8 Jul 2025 • SKP
Dermal filler kini menjadi salah satu prosedur estetika non-bedah yang paling populer di seluruh dunia. Teknik ini diminati karena mampu memberikan hasil yang cepat, minim downtime, dan relatif aman. Salah satu bahan yang paling banyak digunakan adalah asam hialuronat (hyaluronic acid, HA), yang terbukti efektif dalam mengembalikan volume wajah, memperbaiki kontur, serta meningkatkan kualitas kulit.
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai ilmu dasar (basic science) dan implementasi klinis dermal filler, termasuk pembahasan mendalam mengenai efektivitas dan keamanannya, teknik injeksi pada hidung (nose filler), dagu (chin filler), bibir (lip filler), serta penanganan komplikasi.
Asam hialuronat adalah polisakarida alami yang secara luas ditemukan pada jaringan ikat, kulit, dan cairan sendi manusia. Fungsinya sangat penting dalam mempertahankan kelembapan, elastisitas, dan volume kulit. Dalam konteks estetik, HA digunakan sebagai dermal filler karena sifatnya yang biokompatibel, dapat terurai secara alami (biodegradable), dan reversible, sehingga relatif aman bila terjadi komplikasi.
HA mampu menyerap air hingga 1000 kali beratnya, menjadikannya agen pengisi yang sangat baik. Selain menambah volume, filler HA juga dapat memperbaiki tekstur kulit, meningkatkan hidrasi, serta merangsang produksi kolagen. Studi multicenter menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan filler HA mengalami peningkatan elastisitas, kekenyalan, dan efek “glow” pada kulit mereka.
Selain keunggulannya, kita tetap harus menyadari potensi efek samping, seperti edema, eritema, nyeri, atau reaksi hipersensitivitas tertunda. Namun, dengan teknik yang benar, pilihan produk yang sesuai, serta pemahaman anatomi yang mendalam, kejadian komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin.
Nose filler atau filler hidung sangat populer, terutama di Asia, di mana banyak individu memiliki jembatan hidung yang lebih rendah. Filler digunakan untuk membentuk kontur hidung, mempertegas dorsum, atau memperbaiki proyeksi tip hidung, tanpa harus menjalani operasi (augmentation rhinoplasty).
Teknik injeksi pada hidung harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena area ini memiliki banyak pembuluh darah penting, termasuk arteri dorsal nasal dan angular. Kesalahan injeksi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti iskemia, nekrosis kulit, atau bahkan kebutaan akibat oklusi arteri retina.
Prinsip injeksi nose filler:
Dilakukan secara supraperiosteal (di atas tulang) pada dorsum hidung, dengan volume kecil dan tekanan injeksi rendah.
Menggunakan teknik retrograde linear threading (menarik jarum sambil mengisi).
Aspirasi sebelum injeksi untuk menghindari injeksi intravaskular.
Komplikasi umum pada filler hidung meliputi reaksi hipersensitivitas tertunda, yang dapat muncul dalam bentuk pembengkakan, kemerahan, atau nodul keras. Penanganannya termasuk injeksi intralesional kortikosteroid, 5-fluorourasil, lidokain, dan penggunaan hyaluronidase untuk melarutkan HA bila diperlukan.
Dagu memiliki peran penting dalam harmoni dan keseimbangan wajah. Dagu yang kurang menonjol (retruded chin) dapat membuat wajah terlihat kurang proporsional dan memperkuat kesan "double chin" atau kulit kendur di area leher.
Chin filler dengan HA menjadi pilihan non-bedah yang populer karena minim invasif dan downtime yang singkat dibandingkan dengan genioplasti (operasi tulang dagu).
Teknik injeksi dagu:
Disarankan menggunakan jarum atau kanula dengan plane supraperiosteal, tepat di atas tulang.
Umumnya dimulai dari titik tengah dagu (pogonion) untuk memperbaiki proyeksi dan simetri.
Teknik retrograde linear atau bolus kecil dipakai untuk membentuk kontur sesuai anatomi.
Volume disesuaikan agar dagu terlihat proporsional dengan hidung dan bibir, menjaga profil wajah tetap natural.
Komplikasi yang dapat terjadi termasuk asimetri, migrasi filler, atau kerusakan saraf mental. Dengan pemahaman anatomi dan evaluasi pre-prosedur yang detail, risiko tersebut bisa diminimalkan.
Bibir adalah salah satu elemen penting dalam ekspresi wajah dan simbol daya tarik. Seiring bertambahnya usia, bibir mengalami penurunan volume, hilangnya definisi vermilion border, dan pemendekan philtrum. Filler HA pada bibir bertujuan untuk mengembalikan volume, mendefinisikan kontur, serta memperbaiki proporsi bibir atas dan bawah.
Teknik injeksi bibir yang umum digunakan:
Digunakan untuk mendefinisikan cupid’s bow (lekukan khas di bibir atas) dan philtrum.
Memberikan hasil lebih dramatis pada bentuk bibir atas, cocok untuk pasien yang ingin tampil lebih tegas.
Membantu memperbaiki elongasi philtrum akibat penuaan.
Mulai dari sudut lateral ke tengah bibir, memberikan distribusi volume yang lebih merata.
Mengurangi risiko asimetri, serta memberikan efek "soft and natural" yang cocok untuk kebanyakan pasien Asia.
Memperbaiki panjang horizontal bibir sehingga tampak lebih penuh.
Proporsi ideal antara bibir atas dan bawah bervariasi tergantung etnis. Sebagai contoh, pada masyarakat Asia, perbandingan yang diinginkan umumnya 1:1.3–1:1.7, sedangkan standar klasik di Barat adalah sekitar 1:1.6.
Komplikasi dermal filler dibagi menjadi dua kategori besar: dini (immediate) dan tertunda (delayed).
Edema, eritema, nyeri lokal: Biasanya self-limiting, dapat diatasi dengan kompres dingin dan analgesik ringan.
Asimetri atau overcorrection: Dapat diperbaiki dengan massage atau suntikan hyaluronidase bila diperlukan.
Vaskular oklusi: Komplikasi serius yang membutuhkan penanganan darurat, seperti injeksi hyaluronidase dosis tinggi, kompres hangat, pemberian aspirin, dan evaluasi ketat.
Nodul granulomatosa: Reaksi imun tubuh terhadap filler yang dapat muncul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan pasca injeksi.
Hipersensitivitas tertunda: Dapat dipicu oleh infeksi virus atau vaksinasi, seperti yang dilaporkan pada beberapa pasien setelah vaksin COVID-19.
Infeksi kronik atau abses: Memerlukan drainage, antibiotik, dan injeksi hyaluronidase.
Pencegahan komplikasi:
Pemahaman anatomi mendalam.
Teknik aseptik yang ketat selama prosedur.
Aspirasi sebelum injeksi.
Penggunaan produk berkualitas dan bersertifikat.
Pelatihan operator yang memadai.
Penanganan komplikasi tertunda, terutama granuloma dan reaksi imun, dapat dilakukan dengan kombinasi kortikosteroid sistemik atau intralesional, hyaluronidase, serta terapi suportif lain. Pada kasus infeksi, antibiotik yang tepat sesuai kultur dan sensitivitas sangat penting.
Dermal filler berbasis asam hialuronat telah membuka banyak kemungkinan dalam dunia estetik modern. Tidak hanya berfungsi untuk memperbaiki volume dan kontur wajah, tetapi juga membantu memperbaiki kualitas kulit secara keseluruhan. Namun, keberhasilan prosedur sangat bergantung pada pemahaman ilmiah dasar, teknik injeksi yang tepat, pemilihan produk, serta kesiapan dalam menangani komplikasi.
Setiap area wajah — hidung, dagu, maupun bibir — memiliki pendekatan teknis dan anatomi yang unik. Oleh karena itu, penting bagi praktisi untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan hasil yang optimal dan aman bagi pasien.
Jika Anda tertarik mencoba dermal filler, pastikan memilih dokter yang berpengalaman, memiliki sertifikasi resmi, serta selalu mengutamakan keselamatan pasien.
Hong G-W, et al. Anatomical-Based Diagnosis and Filler Injection Techniques: Lips and Philtrum. Life 2025.
Rosso P, et al. Enhancing Skin Quality With a Sequential Treatment Using 2 Hyaluronic Acid Dermal Fillers. Aesthetic Surgery Journal 2025.
Borisenko AS, et al. Methods for Chin Area Augmentation. Cosmetics 2025.
Jiang L, et al. Treatment of Delayed Hypersensitivity After Injection of Nasal Fillers. Journal of Cosmetic Dermatology 2024.
Saad Y, et al. Management of Delayed Complications of Hyaluronic Acid Fillers: Case Series From the Middle East. Journal of Cosmetic Dermatology 2025.