8 Jul 2025 • Pediatri
Otitis media (OM) atau radang telinga tengah merupakan spektrum penyakit yang mencakup otitis media akut (OMA), otitis media dengan efusi (OME atau 'glue ear'), dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Kondisi ini adalah salah satu penyakit yang paling umum ditemui pada anak-anak di seluruh dunia, menjadi penyebab utama kunjungan ke dokter, peresepan antibiotik, dan tindakan bedah pada anak. OMA, secara spesifik, merupakan diagnosis pediatrik kedua tersering setelah infeksi saluran napas atas.
Sebagai dokter umum di lini pertama, pemahaman mendalam mengenai diagnosis dan terapi Otitis Media Akut pada anak sangatlah krusial. Tatalaksana yang tepat tidak hanya bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi, tetapi juga memastikan penggunaan antibiotik yang bijak (judicious) di tengah meningkatnya isu resistensi antimikroba.
Artikel ini akan membahas panduan praktis berbasis bukti (evidence-based) untuk diagnosis dan tatalaksana OMA pada anak usia 6 bulan hingga 12 tahun, dengan fokus pada OMA tanpa komplikasi. Penting untuk membedakan OMA, yang ditandai dengan onset cepat inflamasi telinga tengah disertai adanya efusi telinga tengah (MEE), dari OME (adanya MEE tanpa tanda infeksi akut) dan OMSK (peradangan kronis dengan sekret telinga persisten).
Data dari beberapa negara berpenghasilan tinggi menunjukkan adanya penurunan kunjungan terkait OM dalam beberapa dekade terakhir. Penurunan ini kemungkinan berkaitan dengan implementasi vaksin konjugat pneumokokus (PCV) dan kepatuhan terhadap panduan klinis. Hal ini menegaskan pentingnya bagi para klinisi untuk terus memperbarui pengetahuan mengenai epidemiologi dan tatalaksana OMA yang paling mutakhir, sesuai dengan panduan berbasis bukti terkini.
Secara patofisiologi, OMA seringkali diawali oleh infeksi virus pada saluran napas atas (ISPA). Proses inflamasi yang terjadi melibatkan mukosa hidung, nasofaring, telinga tengah, dan tuba Eustachius. Pada anak-anak, tuba Eustachius memiliki karakteristik anatomis yang berbeda dibandingkan dewasa—lebih pendek, diameter lebih kecil, dan posisi lebih horizontal—yang secara fisiologis membuat mereka lebih rentan terhadap disfungsi tuba.
Edema akibat inflamasi menyebabkan obstruksi pada bagian tersempit tuba Eustachius, mengganggu ventilasi dan drainase telinga tengah. Akumulasi cairan (efusi) di ruang telinga tengah yang steril ini kemudian dapat terinfeksi oleh patogen.
Agen Etiologi
OMA dapat disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus, atau koinfeksi keduanya.
Bakteri: Patogen bakteri utama penyebab OMA adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae non-tipe (NTHi), dan Moraxella catarrhalis. Sejak introduksi vaksin PCV, terdapat laporan perubahan dominasi patogen, dengan NTHi menunjukkan potensi peningkatan peran.
Virus: Virus pernapasan sering menjadi pemicu awal, termasuk Respiratory Syncytial Virus (RSV), virus Influenza, Adenovirus, Rhinovirus, Coronavirus, dan virus Parainfluenza.
Interaksi antara virus dan bakteri ini menjadi poin penting. Infeksi virus pada saluran napas atas dapat "membuka jalan" bagi bakteri komensal di nasofaring untuk menginvasi telinga tengah. Proses ini menjelaskan mengapa gejala awal OMA bisa menyerupai infeksi virus biasa, namun seringkali diikuti oleh infeksi bakteri sekunder. Kompleksitas ini menggarisbawahi keterbatasan diagnosis yang hanya mengandalkan gejala klinis dan memperkuat perlunya kriteria diagnosis yang objektif, terutama temuan otoskopi.
Faktor Risiko
Berbagai faktor dapat meningkatkan risiko anak mengalami OMA, antara lain :
Usia: Puncak insidensi terjadi pada usia 6 hingga 24 bulan.
Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA): Faktor risiko paling umum.
Penitipan Anak (Daycare): Meningkatkan paparan terhadap patogen.
Paparan Asap Rokok Pasif.
Penggunaan Empeng (Pacifier Use).
Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif: ASI terbukti memiliki efek protektif.
Riwayat OMA dalam Keluarga atau Faktor Genetik.
Jenis Kelamin Laki-laki.
Kondisi Medis Lain: Alergi, hipertrofi adenoid.
Gambar 1. Kausa Otitis Media
Diagnosis Otitis Media Akut pada anak memerlukan pendekatan sistematis yang mengintegrasikan anamnesis, gejala klinis, dan temuan pemeriksaan fisik, terutama otoskopi.
Presentasi Klinis
Gejala OMA biasanya muncul secara cepat (akut). Gejala khas meliputi:
Otalgia (nyeri telinga): Pada anak yang belum bisa bicara, ini dapat bermanifestasi sebagai menarik-narik atau menggosok telinga, rewel, atau menangis berlebihan.
Demam: Seringkali ada, namun biasanya tidak tinggi.
Gejala non-spesifik: Rewel (iritabilitas), gangguan tidur, nafsu makan menurun, muntah, atau diare juga dapat menyertai.
Penting diingat bahwa gejala-gejala ini tidak spesifik untuk OMA dan dapat tumpang tindih dengan ISPA virus atau kondisi lain, sehingga tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
Peran Kunci Otoskopi
Diagnosis pasti OMA sangat bergantung pada pemeriksaan otoskopi yang cermat untuk mengidentifikasi tanda-tanda inflamasi dan efusi di telinga tengah. Penggunaan otoskop pneumatik untuk menilai mobilitas membran timpani (MT) dan/atau timpanometri dapat membantu mengkonfirmasi adanya efusi telinga tengah (MEE), meskipun tidak selalu tersedia di semua fasilitas.
Kriteria Diagnosis AAP 2013
American Academy of Pediatrics (AAP) pada tahun 2013 mengeluarkan panduan klinis dengan kriteria diagnosis OMA yang lebih ketat untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi peresepan antibiotik yang tidak perlu. Diagnosis OMA ditegakkan jika memenuhi semua kriteria berikut:
Onset Akut: Riwayat awitan (onset) tanda dan gejala yang cepat.
Adanya Efusi Telinga Tengah (MEE): Dikonfirmasi melalui salah satu temuan otoskopi berikut:
Bulging (penonjolan) MT derajat sedang hingga berat. ATAU
Bulging MT ringan DISERTAI nyeri telinga onset baru (<48 jam) atau eritema MT yang intens. ATAU
Otorrhea (sekret telinga) onset baru yang tidak disebabkan oleh otitis eksterna akut.
Tanda dan Gejala Inflamasi Telinga Tengah: Ditunjukkan oleh adanya eritema MT yang jelas atau otalgia yang jelas (mengganggu aktivitas atau tidur anak).
Gambar 2. Gambaran pada Otoskopi. Membrane timpani normal (A), Membran timpani kemerahan dan Bulging pada OMA (B), Otitis media dengan Efusi (C), Ventilation tube pada membrane timpani (D)
Penekanan pada Bulging MT: Penonjolan (bulging) MT derajat sedang hingga berat merupakan tanda otoskopi yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis OMA dan mengindikasikan adanya MEE di bawah tekanan.
Kriteria Eksklusi: OMA tidak boleh didiagnosis jika tidak ditemukan adanya MEE. Penting untuk membedakannya dari OME, di mana terdapat MEE namun tanpa tanda dan gejala inflamasi akut.
Pentingnya penerapan kriteria diagnosis yang ketat ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Mengingat gejala OMA sering tumpang tindih dengan ISPA virus atau OME yang umumnya tidak memerlukan antibiotik, diagnosis yang akurat berdasarkan temuan otoskopi spesifik (terutama bulging MT dan konfirmasi MEE) menjadi sangat penting.
Kepatuhan terhadap kriteria ini membantu klinisi membedakan kondisi yang benar-benar OMA dan berpotensi mendapat manfaat dari antibiotik, dari kondisi lain yang tidak memerlukan antibiotik. Hal ini secara langsung mendukung upaya antibiotic stewardship dan mencegah penggunaan antibiotik yang tidak perlu, yang berkontribusi terhadap masalah resistensi antimikroba global.
Penilaian dan penanganan nyeri merupakan langkah awal yang esensial dalam tatalaksana OMA, terlepas dari keputusan pemberian antibiotik. Otalgia seringkali menjadi keluhan utama yang paling mengganggu bagi anak dan orang tua.
Analgesik yang Direkomendasikan:
Acetaminophen atau Ibuprofen merupakan pilihan lini pertama untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang pada OMA. Obat-obatan ini efektif mengurangi nyeri dalam 24 jam pertama dan harus dilanjutkan selama diperlukan. Dosis harus disesuaikan dengan berat badan anak sesuai standar dosis pediatrik.
Tindakan Lain:
Agen topikal seperti benzocaine atau lidocaine tetes telinga dapat memberikan peredaan nyeri tambahan namun bersifat singkat, dan bukti efektivitas jangka panjangnya terbatas.
Kompres hangat atau dingin pada telinga luar dapat dicoba, meskipun bukti ilmiahnya kurang kuat.
Analgesik narkotik (misalnya mengandung kodein) dapat dipertimbangkan untuk nyeri berat, namun penggunaannya harus sangat hati-hati karena potensi efek samping dan risiko lainnya.
Klinisi harus memilih terapi nyeri berdasarkan evaluasi manfaat dan risiko, serta mempertimbangkan preferensi pasien dan orang tua/pengasuh.
Terdapat dua pendekatan utama dalam tatalaksana awal OMA tanpa komplikasi: observasi dengan manajemen simtomatik (dikenal juga sebagai watchful waiting) atau pemberian antibiotik segera. Pilihan strategi ini didasarkan pada pertimbangan untuk menyeimbangkan antara peredaan gejala dan pencegahan komplikasi dengan risiko efek samping antibiotik dan perkembangan resistensi.
Perlu diingat bahwa sebagian besar kasus OMA, terutama pada anak yang lebih besar dengan gejala ringan, dapat sembuh secara spontan. Studi menunjukkan sekitar 60% anak mengalami perbaikan gejala dalam 24 jam dan 80% dalam 3 hari tanpa antibiotik.
Kriteria AAP 2013 untuk Observasi vs Antibiotik
Panduan AAP 2013 memberikan kerangka kerja yang jelas untuk pengambilan keputusan berdasarkan usia anak, tingkat keparahan OMA, dan lateralisasi (unilateral atau bilateral).
Definisi Keparahan OMA:
OMA Berat: Adanya otalgia sedang hingga berat, ATAU otalgia berlangsung ≥48 jam, ATAU suhu ≥39°C.
OMA Tidak Berat: Adanya otalgia ringan <48 jam DAN suhu <39°C.
Rekomendasi Pemberian Antibiotik Segera:
Usia < 6 bulan: Selalu berikan antibiotik (Meskipun panduan AAP fokus pada usia ≥6 bulan, ini adalah praktik standar).
Usia 6 bulan - 2 tahun:
OMA dengan otorrhea.
OMA unilateral atau bilateral DENGAN gejala berat.
OMA bilateral TANPA gejala berat atau otorrhea.
Usia ≥ 2 tahun:
OMA dengan otorrhea.
OMA unilateral atau bilateral DENGAN gejala berat.
Opsi Observasi (Watchful Waiting) - Keputusan Bersama dengan Orang Tua:
Usia 6 bulan - 2 tahun: OMA unilateral TANPA gejala berat atau otorrhea.
Usia ≥ 2 tahun: OMA unilateral ATAU bilateral TANPA gejala berat atau otorrhea.
Protokol Observasi: Jika opsi observasi dipilih, harus ada mekanisme yang jelas untuk memastikan pemantauan ketat. Antibiotik harus segera dimulai jika kondisi anak memburuk kapan saja, atau jika tidak menunjukkan perbaikan klinis dalam 48 hingga 72 jam sejak onset gejala. Keputusan untuk melakukan observasi harus merupakan keputusan bersama (shared decision-making) antara klinisi dan orang tua/pengasuh setelah penjelasan mengenai manfaat dan risiko masing-masing pilihan.
Pendekatan watchful waiting juga umum diterapkan di beberapa negara Eropa, meskipun kriteria spesifiknya dapat sedikit bervariasi.
Panduan ini mencerminkan pendekatan tatalaksana yang lebih berhati-hati dan bertingkat. Pemberian antibiotik segera direkomendasikan untuk kelompok pasien yang paling mungkin mendapat manfaat dan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi (yaitu, anak usia lebih muda, OMA bilateral, gejala berat, atau adanya otorrhea).
Sementara itu, pada kasus yang lebih ringan pada anak yang lebih tua, di mana kemungkinan resolusi spontan lebih tinggi, observasi menjadi pilihan yang aman dan tepat untuk mengurangi paparan antibiotik yang tidak perlu. Strategi bertingkat ini secara langsung menjawab kekhawatiran mengenai penggunaan antibiotik berlebihan dan resistensi antimikroba dengan menyesuaikan intensitas terapi berdasarkan risiko dan potensi manfaat bagi pasien.
Tabel 1: Algoritma Keputusan Tatalaksana Awal OMA pada Anak (Usia ≥ 6 Bulan)
Usia Anak | Kondisi Klinis | Rekomendasi Tatalaksana Awal |
6 bln - < 2 thn | OMA dengan Otorrhea | Antibiotik Segera |
OMA Unilateral/Bilateral + Gejala Berat | Antibiotik Segera | |
OMA Bilateral + Gejala Tidak Berat | Antibiotik Segera | |
OMA Unilateral + Gejala Tidak Berat | Observasi (Opsi, Keputusan Bersama) ATAU Antibiotik Segera | |
≥ 2 tahun | OMA dengan Otorrhea | Antibiotik Segera |
OMA Unilateral/Bilateral + Gejala Berat | Antibiotik Segera | |
OMA Unilateral/Bilateral + Gejala Tidak Berat | Observasi (Opsi, Keputusan Bersama) ATAU Antibiotik Segera |
Catatan: OMA Berat = Otalgia sedang-berat ATAU otalgia ≥48 jam ATAU suhu ≥39°C. Observasi memerlukan follow-up ketat dalam 48-72 jam.
Ketika antibiotik diindikasikan untuk terapi Otitis Media Akut pada anak, pemilihan jenis, dosis, dan durasi yang tepat sangat penting untuk eradikasi patogen dan meminimalkan risiko resistensi. Berikut adalah rekomendasi dosis obat Otitis Media Akut pada anak berdasarkan panduan terkini, terutama AAP 2013.
Pilihan Lini Pertama:
Obat: Amoxicillin.
Alasan: Amoxicillin dipilih karena efikasinya yang baik terhadap patogen OMA umum (terutama S. pneumoniae), profil keamanan yang baik, biaya terjangkau, dan spektrum aktivitas yang relatif sempit.
Dosis: Dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis) direkomendasikan oleh AAP. Penggunaan dosis tinggi ini bertujuan spesifik untuk mengatasi kemungkinan resistensi S. pneumoniae terhadap penisilin (Penicillin-Resistant S. pneumoniae - PRSP), yang merupakan penyebab signifikan kegagalan terapi OMA. Konsentrasi amoxicillin yang lebih tinggi di cairan telinga tengah diperlukan untuk mengeradikasi strain PRSP. Perlu dicatat bahwa beberapa panduan di Eropa mungkin merekomendasikan dosis lebih rendah (30-60 mg/kgBB/hari) atau menggunakan Penisilin V sebagai alternatif.
Alternatif untuk Alergi Penisilin (Reaksi Non-Tipe 1 / Non-Anafilaksis):
Sefalosporin:
Cefdinir: 14 mg/kgBB/hari dalam 1 atau 2 dosis.
Cefpodoxime proxetil: 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
Ceftriaxone: 50 mg/kgBB/hari IM atau IV selama 1 atau 3 hari. Pilihan ini berguna jika pasien muntah atau pada kasus berat.
Perhatian: Pertimbangkan potensi reaktivitas silang pada pasien alergi penisilin.
Alternatif untuk Alergi Penisilin (Reaksi Tipe 1 / Anafilaksis):
Makrolida:
Azithromycin: 10 mg/kgBB pada hari 1, dilanjutkan 5 mg/kgBB/hari pada hari 2-5; ATAU 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari; ATAU 12 mg/kgBB/hari selama 5 hari.
Clarithromycin: 15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.
Perhatian: Tingkat resistensi S. pneumoniae terhadap makrolida cenderung meningkat, sehingga efikasinya bisa berkurang.
Clindamycin: 30-40 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis. Biasanya direservasi untuk kasus resisten atau alergi berat.
Durasi Terapi:
Durasi pemberian antibiotik disesuaikan berdasarkan usia dan keparahan OMA :
10 hari: Direkomendasikan untuk anak usia < 2 tahun, ATAU anak dengan OMA berat (tanpa memandang usia).
7 hari: Pilihan untuk anak usia 2-5 tahun dengan OMA ringan atau sedang.
5-7 hari: Pilihan untuk anak usia ≥ 6 tahun dengan OMA ringan atau sedang.
Rasionalisasi di balik durasi yang lebih pendek (5-7 hari) pada kelompok usia lebih tua dengan OMA tidak berat adalah adanya bukti yang menunjukkan efikasi yang sebanding dengan durasi 10 hari pada populasi ini. Pendekatan ini menyeimbangkan tingkat kesembuhan dengan upaya meminimalkan paparan antibiotik total, mengurangi potensi efek samping, dan kemungkinan meningkatkan kepatuhan pasien.
Manajemen Kegagalan Terapi Awal (Tidak Ada Perbaikan dalam 48-72 Jam):
Jika Terapi Awal Amoxicillin: Ganti ke Amoxicillin-clavulanate dosis tinggi (90 mg/kgBB/hari komponen amoxicillin, dengan 6.4 mg/kgBB/hari komponen clavulanate, dibagi 2 dosis). Penambahan clavulanate bertujuan untuk mengatasi patogen penghasil beta-laktamase seperti NTHi dan M. catarrhalis.
Jika Terapi Awal Bukan Amoxicillin: Pertimbangkan Ceftriaxone IM/IV atau Clindamycin.
Tympanocentesis: Pengambilan sampel cairan telinga tengah untuk kultur dan tes sensitivitas dapat dipertimbangkan pada kasus yang refrakter terhadap terapi lini kedua.
Tabel 2: Rekomendasi Antibiotik untuk OMA pada Anak
Indikasi Klinis | Pilihan Antibiotik | Dosis (mg/kgBB/hari) & Frekuensi | Durasi Rekomendasi (hari) | Pertimbangan Kunci |
Lini Pertama | Amoxicillin | 80-90, dibagi 2 dosis | 10 (<2 thn / OMA Berat) 7 (2-5 thn, ringan/sedang) 5-7 (≥6 thn, ringan/sedang) | Efektif, aman, murah, spektrum sempit. Dosis tinggi untuk cakupan PRSP. |
Alergi Penisilin (Non-Tipe 1) | Cefdinir | 14, 1 atau 2 dosis | Sama seperti Amoxicillin | Alternatif sefalosporin. |
Cefuroxime axetil | 30, dibagi 2 dosis | Sama seperti Amoxicillin | Alternatif sefalosporin. | |
Cefpodoxime proxetil | 10, dibagi 2 dosis | Sama seperti Amoxicillin | Alternatif sefalosporin. | |
Ceftriaxone | 50/hari, IM/IV | 1 atau 3 hari | Untuk pasien muntah atau kasus berat/gagal terapi oral. | |
Alergi Penisilin (Tipe 1) | Azithromycin | 10 hari-1, 5 hari 2-5; ATAU 10/hari x3; ATAU 12/hari x5 | 3 atau 5 | Pertimbangkan resistensi S. pneumoniae. |
Clarithromycin | 15, dibagi 2 dosis | 10 | Pertimbangkan resistensi S. pneumoniae. | |
Clindamycin | 30-40, dibagi 3 dosis | 10 | Spektrum baik untuk Gram positif, opsi untuk resistensi atau alergi berat. | |
Kegagalan Terapi Amoxicillin | Amoxicillin-clavulanate | 90 (amox), 6.4 (clav), dibagi 2 dosis | 10 | Menambah cakupan terhadap bakteri penghasil beta-laktamase (NTHi, M. catarrhalis). |
Kegagalan Terapi Lini Kedua | Ceftriaxone / Clindamycin | Sesuai dosis di atas | Sesuai | Pertimbangkan Tympanocentesis untuk kultur. |
OMA berulang (Recurrent Acute Otitis Media - RAOM) didefinisikan sebagai ≥3 episode OMA yang terdokumentasi dengan baik dalam 6 bulan terakhir, atau ≥4 episode dalam 12 bulan terakhir dengan minimal 1 episode dalam 6 bulan terakhir. Manajemen dan pencegahan RAOM memerlukan strategi berbasis bukti.
Strategi Pencegahan yang Direkomendasikan:
Panduan AAP 2013 menekankan beberapa intervensi preventif yang terbukti efektif :
Vaksinasi Konjugat Pneumokokus (PCV): Sangat direkomendasikan sesuai jadwal imunisasi nasional/lokal. PCV efektif mengurangi insidensi OMA yang disebabkan oleh serotipe S. pneumoniae yang tercakup dalam vaksin.
Vaksinasi Influenza Tahunan: Direkomendasikan untuk semua anak usia ≥6 bulan. Vaksin influenza dapat mengurangi kejadian OMA yang seringkali mengikuti infeksi influenza.
Pemberian ASI Eksklusif: Dorong pemberian ASI eksklusif setidaknya selama 6 bulan pertama kehidupan. ASI terbukti menurunkan risiko OMA dini dan RAOM.
Menghindari Paparan Asap Rokok: Edukasi orang tua mengenai pentingnya lingkungan bebas asap rokok untuk anak. Paparan asap rokok pasif merupakan faktor risiko OMA.
Strategi yang TIDAK Direkomendasikan atau Bukti Terbatas:
Profilaksis Antibiotik: Panduan AAP 2013 secara tegas tidak merekomendasikan penggunaan antibiotik profilaksis (jangka panjang dosis rendah) untuk mencegah RAOM. Perubahan rekomendasi ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami oleh para klinisi. Meskipun antibiotik profilaksis mungkin sedikit mengurangi frekuensi episode OMA selama masa pemberian, manfaat ini bersifat sementara dan tidak sebanding dengan risikonya. Risiko tersebut meliputi efek samping obat, dan yang lebih penting, peningkatan risiko resistensi bakteri pada anak dan komunitas. Rekomendasi kuat untuk menghindari profilaksis antibiotik ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam manajemen RAOM, yang didorong oleh bukti ilmiah mengenai efikasi yang terbatas dan kekhawatiran serius tentang resistensi antimikroba.
Pemasangan Pipa Timpanostomi (Grommet): Merupakan opsi yang dapat ditawarkan untuk anak dengan RAOM. Pipa ini terbukti dapat mengurangi frekuensi episode OMA dalam 6 bulan pertama setelah pemasangan, namun manfaat jangka panjangnya (>6 bulan) kurang jelas. Keputusan pemasangan pipa harus didiskusikan secara mendalam dengan orang tua, mempertimbangkan potensi manfaat (pengurangan frekuensi OMA, kemungkinan terapi topikal jika terjadi otorrhea) dan risiko (anestesi, pembedahan, potensi sekuele jangka panjang seperti perubahan MT atau perforasi kronis).
Gambar 3. Ventilation tube
Adenoidektomi: Tidak direkomendasikan sebagai tindakan tunggal untuk pencegahan OMA. Manfaatnya mungkin ada jika dilakukan bersamaan dengan pemasangan pipa timpanostomi atau pada anak yang sudah pernah dipasang pipa dan mengalami OME.
Faktor Gaya Hidup (Penggunaan Empeng, Penitipan Anak): Bukti ilmiah masih terbatas untuk memberikan rekomendasi definitif. Namun, menghindari pemberian botol susu sambil berbaring dan mengurangi penggunaan empeng setelah usia 6 bulan mungkin dapat mengurangi insidensi OMA. Mengubah pola penitipan anak untuk mengurangi paparan ISPA juga dapat membantu mengurangi RAOM.
Otitis Media Akut (OMA) merupakan salah satu diagnosis paling umum pada anak-anak, menempatkan dokter umum pada posisi penting dalam tatalaksana kondisi ini. Diagnosis yang akurat berdasarkan kriteria klinis dan otoskopi yang ketat—terutama adanya bulging membran timpani dan efusi telinga tengah—adalah langkah fundamental untuk membedakan OMA dari kondisi lain dan menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu.
Manajemen nyeri dengan analgesik seperti acetaminophen atau ibuprofen harus menjadi prioritas awal. Keputusan untuk memberikan antibiotik segera atau melakukan observasi (watchful waiting) harus didasarkan pada penilaian usia anak, keparahan gejala (OMA berat vs tidak berat), dan lateralisasi (unilateral vs bilateral), sesuai dengan panduan klinis terkini seperti AAP 2013. Pendekatan bertingkat ini mengoptimalkan penggunaan antibiotik.
Jika antibiotik diindikasikan, amoxicillin dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari) tetap menjadi pilihan lini pertama karena efektivitasnya terhadap patogen utama, termasuk PRSP. Penting bagi klinisi untuk mengetahui alternatif antibiotik yang sesuai untuk kasus alergi penisilin atau kegagalan terapi awal, beserta dosis obat Otitis Media Akut pada anak yang tepat dan durasi terapi yang disesuaikan (5-10 hari tergantung usia dan keparahan).
Untuk pencegahan OMA berulang, fokus utama adalah pada strategi berbasis bukti seperti vaksinasi PCV dan influenza, pemberian ASI eksklusif, dan penghindaran paparan asap rokok. Penggunaan antibiotik profilaksis secara rutin tidak lagi direkomendasikan karena manfaatnya yang minimal dan risiko resistensi yang signifikan.
Dengan menerapkan diagnosis dan terapi Otitis Media Akut pada anak secara tepat dan bijaksana sesuai panduan berbasis bukti, dokter umum dapat memberikan perawatan optimal bagi pasien anak, meredakan penderitaan, mencegah komplikasi, sekaligus berkontribusi dalam upaya global memerangi resistensi antimikroba.
Otitis media - PMC - PubMed Central, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7097351/
Otitis media - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27604644/
New insights into the treatment of acute otitis media - PMC, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10231305/
Acute Otitis Media - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 30, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/
Acute Otitis Media - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29262176/
Acute otitis media in children - PMC, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4166866/
The Diagnosis and Management of Acute Otitis Media | Pediatrics ..., diakses April 30, 2025, https://publications.aap.org/pediatrics/article/131/3/e964/30912/The-Diagnosis-and-Management-of-Acute-Otitis-Media
The diagnosis and management of acute otitis media - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23439909/
Acute and Chronic Otitis Media - PMC - PubMed Central, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7111681/
Incidence of acute otitis media in children in the United States before and after the introduction of 7- and 13-valent pneumococcal conjugate vaccines during 1998–2018 - PMC - PubMed Central, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8962537/
Etiology, Diagnosis, Complications, and Management of Acute Otitis Media in Children, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9471510/
Update on acute otitis media in children younger than 2 years of age - PMC, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3215605/
Otitis media - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12150687/
The antibiotic treatment of acute otitis media and sinusitis in children - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9127104/
Acute otitis media in pediatric medicine: current issues in epidemiology, diagnosis, and management - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14632101/
Can acute otitis media caused by Haemophilus influenzae be distinguished from that caused by Streptococcus pneumoniae? - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12799507/
Causative pathogens, antibiotic resistance and therapeutic considerations in acute otitis media - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9109158/
Acute otitis media caused by Moraxella catarrhalis: epidemiologic and clinical characteristics - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19886799/
Antimicrobial susceptibility of Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, and Moraxella catarrhalis clinical isolates from children with acute otitis media in Japan from 2014 to 2017 - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30279114/
[Prevalence of bacteria in children with otitis media with effusion] - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14978548/
Acute otitis media and respiratory virus infections - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2495520/
Incidence and clinical presentation of acute otitis media in children aged <6 years in European medical practices, diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4071996/
Clinical practice guidelines for acute otitis media in children: a ..., diakses April 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7228535/
Acute otitis media guidelines: review and update - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16822388/
Diagnosis and management of acute otitis media - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15121972/
Clinical practice guidelines for acute otitis media in children: a systematic review and appraisal of European national guidelines - PubMed, diakses April 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32371515/