11 Jul 2025 • Kulit
Herpes Zoster Oticus (HZO) merupakan suatu kondisi infeksi virus yang mengenai telinga bagian dalam, tengah, dan luar, yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV). Virus ini, yang sebelumnya menyebabkan cacar air (varicella), dapat "tidur" atau laten dalam ganglion sensorik, khususnya ganglion genikulatum nervus fasialis (saraf kranial VII) pada kasus HZO.
Ketika HZO disertai dengan kelemahan atau kelumpuhan (paralisis) saraf fasialis perifer pada sisi yang sama, kondisi ini dikenal sebagai Ramsay Hunt Syndrome (RHS). RHS pertama kali dideskripsikan oleh James Ramsay Hunt pada tahun 1907.
Reaktivasi VZV dapat dipicu oleh berbagai faktor, terutama penurunan imunitas seluler yang seringkali berkaitan dengan pertambahan usia (umumnya di atas 50-60 tahun) atau kondisi immunocompromised lainnya, serta stres fisik maupun psikologis. Meskipun lebih jarang terjadi pada anak-anak, RHS dapat menyerang individu pada usia berapa pun yang pernah terinfeksi cacar air.
HZO/RHS merupakan penyebab kedua tersering paralisis fasialis perifer non-traumatik setelah Bell's Palsy, mencakup sekitar 12-18% dari seluruh kasus paralisis fasialis unilateral.Penting bagi dokter umum untuk mengenali kondisi ini karena diagnosis dini dan terapi Herpes zoster oticus yang tepat waktu, idealnya dalam 72 jam pertama sejak onset gejala, sangat krusial.
Penanganan dini secara signifikan meningkatkan kemungkinan pemulihan fungsi saraf fasialis dan mencegah komplikasi jangka panjang yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien, seperti kelemahan wajah permanen, gangguan pendengaran, dan neuralgia pasca-herpes (NPH). Prognosis RHS secara umum lebih buruk dibandingkan Bell's Palsy, yang sering dikaitkan dengan virus Herpes Simplex (HSV).
Perbedaan etiologi virus ini (VZV pada RHS vs HSV pada Bell's Palsy) diduga mendasari tingkat inflamasi dan kerusakan saraf yang lebih berat pada RHS, yang menjelaskan mengapa pemulihan fungsi wajah pada RHS cenderung lebih sulit. Hal ini menggarisbawahi pentingnya upaya membedakan kedua kondisi ini sedini mungkin.
Diagnosis Herpes zoster oticus primer ditegakkan secara klinis berdasarkan temuan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Presentasi Klinis Klasik:
Trias klasik RHS meliputi:
Otalgia: Nyeri telinga hebat pada sisi yang terkena, seringkali menjadi gejala awal dan paling dominan.
Erupsi Vesikular: Munculnya lepuh-lepuh kecil berisi cairan (vesikel) pada dasar kulit yang kemerahan (eritematosa) di area yang dipersarafi oleh cabang sensorik nervus fasialis. Lokasi tersering adalah di daun telinga (pinna, terutama konka), liang telinga luar (kanalis auditorius eksternus), dan terkadang dapat meluas ke membran timpani, palatum molle (langit-langit lunak), atau dua pertiga bagian depan lidah. Area ini dikenal sebagai zona Hunt. Vesikel ini bisa muncul sebelum, bersamaan, atau bahkan beberapa hari setelah munculnya kelemahan wajah. Gejala prodromal mirip flu (demam, sakit kepala) dapat mendahului munculnya ruam sekitar 3-7 hari.
Paralisis Fasialis Perifer Unilateral: Kelemahan atau kelumpuhan otot-otot wajah pada satu sisi, yang menyebabkan wajah tampak tidak simetris saat berekspresi (misalnya, sulit tersenyum, mengangkat alis, atau menutup mata rapat).
Gambar 1. Tanda dan Gejala Herpes Zoster Oticus
Gejala Penyerta:
Keterlibatan saraf kranial lain sering terjadi karena kedekatan anatomis di kanalis auditorius internus atau melalui anastomosis.
Gangguan Nervus VIII (Vestibulokoklearis): Sangat umum, dilaporkan terjadi pada 8-85% kasus untuk gangguan pendengaran dan 50-80% untuk gangguan vestibular. Gejalanya meliputi gangguan pendengaran sensorineural (seringkali pada frekuensi tinggi), tinitus (telinga berdenging), vertigo (pusing berputar), hiperakusis (sensitif terhadap suara keras), dan gangguan keseimbangan.
Gangguan Nervus Lain: Dapat melibatkan nervus V (trigeminal), IX (glossofaringeal), X (vagus), dan lainnya, menyebabkan gejala seperti gangguan pengecapan, mulut kering, mata kering (akibat gangguan serabut parasimpatis nervus fasialis), suara serak, kesulitan menelan (aspirasi), atau nyeri pada wajah dan leher. Polineuritis kranial (keterlibatan banyak saraf kranial) lebih mungkin terjadi pada pasien immunocompromised.
Pemeriksaan Fisik Kunci:
Inspeksi: Cari adanya vesikel atau bekasnya (krusta) di zona Hunt (telinga luar, liang telinga, palatum, lidah).
Pemeriksaan Nervus Fasialis (CN VII): Nilai kekuatan otot wajah secara sistematis (dahi, mata, mulut) dan tentukan derajat keparahan paralisis menggunakan sistem grading (misalnya, House-Brackmann/HB). Perhatikan kemampuan pasien menutup mata (lagophthalmos) karena berimplikasi pada risiko kerusakan kornea.
Pemeriksaan Telinga (Otoskopi): Visualisasi liang telinga dan membran timpani. Cari tanda-tanda inflamasi, vesikel, atau sekret. Bedakan dengan otitis eksterna bakterial/jamur atau otitis media dengan perforasi.
Pemeriksaan Nervus Lain: Lakukan pemeriksaan kasar fungsi pendengaran (tes bisik, Rinne, Weber), cari nistagmus spontan atau tatapan terinduksi (CN VIII), uji sensasi wajah (CN V), refleks muntah (CN IX, X) jika ada kecurigaan klinis.
Gambar 2. Lesi Krusta Vesikuler Multipel pada Pinna dan Bibir
Zoster Sine Herpete (ZSH):
Merupakan varian HZO/RHS di mana pasien mengalami otalgia hebat dan paralisis fasialis, namun tanpa disertai munculnya vesikel kulit yang khas. Kondisi ini sangat sulit dibedakan dari Bell's Palsy hanya berdasarkan klinis. Diagnosis ZSH memerlukan kecurigaan klinis yang tinggi dan seringkali membutuhkan konfirmasi laboratorium.
Pemeriksaan Penunjang (Indikasi Spesifik):
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan untuk diagnosis HZO/RHS tipikal, namun dapat diindikasikan pada kasus atipikal, ZSH, atau untuk menyingkirkan diagnosis banding lain serta menilai prognosis.
PCR VZV: Deteksi DNA VZV dari cairan vesikel, sekret telinga, atau saliva merupakan metode konfirmasi yang sensitif dan spesifik, terutama berguna pada kasus ZSH atau presentasi atipikal.
Serologi VZV: Peningkatan titer antibodi VZV IgM/IgA atau kenaikan signifikan titer IgG antara fase akut dan konvalesen dapat mendukung diagnosis infeksi VZV aktif atau reaktivasi, namun hasilnya tidak cepat dan kurang praktis untuk keputusan terapi awal.
MRI: Dapat dipertimbangkan untuk menilai tingkat inflamasi dan enhancement pada nervus fasialis dan vestibulokoklearis, mengevaluasi komplikasi seperti keterlibatan sistem saraf pusat, atau menyingkirkan penyebab struktural lain (misalnya tumor) pada kasus yang tidak jelas. MRI dengan sekuens 3D-FLAIR post-kontras dapat menunjukkan inflamasi pada struktur telinga dalam.
Tes Audiometri dan Fungsi Vestibular: Penting untuk mengobjektifkan dan memantau gangguan pendengaran dan keseimbangan yang sering menyertai HZO. Hasil tes ini juga dapat memberikan informasi prognostik terkait pemulihan nervus fasialis.
Penilaian komprehensif yang tidak hanya berfokus pada trias klasik tetapi juga secara aktif mencari gejala penyerta (terutama gangguan CN VIII) dan faktor risiko lain, memberikan gambaran diagnostik dan prognostik yang lebih akurat. Keterlibatan CN VIII, misalnya, merupakan prediktor kuat untuk pemulihan fungsi wajah yang lebih buruk, sebuah informasi penting untuk disampaikan saat konseling pasien.
Tujuan utama terapi Herpes zoster oticus adalah mempercepat penyembuhan lesi kulit, mengurangi durasi dan keparahan nyeri, serta meminimalkan risiko komplikasi jangka panjang, terutama kerusakan saraf permanen.
Prinsip Utama: Tatalaksana Cepat (<72 jam)
Inisiasi terapi antivirus dan kortikosteroid sesegera mungkin, idealnya dalam 72 jam pertama sejak onset gejala (ruam atau paralisis), merupakan faktor kunci untuk mencapai hasil klinis yang optimal. Studi menunjukkan bahwa pasien yang memulai terapi dalam 3 hari memiliki tingkat pemulihan fungsi wajah sempurna yang jauh lebih tinggi (sekitar 75%) dibandingkan mereka yang memulai terapi setelah 7 hari (sekitar 30%).2 Meskipun demikian, terapi masih dianggap bermanfaat meskipun dimulai lebih dari 72 jam.
Terapi Antivirus
Antivirus bekerja dengan menghambat replikasi VZV, sehingga membatasi penyebaran virus dan kerusakan jaringan lebih lanjut. Pilihan antivirus yang umum digunakan meliputi:
Acyclovir
Valacyclovir (prodrug acyclovir dengan bioavailabilitas oral lebih baik)
Famciclovir (prodrug penciclovir)
Meskipun bukti dari Randomized Controlled Trials (RCT) berkualitas tinggi yang secara spesifik menguji efikasi antivirus pada RHS masih terbatas , penggunaannya didukung kuat oleh studi observasional, analogi efikasi pada herpes zoster di lokasi lain, dan konsensus ahli. Mengingat VZV kurang sensitif terhadap acyclovir dibandingkan HSV, dosis yang lebih tinggi sering direkomendasikan untuk HZO.
Terapi Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik (seperti Prednisone, Prednisolone, atau Methylprednisolone) bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan edema pada saraf fasialis yang terjepit di dalam kanalis Fallopian tulang temporal, sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat kerusakan saraf akibat kompresi. Kortikosteroid umumnya diberikan dalam kombinasi dengan antivirus.
Meskipun bukti RCT definitif untuk kombinasi ini pada RHS juga masih kurang, kombinasi ini merupakan standar terapi yang direkomendasikan secara luas berdasarkan studi observasional dan pengalaman klinis. Beberapa studi mengindikasikan potensi manfaat dosis steroid yang lebih tinggi pada kasus paralisis fasialis yang berat (HB grade VI), namun hal ini masih menjadi bahan diskusi. Pemberian steroid intratimpani sebagai terapi tambahan juga menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam beberapa studi.
Dosis Obat Herpes Zoster Oticus yang Direkomendasikan
Berikut adalah rangkuman rekomendasi dosis antivirus dan kortikosteroid untuk tatalaksana HZO/RHS pada pasien dewasa berdasarkan data yang tersedia. Penting untuk menyesuaikan dosis berdasarkan kondisi klinis pasien, fungsi ginjal (terutama untuk acyclovir), dan respons terapi.
Obat | Rute Pemberian | Dosis yang Direkomendasikan | Frekuensi | Durasi Terapi | Catatan Penting |
Antivirus | |||||
Acyclovir | Oral | 800 mg | 5 kali sehari | 7-10 hari | Dosis lebih tinggi dibanding Bell's Palsy. Efektivitas oral setara IV. Pertimbangkan fungsi ginjal. Beberapa studi menyarankan hingga 21 hari. |
IV | 10 mg/kgBB atau 500 mg atau 15 mg/kgBB | Setiap 8 jam | 7-10 hari | Digunakan pada kasus berat, pasien tidak bisa minum obat oral, atau immunocompromised. Pertimbangkan fungsi ginjal. | |
Valacyclovir | Oral | 1000 mg (1 gram) | 3 kali sehari | 7-10 hari | Bioavailabilitas lebih baik dari acyclovir. Beberapa studi menyarankan hingga 21 hari. |
Famciclovir | Oral | 500 mg | 3 kali sehari | 7-10 hari | Beberapa studi menyarankan hingga 21 hari. |
Kortikosteroid | |||||
Prednisone/ | Oral | 1 mg/kgBB/hari (maksimal 60 mg/hari) ATAU 60 mg/hari | Sekali sehari | 5-10 hari | Dosis diturunkan bertahap (tapering off) setelah beberapa hari (misalnya setelah 5 hari). Total durasi bisa bervariasi (4-37 hari). |
Prednisolone | Dosis tinggi: hingga 200 mg/hari | Sekali sehari | Singkat | Dipertimbangkan pada kasus paralisis komplit (HB VI), diikuti tapering. Bukti manfaat dosis tinggi masih terbatas. | |
Methylprednisolone | Oral | Dosis setara prednisone (misal 48 mg) | Sekali sehari | 10-37 hari | Dosis diturunkan bertahap (tapering off). |
IV | Dosis tinggi: misal 120 mg/hari atau 20 mg/8 jam atau 1 g/hari | Sekali sehari atau terbagi | Beberapa hari | Dipertimbangkan pada kasus berat atau yang tidak responsif terhadap terapi oral standar. Diikuti tapering oral. Bukti manfaat masih terbatas. | |
Dexamethasone | Intratimpani | 16.5 mg total selama 10 hari | Sekali sehari | 10 hari | Sebagai terapi tambahan untuk steroid sistemik. |
Durasi Pengobatan:
Umumnya, antivirus diberikan selama 7 hingga 10 hari. Kortikosteroid diberikan dalam dosis awal selama beberapa hari (misalnya 5-10 hari) kemudian diturunkan dosisnya secara bertahap (tapering off).
Meskipun kombinasi antivirus dan kortikosteroid merupakan standar terapi saat ini, penting bagi dokter untuk menyadari bahwa rekomendasi ini sebagian besar didasarkan pada bukti tidak langsung dan studi observasional, bukan RCT definitif level 1. Keputusan terapi harus selalu diindividualisasi berdasarkan keparahan penyakit, waktu onset gejala, dan kondisi komorbid pasien.
Selain terapi farmakologis antivirus dan kortikosteroid, manajemen suportif memegang peranan penting dalam tatalaksana HZO/RHS untuk meredakan gejala, mencegah komplikasi, dan mendukung pemulihan.
Manajemen Nyeri:
Nyeri, baik otalgia akut maupun neuralgia pasca-herpes (NPH), merupakan keluhan utama yang seringkali hebat.
Analgesik Sistemik: Diperlukan untuk mengontrol nyeri akut. Pilihan meliputi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau analgesik opioid jangka pendek untuk nyeri yang sangat berat.
Terapi Adjuvan Nyeri Neuropatik: Untuk NPH (nyeri yang menetap >3 bulan), obat-obatan seperti antidepresan trisiklik (misalnya, amitriptyline) atau antikonvulsan (gabapentin, pregabalin) dapat efektif. Capsaicin topikal juga merupakan pilihan untuk NPH.
Perawatan Mata pada Paralisis Fasialis:
Jika pasien mengalami lagophthalmos (ketidakmampuan menutup mata sepenuhnya), proteksi kornea menjadi prioritas utama untuk mencegah kekeringan, keratitis eksposur, dan ulkus kornea yang dapat mengancam penglihatan.
Lubrikasi: Gunakan air mata buatan (tetes mata) secara teratur di siang hari dan salep mata lubrikan di malam hari.
Proteksi Mekanis: Tutup kelopak mata dengan plester hipoalergenik saat tidur. Penggunaan moisture chamber atau pemberat kelopak mata (eyelid weight) dapat dipertimbangkan.
Rujukan Oftalmologi: Konsultasi dengan dokter spesialis mata sangat dianjurkan jika terdapat lagophthalmos untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
Penanganan Vertigo:
Vertigo atau pusing berputar sering terjadi akibat keterlibatan nervus vestibularis.
Obat Supresan Vestibular: Obat-obatan seperti antihistamin (misalnya, dimenhydrinate, betahistine) atau antikolinergik (misalnya, scopolamine) dapat membantu meredakan gejala vertigo akut. Diazepam juga dapat digunakan untuk mengurangi pusing. Penggunaan obat ini sebaiknya bersifat simtomatik dan jangka pendek.
Perawatan Lesi Kulit:
Menjaga kebersihan area vesikel penting untuk mencegah infeksi bakteri sekunder. Kompres dingin dapat membantu mengurangi nyeri lokal.
Rehabilitasi:
Fisioterapi Wajah: Latihan neuromuskular wajah dan pijat wajah direkomendasikan untuk membantu proses pemulihan fungsi motorik, meningkatkan koordinasi, dan mencegah atau mengelola sinkinesis.
Manajemen HZO/RHS yang efektif membutuhkan pendekatan multidisiplin. Dokter umum berperan penting dalam diagnosis awal, inisiasi terapi farmakologis, dan manajemen suportif dasar, terutama proteksi mata yang krusial. Mengenali kapan harus merujuk ke spesialis lain (THT, Mata, Saraf, Rehabilitasi Medik) adalah kunci untuk mencegah komplikasi jangka panjang dan mengoptimalkan hasil akhir bagi pasien.
Pemulihan fungsi saraf fasialis pada HZO/RHS bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor Prognostik Pemulihan Nervus Fasialis:
Faktor-faktor yang berhubungan dengan prognosis pemulihan yang lebih buruk meliputi:
Waktu Mulai Terapi: Penundaan terapi (>72 jam setelah onset).
Keparahan Paralisis Awal: Derajat paralisis yang lebih berat saat presentasi (misalnya, HB grade V atau VI).
Usia Lanjut: Usia di atas 50 atau 60 tahun.
Adanya Komorbiditas: Terutama Diabetes Melitus dan Hipertensi.
Keterlibatan Saraf Lain: Adanya gangguan pendengaran, vertigo (keterlibatan CN VIII), atau polineuropati kranial lainnya.
Gejala Spesifik: Adanya mata kering bersamaan dengan lagophthalmos.
Urutan Gejala: Munculnya paralisis fasialis sebelum vesikel.
Hasil Pemeriksaan Penunjang: Tingkat degenerasi aksonal yang berat pada pemeriksaan elektrofisiologi (ENoG/EMG) atau rasio neutrofil-limfosit (NLR) yang tinggi sebelum terapi.
Perbandingan Prognosis dengan Bell's Palsy:
Secara umum, HZO/RHS memiliki prognosis pemulihan fungsi wajah yang lebih buruk dibandingkan Bell's Palsy. Tingkat pemulihan komplit atau mendekati komplit (HB I/II) pada HZO dengan terapi dilaporkan berkisar 51-84%, sementara pada Bell's Palsy mencapai lebih dari 90%. Tanpa terapi, tingkat pemulihan komplit pada HZO hanya sekitar 20%. Pemulihan biasanya terjadi dalam satu tahun, namun bisa lebih cepat pada kasus ringan.
Komplikasi:
Komplikasi dapat bersifat akut maupun jangka panjang:
Neuralgia Pasca Herpes (NPH): Nyeri neuropatik yang menetap lebih dari 3 bulan setelah onset ruam. Risiko meningkat pada usia >50 tahun.
Sinkinesis: Gerakan otot wajah involunter yang terjadi bersamaan dengan gerakan volunter lainnya (misalnya, sudut mulut tertarik saat menutup mata). Terjadi akibat regenerasi saraf yang salah arah (aberrant reinnervation). Lebih sering terjadi pada HZO (sekitar 40%) dibanding Bell's Palsy (sekitar 16%).
Kelemahan Wajah Permanen: Terjadi pada sebagian pasien yang tidak mengalami pemulihan sempurna.
Gangguan Pendengaran Sensorineural Permanen: Meskipun seringkali membaik, gangguan pendengaran bisa bersifat permanen pada beberapa kasus. Tingkat pemulihan pendengaran pada HZO cenderung rendah.
Komplikasi Mata: Keratitis, ulkus kornea akibat mata kering dan lagophthalmos yang tidak tertangani.
Komplikasi Sistem Saraf Pusat (Jarang): Meningitis, ensefalitis, mielitis, vaskulopati VZV (stroke), terutama pada pasien immunocompromised.
Kapan Merujuk ke Spesialis THT (atau Spesialis Lain):
Rujukan ke dokter spesialis THT, Mata, Saraf, atau Rehabilitasi Medik perlu dipertimbangkan pada kondisi berikut:
Diagnosis tidak pasti (terutama dugaan ZSH).
Paralisis fasialis komplit (HB V/VI).
Tidak ada perbaikan gejala setelah pemberian terapi awal yang adekuat.
Adanya komplikasi (gangguan pendengaran atau vertigo yang berat/persisten, komplikasi mata, kecurigaan keterlibatan SSP).
Membutuhkan pemeriksaan penunjang lanjutan (ENoG, MRI).
Manajemen komplikasi jangka panjang (NPH, sinkinesis).
Pasien dengan kondisi immunocompromised.
Memberikan konseling yang realistis mengenai prognosis berdasarkan faktor risiko yang ada dan potensi komplikasi jangka panjang sangat penting. Manajemen HZO/RHS tidak berhenti pada fase akut; pemantauan jangka panjang diperlukan untuk menilai pemulihan dan mengelola komplikasi yang mungkin timbul.
Herpes Zoster Oticus (HZO) dan variannya yang disertai paralisis fasialis, Ramsay Hunt Syndrome (RHS), merupakan manifestasi reaktivasi VZV yang memerlukan kewaspadaan diagnostik tinggi dari dokter umum. Kondisi ini, meskipun lebih jarang dari Bell's Palsy, memiliki prognosis yang lebih serius, terutama terkait pemulihan fungsi saraf fasialis dan risiko komplikasi jangka panjang seperti neuralgia pasca-herpes dan sinkinesis.
Peran dokter umum sangat vital dalam rantai tatalaksana HZO/RHS. Kemampuan untuk mengenali trias klasik (otalgia, vesikel di zona Hunt, paralisis fasialis unilateral) serta varian zoster sine herpete adalah langkah awal yang krusial. Langkah terpenting berikutnya adalah melakukan diagnosis dan terapi Herpes zoster oticus secara cepat.
Inisiasi terapi kombinasi antivirus dan kortikosteroid sistemik sesegera mungkin, idealnya dalam 72 jam pertama onset gejala, terbukti secara signifikan memperbaiki prognosis pemulihan. Pemahaman mengenai dosis obat Herpes zoster oticus yang direkomendasikan, baik antivirus (seperti Acyclovir, Valacyclovir, Famciclovir) maupun kortikosteroid (seperti Prednisone), menjadi bekal penting bagi dokter umum dalam memberikan terapi awal yang adekuat.
Selain terapi farmakologis definitif, manajemen suportif tidak kalah pentingnya. Penanganan nyeri yang efektif, perawatan mata yang cermat pada kasus paralisis fasialis untuk mencegah komplikasi kornea, serta penanganan gejala penyerta seperti vertigo, merupakan bagian integral dari tatalaksana komprehensif yang dapat dimulai di layanan primer.
Dokter umum juga berperan dalam mengidentifikasi pasien dengan faktor prognosis buruk atau yang mengalami komplikasi, sehingga rujukan ke dokter spesialis THT, Mata, Saraf, atau Rehabilitasi Medik dapat dilakukan secara tepat waktu. Dengan diagnosis dini, terapi yang cepat dan tepat, serta manajemen suportif yang adekuat, dokter umum dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup pasien HZO/RHS.
Herpes Zoster Oticus With Facial Palsy and Hearing Loss: A Case Report of Ramsay Hunt Syndrome in an Older Patient - PMC - PubMed Central, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11850981/
Antiviral therapy for Ramsay Hunt syndrome (herpes zoster oticus ..., diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6956409/
Herpes Zoster Oticus, Ophthalmicus, and Cutaneous Disseminated: Case Report and Literature Review - PMC, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7053943/
Ramsay Hunt Syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32491341/
Herpes Zoster Oticus with Concurrent Hearing Loss: A Study on ..., diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10607606/
Cochleo-Vestibular Disorders in Herpes Zoster Oticus: A Literature Review and a Case of Bilateral Vestibular Hypofunction in Unilateral HZO - PMC, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10573329/
Treatment and Prognosis of Facial Palsy on Ramsay Hunt ..., diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5063726/
Ramsay Hunt Syndrome Treated with Oral Acyclovir - PMC, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4925748/
Ramsay Hunt Syndrome: An Introduction, Signs and Symptoms, and ..., diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9925029/
Early diagnosis and treatment of Ramsay Hunt syndrome: a case report - PubMed Central, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11694386/
Ramsay Hunt syndrome - DermNet, diakses Mei 3, 2025, https://dermnetnz.org/topics/ramsay-hunt-syndrome
Herpes zoster guideline of the German Dermatology Society (DDG) - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12637076/
Herpes Zoster Oticus With Facial Palsy and Hearing Loss: A Case Report of Ramsay Hunt Syndrome in an Older Patient - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/40012934/
Ramsay Hunt Syndrome - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 3, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557409/
Features of Audio-Vestibular Deficit and 3D-FLAIR Temporal Bone MRI in Patients with Herpes Zoster Oticus - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36423176/
[Herpes zoster oticus: symptom constellation and serological diagnosis] - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15197674/
Ramsay Hunt syndrome: characteristics and patient self-assessed long-term facial palsy outcome - PubMed Central, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7072041/
Ramsay Hunt Syndrome Associated with Central Nervous System Involvement in an Adult, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4904572/
[Otogenic herpes zoster--the Ramsay-Hunt syndrome] - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11089377/
Ramsay Hunt syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22364868/
Herpes zoster oticus: diagnosis and management - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8228542/
Herpes zoster oticus: A rare clinical entity - PMC, diakses Mei 3, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3220085/
Successful response of non-recovering Ramsay Hunt syndrome to intravenous high dose methylprednisolone - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22560873/
Herpes Zoster Oticus with Concurrent Hearing Loss: A Study on Clinical Characteristics and Prognosis - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37892614/
Test battery of cranial nerves VII and VIII for assessing herpes zoster oticus - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25385809/
Analysis of prognostic factors in Bell's palsy and Ramsay Hunt syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17055202/
Acute Peripheral Facial Palsy: Recent Guidelines and a Systematic Review of the Literature, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32743989/
Facial Nerve Palsy - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 3, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549815/
Treatment of Ramsay Hunt syndrome with acyclovir-prednisone: significance of early diagnosis and treatment - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9066356/
Bell's Palsy and Herpes Zoster Oticus - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11096766/
Antiviral therapy for Ramsay Hunt syndrome (herpes zoster oticus with facial palsy) in adults, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18843734/
Corticosteroids as adjuvant to antiviral treatment in Ramsay Hunt syndrome (herpes zoster oticus with facial palsy) in adults - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18646170/
Benefits of High-Dose Corticosteroid and Antiviral Agent Combination Therapy in the Treatment of House-Brackman Grade VI Ramsay Hunt Syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35878642/
Concurrent treatment with intratympanic dexamethasone improves facial nerve recovery in Ramsay Hunt syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31945626/
Prognostic factors in herpes zoster oticus (ramsay hunt syndrome), diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21725270/
Comparison of the efficacy of various doses of steroids for acute facial palsy - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30883243/
Prognostic value of electroneurography in Bell's palsy and Ramsay-Hunt's syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16620335/
Clinical manifestations and prognosis of patients with Ramsay Hunt syndrome - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22071033/
Herpes zoster oticus: surgery based upon prognostic indicators and results - PubMed, diakses Mei 3, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7162299/