medgen/1391206
The significance of QT interval in drug development - PMC - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1874403/
Pharmacological treatment of acquired QT prolongation and torsades de pointes - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4767204/
Iatrogenic QT Abnormalities and Fatal Arrhythmias: Mechanisms and Clinical Significance - PMC - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2822139/
Long QT Syndrome - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441860/
Drug-induced long QT syndrome and fatal arrhythmias in the intensive care unit, diakses April 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/259626250_Drug-induced_long_QT_syndrome_and_fatal_arrhythmias_in_the_intensive_care_unit
Arrhythmogenic Risk and Mechanisms of QT-Prolonging Drugs to Treat COVID-19 - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8556572/
Prevalence and risk factors for acquired long QT syndrome in the emergency department: a retrospective observational study - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10632761/
Drug induced QT prolongation and torsades de pointes - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1767957/
Drug-Induced Long QT Syndrome - PMC - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2993258/
Current concepts in the mechanisms and management of drug-induced QT prolongation and torsade de pointes - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17540188/
Drug-induced long QT syndrome - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21079043/
Drug-induced long QT syndrome and torsade de pointes - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16107909/
Inhibition of hERG potassium channel by the antiarrhythmic agent mexiletine and its metabolite m-hydroxymexiletine - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4618635/
Corrigendum to “Relationships between preclinical cardiac electrophysiology, clinical QT interval prolongation and torsade de pointes for a broad range of drugs: evidence for a provisional safety margin in drug development” [Cardiovasc. Res. 58 (2003) 32–45] - ResearchGate, diakses April 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/7736397_Corrigendum_to_Relationships_between_preclinical_cardiac_electrophysiology_clinical_QT_interval_prolongation_and_torsade_de_pointes_for_a_broad_range_of_drugs_evidence_for_a_provisional_safety_margin_
Fetal Arrhythmia Leading to a Diagnosis of Congenital Long QT ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10874987/
From genes to clinical management: A comprehensive review of long QT syndrome pathogenesis and treatment, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11385408/
Drug-induced hERG block and long QT syndrome - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20406244/
Long QT Syndrome With Drugs Used in the Management of Arrhythmias: A Systematic Review - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11364149/
Drug-induced QT interval prolongation: mechanisms and clinical management - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4110870/
Antiarrhythmic Medications - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482322/
Jervell and Lange-Nielsen Syndrome - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537300/
(PDF) Second Degree Heart Block Associated with QT Prolongation, diakses April 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/41401600_Second_Degree_Heart_Block_Associated_with_QT_Prolongation
Ventricular arrhythmias | Request PDF - ResearchGate, diakses April 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/284550153_Ventricular_arrhythmias
Sudden Death of Cardiac Origin and Psychotropic Drugs - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3349287/
Ventricular Arrhythmia Precipitated by Severe Hypocalcaemia Secondary to Primary Hypoparathyroidism - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6476131/
A case of long QT syndrome: challenges on a bumpy road - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5458049/
The long QT syndrome: Half a century of electrophysiology | British ..., diakses April 12, 2025, https://bcmj.org/articles/long-qt-syndrome-half-century-electrophysiology
Symptomatic Bradycardia Caused By Premature Atrial Contractions ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3691389/
Evaluation of Suspected Cardiac Arrhythmia - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585054/
Status of Computerized Electrocardiography | Request PDF - ResearchGate, diakses April 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/6848519_Status_of_Computerized_Electrocardiography