24 Jun 2025 • Farmakologi
Transfusi darah merupakan intervensi medis krusial yang dapat menyelamatkan nyawa. Namun, seperti halnya intervensi medis lainnya, transfusi membawa risiko yang tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, setiap keputusan untuk memberikan transfusi harus didasarkan pada bukti klinis terbaik dan penilaian cermat kondisi individual pasien.
Seiring perkembangan ilmu kedokteran transfusi, terjadi pergeseran paradigma dari penggunaan darah utuh (whole blood) menuju terapi komponen darah yang lebih spesifik dan rasional.
Prinsip dasar terapi komponen darah (Blood Component Therapy - BCT) adalah memberikan hanya komponen darah yang benar-benar dibutuhkan pasien untuk mengatasi defisiensi spesifik. Satu unit donasi darah utuh dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen, seperti Packed Red Cells (PRC), Trombosit Konsentrat (TC), Fresh Frozen Plasma (FFP), dan Kriopresipitat.
Pendekatan ini memiliki beberapa keunggulan fundamental. Pertama, BCT memungkinkan pemberian terapi yang lebih tertarget sesuai kebutuhan fisiologis pasien, misalnya meningkatkan kapasitas angkut oksigen dengan PRC atau mengganti faktor koagulasi dengan FFP. Kedua, BCT memaksimalkan utilitas setiap unit donasi darah, sehingga satu donasi dapat bermanfaat bagi beberapa pasien dengan kebutuhan berbeda. Ketiga, yang tak kalah penting, BCT meningkatkan keamanan pasien dengan mengurangi risiko kelebihan volume cairan (volume overload) dan meminimalkan paparan terhadap komponen darah lain yang tidak diperlukan beserta potensi reaksi transfusi yang menyertainya.
Setiap komponen juga memerlukan kondisi penyimpanan spesifik untuk menjaga efikasi terapeutiknya. Pergeseran ke BCT ini bukan semata soal efisiensi, tetapi merupakan langkah maju dalam meningkatkan keamanan dan ketepatan terapi transfusi.
Konsep ini sejalan dengan prinsip Patient Blood Management (PBM), sebuah pendekatan komprehensif yang bertujuan mengelola dan menghemat darah pasien sendiri, meminimalkan kehilangan darah, serta mengoptimalkan toleransi terhadap anemia, sehingga pada akhirnya mengurangi kebutuhan transfusi darah alogenik. Fokus artikel ini adalah pada salah satu pilar PBM, yaitu memastikan indikasi transfusi yang tepat dan berbasis bukti.
Meskipun BCT telah menjadi standar, studi menunjukkan bahwa pemahaman dan implementasi yang tepat di kalangan klinisi masih bervariasi. Masih ditemukan kecenderungan untuk meresepkan darah utuh atau menggunakan komponen darah secara tidak tepat, terkadang dipengaruhi oleh faktor ketersediaan. Hal ini menegaskan pentingnya panduan praktis berbasis bukti mengenai syarat layak transfusi darah komponen spesifik bagi para dokter umum.
2. Packed Red Cells (PRC): Fokus pada Oksigenasi Jaringan
PRC adalah komponen darah yang paling sering ditransfusikan, dengan tujuan utama meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah untuk mencegah atau mengatasi hipoksia jaringan akibat anemia. Komponen ini dibuat dengan memisahkan sebagian besar plasma dan leukosit dari darah utuh, menghasilkan konsentrat eritrosit dengan hematokrit sekitar 70-80%.
Indikasi Utama dan Syarat Layak Transfusi PRC:
Penentuan syarat layak transfusi darah PRC harus didasarkan pada evaluasi klinis yang komprehensif, tidak hanya pada nilai hemoglobin (Hb) semata. Tujuan utamanya adalah mencegah hipoksia jaringan.
Ambang Batas Hb Restriktif (Pasien Stabil): Berbagai uji klinis acak (RCT) telah menunjukkan bahwa strategi transfusi restriktif (menggunakan ambang batas Hb lebih rendah) pada pasien stabil tidak lebih buruk dibandingkan strategi liberal (ambang batas Hb lebih tinggi), bahkan seringkali lebih baik karena mengurangi jumlah transfusi dan risiko terkait.
Transfusi umumnya diindikasikan jika Hb < 6 g/dL.
Transfusi dipertimbangkan jika Hb < 7 g/dL pada pasien dewasa rawat inap yang stabil secara hemodinamik (Rekomendasi kuat AABB/CHEST, bukti kualitas sedang). Pendekatan ini juga direkomendasikan untuk pasien anak kritis yang stabil (tanpa kondisi penyulit tertentu seperti hemoglobinopati atau penyakit jantung sianotik).
Transfusi jarang diindikasikan jika Hb > 10 g/dL pada pasien stabil tanpa perdarahan akut.
Ambang Batas Hb Lebih Tinggi pada Kondisi Khusus (Pasien Stabil): Kebutuhan oksigenasi yang lebih tinggi atau toleransi anemia yang lebih rendah pada beberapa kondisi membenarkan ambang batas yang sedikit lebih tinggi:
Pasca bedah jantung: dapat dipertimbangkan ambang batas 7.5 g/dL.
Pasca bedah ortopedi atau dengan penyakit kardiovaskular (preexisting cardiovascular disease): dapat dipertimbangkan ambang batas 8 g/dL.
Anak dengan penyakit jantung bawaan: ambang batas bervariasi tergantung jenis kelainan dan tahap perbaikan (misalnya, 7 g/dL untuk perbaikan biventrikular, 9 g/dL untuk paliasi ventrikel tunggal).
Tabel 1. Indikasi tranfusi PRC berdasarkan konsentrasi Hb
Pertimbangan Klinis Selain Hb: Nilai Hb absolut bukanlah satu-satunya penentu. Penilaian klinis menyeluruh sangat penting, meliputi:
Status klinis akut (sepsis, demam).
Penyebab, durasi, dan laju anemia (perdarahan akut vs kronis).
Komorbiditas (penyakit jantung, paru, serebrovaskular).
Status volume cairan pasien.
Tanda dan gejala klinis hipoksia anemia (misalnya, takikardia atau dispnea baru yang tidak dapat dijelaskan, angina, perubahan EKG iskemik baru, pusing ortostatik, penurunan kesadaran, kelelahan berat yang membatasi aktivitas).
Pada perdarahan aktif atau anemia simtomatik (misalnya, lemah, dispnea saat aktivitas) dengan Hb < 8 g/dL, transfusi dapat diindikasikan.
Anemia Kronis (misalnya pada Penyakit Ginjal Kronis/CKD):
Hindari transfusi jika memungkinkan untuk meminimalkan risiko umum transfusi dan alosensitisasi (penting bagi kandidat transplantasi).
Keputusan transfusi harus didasarkan pada munculnya gejala yang disebabkan oleh anemia, bukan pada ambang batas Hb arbitrer.
Dosis dan Efek:
Satu unit PRC dewasa umumnya diharapkan meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dL dan hematokrit sekitar 3%. Kecuali pada perdarahan masif, praktik yang direkomendasikan adalah mentransfusikan satu unit PRC pada satu waktu, kemudian melakukan evaluasi ulang kebutuhan transfusi lebih lanjut.
Meskipun pedoman merekomendasikan strategi restriktif, beberapa studi audit menunjukkan bahwa praktik di lapangan terkadang masih lebih liberal, dengan transfusi sering diberikan pada kadar Hb di atas ambang batas yang direkomendasikan tanpa indikasi klinis yang jelas. Hal ini menyoroti pentingnya edukasi berkelanjutan dan kepatuhan terhadap pedoman berbasis bukti untuk memastikan syarat layak transfusi darah PRC terpenuhi secara tepat.
3. Trombosit Konsentrat (TC): Peran dalam Hemostasis Primer
Trombosit memainkan peran sentral dalam hemostasis primer melalui pembentukan sumbat trombosit pada lokasi cedera vaskular. Transfusi Trombosit Konsentrat (TC) bertujuan untuk mencegah atau menghentikan perdarahan yang disebabkan oleh jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia) atau fungsi trombosit yang terganggu.
TC dapat berasal dari pool beberapa unit darah utuh atau dari satu donor melalui prosedur aferesis. Kedua jenis produk ini memiliki efikasi yang setara jika diproses dan disimpan dengan benar.
Indikasi Utama dan Syarat Layak Transfusi TC:
Keputusan transfusi TC harus mempertimbangkan apakah tujuannya profilaksis (pencegahan) atau terapeutik (pengobatan perdarahan aktif), serta konteks klinis spesifik.
Transfusi Profilaksis (Pasien Stabil, Tidak Berdarah): Tujuan utamanya adalah mencegah perdarahan spontan pada kondisi hipoproliferatif berat.
Pasien dewasa dengan trombositopenia akibat kemoterapi atau gagal sumsum tulang: Pertimbangkan transfusi jika hitung trombosit < 10 x 10⁹/L (Rekomendasi kuat AABB, bukti kualitas sedang; Rekomendasi NICE). Ambang batas ini didasarkan pada bukti bahwa risiko perdarahan spontan meningkat signifikan di bawah level ini.
Sebelum prosedur invasif elektif: Ambang batas bersifat sugestif dan didasarkan pada bukti berkualitas rendah. Keputusan harus individual:
Pemasangan kateter vena sentral: Pertimbangkan jika trombosit < 20 x 10⁹/L (Rekomendasi lemah AABB).
Pungsi lumbal diagnostik: Pertimbangkan jika trombosit < 50 x 10⁹/L (Rekomendasi lemah AABB).
Bedah mayor (non-neuraksial): Pertimbangkan jika trombosit < 50 x 10⁹/L (Rekomendasi lemah AABB). Faktor lain seperti jenis prosedur, penyebab trombositopenia, dan tren hitung trombosit perlu dipertimbangkan.
Transfusi Terapeutik (Perdarahan Aktif): Dibutuhkan hitung trombosit yang lebih tinggi untuk mencapai hemostasis.
Perdarahan signifikan secara klinis (mis., WHO grade 2 seperti epistaksis >30 menit, melena, hematoma besar) dengan trombositopenia: Pertimbangkan transfusi jika hitung trombosit < 30 x 10⁹/L (Rekomendasi NICE).
Perdarahan berat (WHO grade 3-4) atau perdarahan di lokasi kritis (misalnya, sistem saraf pusat/SSP, mata): Pertimbangkan ambang batas lebih tinggi, bisa mencapai 100 x 10⁹/L.
Perdarahan pada trauma multipel atau perdarahan mikrovaskular difus (misalnya, DIC): Pertahankan trombosit > 50 x 10⁹/L. Beberapa pedoman trauma bahkan menyarankan >100 x 10⁹/L.
Pasien bedah jantung dengan bypass kardiopulmoner yang mengalami perdarahan perioperatif disertai trombositopenia atau bukti disfungsi trombosit: Pertimbangkan transfusi.
Tabel 2. Tranfusi platelet
Situasi Khusus:
Perdarahan intrakranial pada pasien yang menerima terapi antiplatelet: Bukti masih belum pasti mengenai manfaat transfusi trombosit.
Neonatus: Ambang batas bervariasi, umumnya <30 x 10⁹/L untuk neonatus stabil, dan <50 x 10⁹/L untuk neonatus tidak stabil, berat lahir <1500g & usia <7 hari, atau mengalami perdarahan signifikan/menjalani prosedur.
Kontraindikasi Relatif dan Perhatian:
Transfusi trombosit profilaksis tidak direkomendasikan secara rutin pada kondisi berikut, kecuali jika terjadi perdarahan yang mengancam nyawa:
Gagal sumsum tulang kronis (jika stabil).
Trombositopenia Imun (ITP).
Heparin-Induced Thrombocytopenia (HIT).
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP). Pada kondisi ini, transfusi trombosit justru dapat memperburuk trombosis.
Selain itu, transfusi profilaksis tidak diperlukan untuk prosedur dengan risiko perdarahan rendah seperti aspirasi sumsum tulang , atau pada pasien non-trombositopenia yang menjalani bypass kardiopulmoner.
Dosis:
Dosis standar dewasa adalah satu unit aferesis atau setara (biasanya 4-6 unit TC dari darah utuh). Pedoman NICE menyarankan untuk tidak secara rutin memberikan lebih dari satu dosis tunggal per episode transfusi. Studi menunjukkan dosis yang lebih tinggi tidak lebih efektif untuk profilaksis, dan setengah dosis standar sama efektifnya.
4. Fresh Frozen Plasma (FFP): Mengganti Faktor Koagulasi
Fresh Frozen Plasma (FFP) adalah komponen plasma darah yang dibekukan segera setelah pemisahan (biasanya dalam 8 jam) untuk mempertahankan aktivitas faktor-faktor koagulasi, baik yang stabil maupun labil (seperti Faktor V dan VIII).
Selain faktor koagulasi, FFP juga mengandung protein plasma lain seperti albumin dan imunoglobulin. Tujuan utama transfusi FFP adalah untuk menggantikan defisiensi multipel faktor koagulasi pada kondisi di mana konsentrat faktor spesifik tidak tersedia atau tidak sesuai.
Indikasi Utama dan Syarat Layak Transfusi FFP:
Penggunaan FFP memiliki indikasi yang sangat terbatas dan spesifik. Syarat layak transfusi darah FFP secara umum adalah adanya perdarahan aktif atau risiko perdarahan tinggi sebelum prosedur invasif, yang disertai dengan bukti adanya koagulopati signifikan.
Ambang Batas Koagulasi: Koagulopati signifikan umumnya didefinisikan sebagai pemanjangan Prothrombin Time (PT) atau activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) > 1.5 kali nilai normal atau kontrol. International Normalized Ratio (INR) > 1.6 atau > 1.8 juga sering digunakan sebagai acuan, terutama dalam konteks pembalikan warfarin.
Situasi Klinis Spesifik:
Defisiensi Faktor Koagulasi Multipel: Seperti pada penyakit hati berat atau Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), jika disertai perdarahan aktif atau sebelum prosedur invasif. Perlu dicatat, pada penyakit hati, efikasi FFP bisa terbatas dan volume besar dapat memperburuk kondisi.
Transfusi Masif: Untuk mengatasi koagulopati dilusional atau konsumtif akibat kehilangan darah masif. FFP dapat diberikan secara empiris jika hasil tes koagulasi tidak dapat diperoleh dengan cepat.
Pembalikan Warfarin Darurat: Hanya jika terjadi perdarahan mayor (terutama intrakranial) atau diperlukan pembedahan darurat, dan Prothrombin Complex Concentrate (PCC) sebagai pilihan pertama tidak tersedia atau dikontraindikasikan. PCC umumnya lebih cepat dan efektif daripada FFP untuk indikasi ini.
Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP): Digunakan sebagai cairan pengganti selama prosedur plasma exchange (terapi pilihan utama untuk TTP) (Indikasi kuat, Grade 1A).
Defisiensi Faktor Koagulasi Kongenital Tunggal: Misalnya defisiensi Faktor V, hanya jika konsentrat faktor spesifik tidak tersedia.
Situasi Dimana FFP TIDAK Diindikasikan: Penggunaan FFP pada kondisi berikut dianggap tidak tepat karena risikonya melebihi potensi manfaat atau ada alternatif yang lebih baik:
Sebagai ekspander volume pada hipovolemia.
Untuk koreksi hipoproteinemia atau sebagai dukungan nutrisi.
Untuk mengoreksi hasil tes koagulasi yang sedikit abnormal (misalnya, INR sedikit meningkat) pada pasien yang tidak berdarah dan tidak akan menjalani prosedur invasif. Studi menunjukkan FFP profilaksis pada pasien ICU dengan koagulopati tanpa perdarahan tidak bermanfaat dan mungkin berbahaya.
Untuk pembalikan warfarin rutin tanpa perdarahan berat atau darurat (Vitamin K lebih tepat).
Untuk pengobatan defisiensi imunoglobulin (IVIG lebih tepat).
Pada DIC tanpa perdarahan.
Dosis dan Risiko:
Dosis FFP yang direkomendasikan adalah 10-20 mL/kg berat badan, yang bertujuan meningkatkan kadar faktor koagulasi sekitar 20%.6 FFP harus dicairkan pada suhu terkontrol (30-37°C) dan ditransfusikan sesegera mungkin, maksimal dalam 24 jam jika disimpan pada 4°C. Transfusi FFP membawa risiko yang signifikan, termasuk reaksi alergi, TRALI (risiko lebih tinggi dibanding komponen seluler), kelebihan volume sirkulasi (TACO), dan transmisi infeksi.
Mengingat risiko ini dan seringkali dibutuhkannya volume yang relatif besar, keputusan transfusi FFP harus diambil dengan hati-hati, memastikan manfaat yang diharapkan benar-benar melebihi potensi bahayanya.
5. Kriopresipitat: Fokus pada Fibrinogen
Kriopresipitat adalah produk plasma terkonsentrasi yang diperoleh dari pencairan FFP pada suhu dingin (1-6°C). Komponen ini kaya akan beberapa protein hemostatik spesifik, terutama Fibrinogen (standar minimal 140-150 mg per unit tunggal), Faktor VIII, von Willebrand Factor (vWF), dan Faktor XIII, dalam volume yang relatif kecil (sekitar 5-20 mL per unit tunggal). Seiring ketersediaan konsentrat faktor VIII dan vWF yang lebih murni dan aman, indikasi utama kriopresipitat saat ini telah bergeser menjadi sumber fibrinogen terkonsentrasi.
Indikasi Utama dan Syarat Layak Transfusi Kriopresipitat:
Syarat layak transfusi darah kriopresipitat yang paling utama saat ini adalah untuk mengatasi hipofibrinogenemia akuisita (kadar fibrinogen rendah yang didapat) yang disertai dengan perdarahan signifikan secara klinis.
Hipofibrinogenemia Akuisita dengan Perdarahan:
Ini adalah indikasi paling umum, terutama dalam konteks perdarahan masif (akibat trauma, bedah mayor seperti bedah jantung, atau perdarahan obstetri), DIC, atau penyakit hati berat di mana terjadi konsumsi atau penurunan produksi fibrinogen.
Ambang Batas Fibrinogen: Transfusi kriopresipitat dipertimbangkan jika kadar fibrinogen plasma turun di bawah ambang batas tertentu dan pasien mengalami perdarahan signifikan (minimal WHO grade 2). Ambang batas yang umum digunakan adalah < 1.0 g/L atau < 1.5 g/L. Pada situasi perdarahan berat atau obstetri, beberapa pedoman menyarankan ambang batas yang lebih tinggi, yaitu < 1.5 - 2.0 g/L. Penting untuk diingat bahwa ambang batas ini bersifat empiris dan harus diinterpretasikan dalam konteks klinis. Pengukuran kadar fibrinogen sebelum transfusi sangat dianjurkan untuk memastikan indikasi dan memandu dosis.
Indikasi Lain (Kurang Umum, Lini Kedua):
Defisiensi Faktor XIII Kongenital: Jika konsentrat Faktor XIII spesifik tidak tersedia.
Penyakit von Willebrand (vWD): Jika pasien tidak responsif terhadap DDAVP atau pada tipe II/III, dan konsentrat FVIII/vWF tidak tersedia.
Hemofilia A (Defisiensi FVIII): Jika konsentrat FVIII tidak tersedia.
Perdarahan Uremik: Hanya jika terapi lain (seperti DDAVP, estrogen, dialisis) telah gagal.
Situasi Dimana Kriopresipitat TIDAK Diindikasikan:
Hipofibrinogenemia tanpa perdarahan signifikan atau tanpa rencana prosedur invasif berisiko tinggi. Kriopresipitat tidak boleh digunakan untuk profilaksis hanya berdasarkan hasil laboratorium.
Untuk defisiensi FVIII atau vWD jika konsentrat faktor spesifik yang lebih aman tersedia.
Sebagai pengganti FFP secara umum untuk defisiensi faktor multipel.
Untuk membuat lem fibrin (fibrin glue) atau mengobati sepsis.
Dosis dan Risiko:
Dosis dewasa standar yang umum digunakan adalah 2 pool kriopresipitat, di mana setiap pool biasanya terdiri dari 5 unit tunggal (total 10 unit tunggal). Dosis ini diharapkan dapat meningkatkan kadar fibrinogen plasma sekitar 0.5 hingga 1.0 g/L. Untuk anak-anak, dosis yang digunakan adalah 5-10 mL/kg.
Keuntungan utama kriopresipitat adalah kemampuannya memberikan dosis fibrinogen yang tinggi dalam volume kecil, yang bermanfaat bagi pasien dengan risiko kelebihan cairan. Namun, karena merupakan produk yang di-pool dari banyak donor (biasanya 10 donor untuk dosis dewasa), risiko transmisi infeksi dan reaksi imunologis akibat paparan multipel donor menjadi perhatian utama. Risiko lain serupa dengan produk plasma lainnya, termasuk TRALI dan reaksi alergi.
6. Risiko Transfusi Umum dan Kewaspadaan Klinis
Setiap tindakan transfusi komponen darah, meskipun seringkali menyelamatkan nyawa, membawa potensi risiko yang perlu dipahami dan diantisipasi oleh setiap dokter. Mengenali syarat layak transfusi darah saja tidak cukup; memahami potensi komplikasinya adalah kunci praktik yang aman.
Risiko Umum Transfusi:
Reaksi Imunologis: Tubuh resipien dapat bereaksi terhadap komponen seluler atau protein plasma dari donor.
Reaksi Demam Non-Hemolitik (FNHTR): Reaksi paling umum, ditandai demam dan menggigil, biasanya disebabkan oleh sitokin yang dilepaskan leukosit selama penyimpanan. Penggunaan produk leukoreduksi dapat mengurangi insidensinya.
Reaksi Alergi: Mulai dari urtikaria ringan dan gatal hingga anafilaksis berat yang mengancam nyawa. Disebabkan oleh protein plasma donor. Pasien dengan defisiensi IgA berisiko lebih tinggi mengalami anafilaksis.
Reaksi Hemolitik Akut: Jarang terjadi tetapi sangat berbahaya, hampir selalu disebabkan oleh ketidakcocokan ABO akibat kesalahan identifikasi pasien atau produk darah. Menyebabkan destruksi eritrosit donor secara masif, dapat berujung pada syok, gagal ginjal, DIC, dan kematian.
Reaksi Hemolitik Tertunda: Lebih sering daripada reaksi akut, terjadi beberapa hari hingga minggu pasca transfusi. Disebabkan oleh aloantibodi (selain anti-A/B) yang terbentuk dari sensitisasi sebelumnya (transfusi/kehamilan). Menyebabkan hemolisis ekstravaskular, biasanya lebih ringan gejalanya (demam, ikterus ringan, penurunan Hb).
Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI): Komplikasi paru serius, ditandai edema paru non-kardiogenik akut dalam 6 jam pasca transfusi. Diduga kuat terkait antibodi anti-HLA atau anti-neutrofil dalam plasma donor (terutama dari FFP dan trombosit) yang mengaktivasi neutrofil di paru resipien.
Transfusion-Associated Graft-versus-Host Disease (ta-GvHD): Sangat jarang namun hampir selalu fatal. Terjadi ketika limfosit T donor yang viabel menyerang jaringan resipien yang imunokompromais. Dicegah dengan iradiasi komponen darah untuk pasien berisiko tinggi (misalnya, penerima transplantasi sel punca, bayi prematur, pasien dengan imunodefisiensi kongenital berat).
Risiko Non-Imunologis:
Transfusion-Associated Circulatory Overload (TACO): Edema paru akibat kelebihan volume, terutama pada pasien dengan cadangan kardiovaskular terbatas (gagal jantung, penyakit ginjal) atau jika transfusi diberikan terlalu cepat atau terlalu banyak.
Transmisi Infeksi: Risiko penularan virus (HIV, HBV, HCV) sangat rendah di negara dengan sistem skrining donor yang baik, namun risiko residual tetap ada. Risiko infeksi bakteri (dari kontaminasi saat pengumpulan/pemrosesan), parasit (misalnya, malaria di daerah endemis), atau prion (misalnya, vCJD) juga perlu diwaspadai.
Gangguan Elektrolit/Metabolik: Terutama relevan pada transfusi masif. Hiperkalemia dapat terjadi akibat pelepasan kalium dari eritrosit yang disimpan lama. Hipokalsemia dan alkalosis metabolik dapat terjadi akibat metabolisme antikoagulan sitrat.
Hipotermia: Dapat terjadi jika komponen darah dingin ditransfusikan dengan cepat.
Kontraindikasi Umum: Selain kontraindikasi spesifik per komponen, beberapa kondisi umum menjadi kontraindikasi atau memerlukan kehati-hatian ekstra:
Penolakan transfusi oleh pasien (misalnya, Saksi Yehuwa).
Riwayat reaksi transfusi berat sebelumnya terhadap komponen darah.
Kondisi kelebihan cairan (volume overload) yang jelas dan tidak terkontrol (risiko tinggi TACO).
Transfusi tidak boleh digunakan hanya untuk mengoreksi nilai laboratorium yang sedikit abnormal tanpa adanya indikasi klinis yang jelas (misalnya, anemia ringan asimtomatik, INR sedikit meningkat tanpa perdarahan).
Langkah Praktis Kewaspadaan Klinis (Penting bagi Dokter Umum): Keselamatan pasien adalah prioritas utama. Dokter umum, meskipun mungkin tidak melakukan transfusi secara langsung, berperan penting dalam memastikan proses yang aman:
Indikasi Tepat: Pastikan ada indikasi klinis yang kuat dan sesuai pedoman sebelum memesan transfusi. Hindari transfusi "rutin" atau hanya berdasarkan angka laboratorium.
Informed Consent: Pastikan pasien (atau wali) telah memberikan persetujuan setelah mendapatkan penjelasan mengenai manfaat, risiko, dan alternatif transfusi.
Verifikasi Kunci: Kesalahan identifikasi pasien atau produk darah adalah penyebab utama reaksi fatal. Pastikan prosedur verifikasi ganda (double check) oleh dua petugas kompeten dilakukan di sisi tempat tidur pasien sebelum transfusi dimulai, mencocokkan identitas pasien dengan label produk darah.
Administrasi Aman: Gunakan akses intravena (IV) yang adekuat (ukuran 18G atau lebih besar untuk PRC pada dewasa). Hanya larutan NaCl 0.9% (saline normal) yang kompatibel untuk diberikan bersamaan dengan komponen darah melalui jalur Y. Gunakan set transfusi dengan filter standar.
Monitoring Ketat: Pantau tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, laju pernapasan, saturasi oksigen) dan kondisi klinis pasien sebelum, selama (terutama 15 menit pertama), dan setelah transfusi. Laju transfusi awal harus lambat (misalnya 2 mL/menit) selama 15 menit pertama.
Edukasi Pasien: Informasikan pasien mengenai gejala reaksi transfusi yang mungkin timbul (demam, menggigil, gatal, sesak napas, nyeri dada/punggung) dan minta mereka segera melapor jika merasakannya.
Manajemen Reaksi: Jika dicurigai terjadi reaksi transfusi: HENTIKAN TRANSFUSI SEGERA. Jaga akses IV tetap terbuka dengan NaCl 0.9%. Segera laporkan ke dokter penanggung jawab dan bank darah. Lakukan pemeriksaan klinis dan penunjang sesuai protokol untuk menentukan jenis reaksi dan penanganannya.
7. Kesimpulan dan Pesan Kunci untuk Dokter Umum
Terapi komponen darah telah merevolusi praktik transfusi, memungkinkan pendekatan yang lebih aman, efisien, dan tertarget dibandingkan penggunaan darah utuh. Memahami syarat layak transfusi darah untuk setiap komponen—PRC, TC, FFP, dan Kriopresipitat—adalah esensial bagi dokter umum untuk memastikan pasien menerima manfaat maksimal dengan risiko minimal.
Keputusan transfusi harus selalu didasarkan pada kombinasi bukti klinis terbaik, penilaian kondisi individual pasien secara menyeluruh, dan pemahaman akan potensi risiko yang ada.
Pesan Kunci:
Terapkan Prinsip Restriktif: Untuk PRC dan TC pada pasien stabil, gunakan ambang batas yang lebih konservatif (mis., Hb < 7 g/dL, Trombosit < 10 x 10⁹/L) sesuai rekomendasi pedoman terkini.
Lihat Pasien, Bukan Hanya Angka: Jangan mendasarkan keputusan transfusi semata-mata pada nilai laboratorium. Evaluasi status klinis, gejala, hemodinamik, laju perdarahan, dan komorbiditas pasien secara komprehensif.
Gunakan Komponen Plasma Secara Bijak: FFP dan Kriopresipitat memiliki indikasi yang sangat terbatas, utamanya untuk mengatasi koagulopati atau hipofibrinogenemia dengan perdarahan aktif atau sebelum prosedur invasif berisiko tinggi. Hindari penggunaan yang tidak tepat (misalnya FFP untuk ekspansi volume).
Timbang Risiko vs Manfaat: Selalu pertimbangkan potensi risiko transfusi (reaksi imunologis, infeksi, TRALI, TACO) terhadap manfaat klinis yang diharapkan pada setiap pasien.
Adopsi Patient Blood Management (PBM): Sebisa mungkin, optimalkan kondisi pasien untuk meminimalkan kebutuhan transfusi melalui strategi PBM.
Prioritaskan Keamanan Prosedural: Pastikan langkah-langkah administrasi transfusi yang aman (verifikasi identitas, monitoring ketat) selalu diikuti untuk mencegah kesalahan fatal. Waspadai dan kenali tanda-tanda reaksi transfusi.
Sebagai dokter umum di lini terdepan, pemahaman dan penerapan bijaksana pedoman transfusi komponen darah berbasis bukti adalah kunci untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Teruslah memperbarui pengetahuan Anda dan jangan ragu berkonsultasi dengan spesialis hematologi atau bank darah jika menghadapi situasi klinis yang kompleks atau meragukan.
Tabel Ringkasan: Indikasi dan Ambang Batas Kunci Transfusi Komponen Darah (Dewasa)
Komponen Darah | Indikasi Utama | Ambang Batas Kunci (Syarat Layak Umum) | Dosis Dewasa Tipikal | Catatan Penting / Risiko Utama |
PRC | Peningkatan kapasitas angkut O2 (anemia simtomatik/hipoksia jaringan) | Hb < 7 g/dL (pasien stabil); < 8 g/dL (penyakit jantung/bedah ortopedi); < 6 g/dL (indikasi kuat) | 1 unit | Strategi restriktif dianjurkan. Pertimbangkan gejala & komorbiditas. Risiko: Reaksi transfusi, infeksi, overload. |
TC | Profilaksis/terapi perdarahan akibat trombositopenia/disfungsi trombosit | < 10x10⁹/L (profilaksis hipoproliferatif); < 50x10⁹/L (bedah mayor/LP); < 30x10⁹/L (perdarahan gr 2); < 100x10⁹/L (perdarahan berat/SSP) | 1 unit aferesis / 4-6 unit pool | Hindari profilaksis rutin pada ITP/HIT/TTP. Risiko: Reaksi, infeksi, TRALI (jarang). |
FFP | Koreksi defisiensi faktor koagulasi multipel dengan perdarahan aktif / sebelum prosedur invasif | PT/aPTT > 1.5x normal dengan perdarahan; Pembalikan warfarin darurat (jika PCC tidak ada); TTP (plasma exchange) | 10-20 mL/kg | TIDAK untuk volume, nutrisi, INR sedikit naik tanpa perdarahan. Risiko: TRALI, alergi, TACO, infeksi. |
Kriopresipitat | Koreksi hipofibrinogenemia (<1.0-1.5 g/L) dengan perdarahan signifikan | Fibrinogen < 1.0 - 1.5 g/L dengan perdarahan aktif (misalnya, perdarahan masif, DIC, obstetri) | 2 pool (10 unit) | Fokus utama: Fibrinogen. Volume kecil, paparan donor multipel. Risiko: Infeksi, TRALI, alergi. |
Referensi :
Platelet Transfusion - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560632/
Blood component therapy: Which, when and how much - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3127320/
Transfusion of Packed Red Cells: Indications, Triggers and Adverse Events - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4555065/
Transfusion of Blood and Blood Products - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7124112/
Blood Transfusion - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499824/
Fresh Frozen Plasma (FFP) - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513347/
Guidelines for the use of fresh-frozen plasma, cryoprecipitate and cryosupernatant - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15198728/
Recommendations for the transfusion of plasma and platelets - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2689068/
Use of Blood Components in the Intensive Care Unit - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7152226/
Overview of blood components and their preparation - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4260297/
Knowledge and practices of physicians on blood component therapy: a cross-sectional study from two tertiary hospitals in Nigeria - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8843283/
Blood component therapy - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18381094/
Red Blood Cell Transfusion: 2023 AABB International Guidelines - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37824153/
Transfusion of Packed Red Cells: Indications, Triggers and Adverse Events - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26249256/
Red Blood Cell Transfusion in Critically Ill Adults: An American College of Chest Physicians Clinical Practice Guideline - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11867898/
Chapter 4: Red cell transfusion to treat anemia in CKD - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4089676/
Blood transfusion practices in the ICU of a level 1 trauma centre and tertiary cardiac unit, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3642599/
A report by the American Society of Anesthesiologists Task Force on Blood Component Therapy - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8659805/
Blood Product Safety - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539826/
Use of blood components in critically ill patients in the medical intensive care unit of a tertiary care hospital - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20808652/
Platelet: thresholds and targets - Blood Transfusion - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK338783/
Platelet: doses - Blood Transfusion - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK338764/
Platelet transfusion: a clinical practice guideline from the AABB, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25383671/
Evidence-based platelet transfusion guidelines - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18024626/
Guideline summary - Blood Transfusion - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK338812/
Indications for early fresh frozen plasma, cryoprecipitate, and platelet transfusion in trauma - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16763482/
A retrospective audit to evaluate the appropriateness and rationalization of Fresh Frozen Plasma usage in a tertiary care hospital - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9485847/
Guideline for the use of fresh-frozen plasma. Medical Directors Advisory Committee, National Blood Transfusion Council - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9807194/
Guidelines for the use of fresh frozen plasma. British Committee for Standards in Haematology, Working Party of the Blood Transfusion Task Force - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1308464/
Fresh Frozen Plasma: thresholds and targets - Blood Transfusion - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK338797/
Guidelines for the diagnosis and management of disseminated intravascular coagulation. British Committee for Standards in Haematology - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19222477/
The contemporary role of blood products and components used in trauma resuscitation - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21106098/
Use of fresh frozen plasma (FFP) - Lifeblood, diakses April 24, 2025, https://www.lifeblood.com.au/health-professionals/clinical-practice/use-of-blood-components/use-of-fresh-frozen-plasma
Transfusion of Fresh Frozen Plasma in Critically Ill Patients: Effective or Useless? - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5985894/
Cryoprecipitate therapy - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4627369/
Cryoprecipitate: thresholds and targets - Blood Transfusion - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK338779/
A retrospective review of cryoprecipitate transfusion practice in Kuala Lumpur Hospital, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4993085/
Use of Cryoprecipitate in Newborn Infants - PMC - PubMed Central, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10193588/
Cryoprecipitate transfusion: assessing appropriateness and dosing in trauma - PubMed, diakses April 24, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21851429/
Cryoprecipitate: doses - Blood Transfusion - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK338787/
Guidelines for cryoprecipitate transfusion | British Columbia Medical Journal, diakses April 24, 2025, https://bcmj.org/articles/guidelines-cryoprecipitate-transfusion
Transfusion Reactions - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482202/
Recommendations for transfusion therapy in neonatology - PMC, diakses April 24, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4607607/
Massive Transfusion - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 24, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499929/