7 Oct 2025 • mata
Pendahuluan: Mengenal Herpes Zoster Oftalmikus dan Urgensinya dalam Praktik Klinis
Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) merupakan manifestasi klinis yang signifikan dari reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV) laten pada ganglion sensorik nervus trigeminus, khususnya divisi pertama (N. V1 atau nervus oftalmikus). Kondisi ini mencakup sekitar 8 hingga 20% dari seluruh kasus herpes zoster, menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi sehingga para dokter umum kemungkinan besar akan menemuinya dalam praktik sehari-hari. Urgensi penanganan HZO tidak dapat disepelekan, karena tanpa deteksi dan intervensi terapeutik yang cepat dan tepat, kondisi ini berpotensi menyebabkan disabilitas visual yang substansial dan permanen.
Salah satu prediktor klinis penting adanya keterlibatan okular adalah munculnya lesi vesikular pada ujung hidung, yang dikenal sebagai Tanda Hutchinson. Tanda ini mengindikasikan keterlibatan cabang nasosiliaris dari nervus oftalmikus dan meningkatkan risiko komplikasi mata hingga 50% atau lebih. Lebih lanjut, Tanda Hutchinson telah diidentifikasi sebagai prediktor kuat untuk terjadinya inflamasi okular dan denervasi kornea. Mengingat dokter umum seringkali menjadi lini pertama kontak pasien, kemampuan untuk mengenali HZO, terutama Tanda Hutchinson, dan memahami implikasi seriusnya adalah krusial. Keterlambatan diagnosis atau penanganan dapat berujung pada komplikasi berat seperti keratitis, uveitis, glaukoma sekunder, dan neuralgia pasca-herpetik yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien secara drastis. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai HZO dan tatalaksana awalnya, termasuk peran terapi topikal, menjadi esensial bagi dokter umum.
Gambar 1. Herpes Zoster Opthalmicus Akut dengan blister dan bengkak pada kelopak mata (A)
Terapi Sistemik Antivirus: Fondasi Utama dan Peran Dokter Umum dalam Inisiasi
Landasan utama dalam tatalaksana Herpes Zoster Oftalmikus adalah pemberian terapi antivirus sistemik sesegera mungkin. Idealnya, terapi ini dimulai dalam kurun waktu 72 jam setelah onset ruam kulit untuk semua pasien HZO. Penekanan penting adalah bahwa inisiasi terapi antivirus sistemik tidak seharusnya ditunda hanya karena menunggu konfirmasi diagnosis definitif dari spesialis mata atau hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Tindakan cepat ini secara signifikan dapat mengubah prognosis pasien.
Pilihan regimen antivirus oral yang umum digunakan dan direkomendasikan untuk pasien imunokompeten meliputi:
Acyclovir: 800 mg lima kali sehari
Valacyclovir: 1000 mg tiga kali sehari
Famciclovir: 500 mg tiga kali sehari
Durasi pengobatan standar adalah selama 7 hingga 10 hari. Pemberian terapi antivirus sistemik telah terbukti mampu mengurangi risiko terjadinya komplikasi okular kronis sebesar 20% hingga 30%. Pada pasien dengan kondisi imunokompromais, atau pada kasus HZO yang berat, pemberian asiklovir secara intravena (IV) dengan dosis 10 mg/kg berat badan ideal setiap delapan jam perlu dipertimbangkan untuk efikasi yang lebih optimal dan pencegahan diseminasi virus.
Peran dokter umum dalam menginisiasi terapi antivirus sistemik ini sangat krusial. Mengingat jendela terapeutik yang sempit (72 jam), keterlambatan dalam memulai pengobatan dapat meningkatkan risiko komplikasi okular yang lebih parah dan sulit ditangani. Oleh karena itu, dokter umum diberdayakan untuk memulai terapi ini segera setelah kecurigaan klinis HZO ditegakkan. Penting untuk dipahami bahwa meskipun artikel ini akan berfokus pada obat tetes mata, terapi sistemik tetap menjadi fondasi utama penanganan HZO. Terapi topikal bersifat suportif dan adjuvan, ditujukan untuk mengatasi manifestasi lokal dan inflamasi pada mata, bukan sebagai pengganti terapi antivirus sistemik yang menargetkan replikasi virus secara menyeluruh.
Obat Tetes Mata untuk Herpes Zoster Oftalmikus: Pilihan, Indikasi, dan Dosis Obat tetes mata Herpes Zoster Opthalmica
Selain terapi antivirus sistemik, penatalaksanaan HZO seringkali melibatkan penggunaan berbagai jenis obat tetes mata untuk mengatasi manifestasi okular spesifik. Pemilihan dan dosis obat tetes mata harus didasarkan pada temuan klinis dan tingkat keparahan kondisi mata.
Sub-bagian A: Obat Tetes Mata Antivirus Topikal
Penggunaan antivirus topikal pada HZO terutama diindikasikan pada kasus keratitis epitelial aktif, seperti keratitis dendritik atau pseudodendritik, yang menandakan adanya replikasi virus Varicella-Zoster (VZV) di permukaan kornea. Penting untuk membedakan pseudodendrit yang terlihat pada HZO dengan dendrit klasik pada keratitis Herpes Simplex Virus (HSV). Pseudodendrit HZO biasanya tampak sebagai lesi berupa plak mukus, sobekan, atau stelata yang meninggi, menunjukkan pewarnaan fluorescein yang minimal atau negatif pada bagian tengah lesi namun positif di tepinya, dan khasnya tidak memiliki bulbus terminal seperti pada dendrit HSV.
Pilihan antivirus topikal meliputi:
Acyclovir salep mata 3%: Sering direkomendasikan untuk digunakan bersamaan dengan terapi asiklovir oral. Dosis umum adalah aplikasi lima kali sehari pada sakus konjungtiva. Setelah terjadi perbaikan klinis dan resolusi lesi dendritik, frekuensi dapat dikurangi menjadi dua kali sehari hingga lesi benar-benar sembuh.
Ganciclovir gel 0.15%: Telah menunjukkan efektivitas pada kasus pseudodendrit HZO, terutama pada lesi yang mungkin tidak memberikan respons adekuat terhadap terapi antivirus oral saja. Dosis yang dilaporkan efektif adalah aplikasi lima kali sehari hingga lesi epitelial sembuh, yang dalam studi kasus terjadi dalam waktu 7 hari. Setelah penyembuhan lesi, dosis diturunkan secara bertahap (tapering) menjadi dua kali sehari selama 2 hingga 4 minggu untuk mencegah rekurensi.
Meskipun terdapat beberapa laporan mengenai manfaat antivirus topikal untuk lesi epitelial aktif, beberapa sumber menyebutkan bahwa bukti secara umum mengenai utilitasnya dalam manajemen HZO secara keseluruhan masih terbatas. Namun, untuk kasus spesifik dengan keterlibatan epitel kornea aktif, penggunaannya tetap dipertimbangkan.
Sub-bagian B: Obat Tetes Mata Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal memegang peranan sangat penting dalam tatalaksana HZO untuk mengendalikan respons inflamasi okular yang dapat merusak struktur mata. Indikasi utama penggunaannya meliputi keratitis stromal (baik bentuk nummular maupun disiformis), uveitis anterior, trabekulitis yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular (TIO), serta episkleritis dan skleritis.
Beberapa jenis kortikosteroid topikal yang umum digunakan antara lain:
Prednisolone acetate 1%: Merupakan pilihan yang sering digunakan dan dianggap poten.
Dexamethasone 0.1%: Juga merupakan steroid poten lainnya.
Fluorometholone 0.1% atau Loteprednol etabonate 0.5%: Merupakan steroid yang lebih lembut, terkadang dipilih untuk kasus inflamasi yang lebih ringan atau untuk penggunaan jangka panjang dengan risiko efek samping yang lebih rendah.
Dosis Obat tetes mata Herpes Zoster Opthalmica untuk kortikosteroid sangat individual dan bergantung pada tingkat keparahan inflamasi. Sebagai contoh, Prednisolone acetate 1% dapat dimulai dengan frekuensi setiap satu hingga dua jam pada kasus uveitis anterior berat atau keratitis stromal yang mengancam penglihatan. Untuk inflamasi sedang, dosis QID (empat kali sehari) mungkin cukup. Kunci utama dalam penggunaan kortikosteroid topikal adalah penurunan dosis secara sangat perlahan dan bertahap (slow tapering) setelah respons klinis tercapai. Proses tapering ini bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan untuk mencegah terjadinya fenomena rebound inflammation atau kekambuhan inflamasi. Beberapa pasien bahkan memerlukan dosis pemeliharaan jangka panjang dengan frekuensi sekali sehari untuk menjaga agar inflamasi tetap terkontrol.
Penggunaan kortikosteroid topikal harus selalu di bawah pengawasan ketat, idealnya oleh seorang spesialis mata. Hal ini disebabkan oleh potensi efek samping yang signifikan, seperti peningkatan TIO (glaukoma induksi steroid), pembentukan katarak subkapsular posterior, dan risiko perburukan infeksi virus jika antivirus sistemik atau topikal tidak adekuat atau jika terdapat lesi epitel aktif yang belum terkontrol. Beberapa studi menunjukkan bahwa kombinasi kortikosteroid topikal dengan asiklovir topikal mungkin memberikan hasil yang lebih baik dan mengurangi risiko rebound dibandingkan penggunaan steroid tunggal. Kompleksitas dalam penentuan dosis, durasi, dan tapering steroid, serta pemantauan efek sampingnya, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dengan spesialis mata.
Sub-bagian C: Obat Tetes Mata Lubrikan (Air Mata Buatan)
Air mata buatan atau lubrikan topikal merupakan komponen penting dalam terapi suportif HZO. Indikasinya sangat luas, mulai dari meringankan gejala subjektif mata kering dan iritasi, mendukung proses penyembuhan defek epitel kornea, hingga peran krusial dalam manajemen keratitis neurotrofik. Keratitis neurotrofik, yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensorik kornea akibat infeksi VZV, adalah komplikasi yang sering terjadi dan dapat menyebabkan kerusakan permukaan okular yang parah jika tidak ditangani dengan baik.
Terdapat berbagai macam sediaan air mata buatan yang tersedia di pasaran. Untuk penggunaan yang sering atau jangka panjang, seperti yang mungkin diperlukan pada kasus HZO dengan mata kering kronis atau keratitis neurotrofik, sangat direkomendasikan untuk memilih sediaan air mata buatan yang bebas pengawet (Preservative-Free Artificial Tears/PFAT). Penggunaan sediaan bebas pengawet bertujuan untuk menghindari potensi toksisitas pengawet pada permukaan okular yang sudah rentan.
Dosis Obat tetes mata Herpes Zoster Opthalmica untuk air mata buatan bersifat simtomatik dan suportif, sehingga diberikan sesuai kebutuhan pasien (ad libitum). Frekuensi penggunaan bisa berkisar antara empat hingga enam kali sehari, atau bahkan lebih sering (setiap jam atau dua jam) pada kasus mata kering yang berat atau pada fase akut keratitis neurotrofik untuk menjaga kelembapan dan proteksi permukaan kornea secara optimal. Peran air mata buatan bukan hanya sekadar memberikan kenyamanan, tetapi juga sebagai terapi preventif terhadap komplikasi lebih lanjut seperti ulkus kornea atau perforasi pada kornea yang anestetik.
Sub-bagian D: Obat Tetes Mata Sikloplegik
Obat tetes mata sikloplegik diindikasikan terutama pada pasien HZO yang mengalami uveitis anterior (iritis atau iridosiklitis). Tujuan utama pemberian sikloplegik adalah untuk mengurangi nyeri okular yang disebabkan oleh spasme otot siliaris, mencegah pembentukan sinekia posterior (perlengketan antara permukaan posterior iris dengan kapsul anterior lensa), dan membantu menstabilkan sawar darah-akuos yang terganggu akibat inflamasi.
Jenis obat sikloplegik yang umum digunakan meliputi:
Cyclopentolate hydrochloride 0.5% - 2%: Umumnya digunakan larutan 1%. Obat ini memiliki onset kerja yang relatif cepat dan durasi aksi yang cukup untuk manajemen uveitis akut.
Homatropine hydrobromide 2% atau 5%: Memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibandingkan cyclopentolate dan sering dianggap sebagai agen pilihan untuk terapi uveitis oleh beberapa klinisi.
Atropine sulfat, karena durasi kerjanya yang sangat panjang (beberapa hari hingga minggu), umumnya jarang digunakan untuk uveitis terkait HZO kecuali pada kasus inflamasi yang sangat berat dan persisten.
Dosis Obat tetes mata Herpes Zoster Opthalmica untuk sikloplegik, misalnya Cyclopentolate 1%, biasanya diberikan dua hingga tiga kali sehari, tergantung pada tingkat keparahan inflamasi dan intensitas nyeri yang dialami pasien. Penggunaan sikloplegik tidak hanya bertujuan untuk meredakan gejala tetapi juga memiliki peran preventif terhadap komplikasi struktural jangka panjang akibat uveitis.
Sub-bagian E: Obat Tetes Mata Penurun Tekanan Intraokular (TIO)
Peningkatan Tekanan Intraokular (TIO) merupakan komplikasi yang relatif sering dijumpai pada HZO, yang dapat bermanifestasi sebagai hipertensi okular atau glaukoma sekunder. Kenaikan TIO ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, termasuk trabekulitis (inflamasi pada anyaman trabekular), sumbatan anyaman trabekular oleh sel-sel inflamasi dan debris protein, atau akibat pembentukan sinekia anterior perifer yang menutup sudut bilik mata depan.
Jika terjadi peningkatan TIO, pemberian obat tetes mata anti-glaukoma diindikasikan. Pilihan agen dan Dosis Obat tetes mata Herpes Zoster Opthalmica meliputi:
Beta-blockers: Contohnya Timolol maleate 0.25% atau 0.5%, umumnya diberikan satu hingga dua kali sehari. Timolol 0.5% diketahui memberikan efek hipotensif okular yang maksimal. Perlu perhatian khusus pada pasien dengan riwayat penyakit paru obstruktif atau kelainan jantung.
Alpha-adrenergic agonists: Contohnya Brimonidine tartrate 0.1%, 0.15% atau 0.2%, umumnya diberikan dua kali sehari. Brimonidine 0.2% dua kali sehari telah menunjukkan efikasi yang baik dalam menurunkan TIO.
Carbonic anhydrase inhibitors (topikal): Contohnya Dorzolamide hydrochloride 2% atau Brinzolamide 1%, umumnya diberikan dua hingga tiga kali sehari. Sediaan kombinasi tetap (misalnya, dorzolamide-timolol atau brinzolamide-timolol) yang diberikan dua kali sehari juga sering digunakan untuk meningkatkan kepatuhan dan efektivitas.
Analog Prostaglandin: Umumnya dihindari pada fase akut inflamasi HZO karena berpotensi memperburuk inflamasi intraokular. Namun, dapat dipertimbangkan pada fase lanjut jika TIO sulit terkontrol dengan agen lain dan inflamasi sudah mereda.
Obat-obatan penurun TIO ini seringkali digunakan bersamaan dengan terapi kortikosteroid topikal, karena inflamasi (trabekulitis) adalah penyebab utama kenaikan TIO pada HZO. Meskipun kortikosteroid sendiri dapat memicu kenaikan TIO pada individu yang rentan (steroid responder), pada HZO, pengendalian inflamasi dengan steroid justru seringkali membantu menormalkan TIO dalam jangka panjang. Pemantauan TIO secara berkala sangat penting selama masa pengobatan HZO.
Tabel Ringkasan: Panduan Praktis Dosis Obat Tetes Mata Herpes Zoster Oftalmikus
Tabel berikut merangkum pilihan obat tetes mata yang umum digunakan dalam tatalaksana HZO, beserta indikasi utama, dosis lazim, dan catatan penting sebagai panduan bagi dokter umum.
Kategori Obat Tetes Mata | Contoh Zat Aktif & Konsentrasi Umum | Indikasi Utama pada HZO | Dosis Lazim (Panduan) | Catatan Penting/Peringatan |
Antivirus Topikal | Ganciclovir 0.15% gel | Pseudodendrit, keratitis epitelial aktif | 5x/hari hingga lesi sembuh, lalu tapering 2x/hari selama 2-4 minggu | Digunakan untuk lesi epitelial aktif. |
Acyclovir 3% salep mata | Keratitis dendritik/epitelial | 5x/hari, tapering ke 2x/hari setelah sembuh | Sering dikombinasikan dengan antivirus oral. | |
Kortikosteroid Topikal | Prednisolone acetate 1% | Keratitis stromal, uveitis, trabekulitis, episkleritis | Mulai QID atau lebih sering (mis. tiap 1-2 jam untuk kasus berat), tapering sangat lambat | Pengawasan ketat oleh spesialis mata. Risiko peningkatan TIO, katarak. Tapering lambat esensial. |
Dexamethasone 0.1% | Inflamasi okular berat | Sesuai tingkat keparahan, tapering lambat | Steroid poten, pengawasan ketat. | |
Lubrikan/Air Mata Buatan | Sediaan bebas pengawet (PFAT) | Mata kering, defek epitel, keratitis neurotrofik | Sesuai kebutuhan (ad libitum), umumnya 4-6x/hari atau lebih sering | PFAT direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang/sering. Penting untuk proteksi kornea pada keratitis neurotrofik. |
Sikloplegik | Cyclopentolate HCl 1% | Uveitis anterior (mengurangi nyeri, mencegah sinekia) | 2-3x/hari | Untuk meredakan spasme siliaris dan mencegah komplikasi uveitis. |
Homatropine HBr 2% atau 5% | Uveitis anterior | 2-3x/hari | Durasi kerja lebih panjang dari cyclopentolate. | |
Penurun TIO (Anti-glaukoma) | Timolol maleate 0.5% | Peningkatan TIO, glaukoma sekunder | 1-2x/hari | Perhatian pada kontraindikasi sistemik (asma, bradikardia). |
Brimonidine tartrate 0.1%, 0.15%, atau 0.2% | Peningkatan TIO, glaukoma sekunder | 2x/hari | Dapat menyebabkan alergi okular pada beberapa pasien. | |
Dorzolamide HCl 2% | Peningkatan TIO, glaukoma sekunder | 2-3x/hari | Dapat dikombinasikan dengan timolol. Sensasi perih saat diteteskan umum. |
Catatan: Dosis dan pilihan obat dapat bervariasi tergantung kondisi klinis pasien dan pertimbangan dokter spesialis mata. Tabel ini bersifat sebagai panduan umum.
Kapan Merujuk ke Spesialis Mata? Sinyal Bahaya ("Red Flags") bagi Dokter Umum
Herpes Zoster Oftalmikus dianggap sebagai suatu kegawatdaruratan dalam bidang oftalmologi. Oleh karena itu, semua pasien yang didiagnosis atau bahkan dicurigai kuat menderita HZO memerlukan konsultasi atau rujukan segera ke dokter spesialis mata. Evaluasi komprehensif oleh spesialis mata penting untuk diagnosis akurat, identifikasi komplikasi, tatalaksana yang tepat, dan meminimalkan risiko morbiditas jangka panjang, termasuk kehilangan penglihatan.
Meskipun dokter umum dapat memulai terapi antivirus sistemik, ambang batas untuk merujuk harus sangat rendah. Berikut adalah beberapa sinyal bahaya ("red flags") yang menandakan perlunya rujukan segera ke spesialis mata :
Penurunan ketajaman visual: Setiap keluhan penurunan penglihatan yang baru atau perburukan penglihatan yang sudah ada.
Nyeri mata hebat: Nyeri yang tidak terkontrol dengan analgesik oral standar yang biasa digunakan.
Adanya Tanda Hutchinson: Lesi vesikular pada ujung, sisi, atau pangkal hidung. Ini merupakan prediktor kuat keterlibatan okular dan menjadi indikasi absolut untuk rujukan.
Keterlibatan kornea yang signifikan:
Keratitis epitelial yang luas (pseudodendrit multipel atau besar).
Tanda-tanda keratitis stromal (misalnya, infiltrat stroma, edema kornea yang nyata).
Ulkus kornea atau penipisan kornea.
Tanda-tanda uveitis anterior: Mata merah siliar (ciliary flush), fotofobia berat, miosis (pupil kecil) atau pupil ireguler akibat sinekia, terlihatnya sel dan flare di bilik mata depan (memerlukan pemeriksaan slit-lamp).
Peningkatan Tekanan Intraokular (TIO): Baik yang terukur dengan tonometri maupun dicurigai berdasarkan gejala (misalnya, nyeri mata hebat, mual, penglihatan kabur dengan halo).
Keterlibatan sklera (skleritis): Ditandai dengan nyeri mata yang sangat hebat, dalam, menjalar ke sekitar orbita atau kepala, dan mata merah kebiruan difus atau nodular.
Keterlibatan segmen posterior mata: Gejala seperti floaters baru, kilatan cahaya (fotopsia), penurunan lapang pandang, atau penurunan visus berat yang mendadak dapat mengindikasikan retinitis (misalnya, Acute Retinal Necrosis/ARN) atau neuritis optik. Ini adalah kondisi yang sangat mengancam penglihatan dan memerlukan rujukan super-urgent.
Palsi nervus kranialis: Munculnya ptosis, diplopia, atau keterbatasan gerakan bola mata.
Tidak ada perbaikan atau perburukan gejala: Meskipun terapi antivirus sistemik telah dimulai dalam dosis adekuat.
Pasien dengan kondisi imunokompromais: Pasien HIV/AIDS, penerima transplantasi organ, atau pasien yang menggunakan obat imunosupresan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi HZO yang berat dan diseminata.
Pengenalan dini terhadap "red flags" ini oleh dokter umum akan sangat membantu dalam memastikan pasien HZO mendapatkan penanganan spesialistik yang cepat dan tepat, sehingga dapat mencegah komplikasi serius yang mengancam fungsi penglihatan.
Kesimpulan: Peran Kritis Dokter Umum dalam Tatalaksana Awal dan Kolaboratif Herpes Zoster Oftalmikus
Herpes Zoster Oftalmikus adalah kondisi klinis serius yang memerlukan diagnosis cepat dan manajemen proaktif untuk mencegah konsekuensi visual yang merugikan. Dokter umum memegang peranan yang sangat penting sebagai garda terdepan dalam mengenali gejala awal HZO, termasuk Tanda Hutchinson yang khas, dan segera memulai terapi antivirus sistemik yang merupakan fondasi utama pengobatan. Inisiasi dini terapi sistemik terbukti signifikan dalam mengurangi risiko komplikasi okular jangka panjang.
Terapi topikal dengan berbagai jenis obat tetes mata, termasuk antivirus, kortikosteroid, lubrikan, sikloplegik, dan agen penurun tekanan intraokular, bersifat suportif dan ditujukan untuk mengatasi manifestasi okular spesifik seperti inflamasi, infeksi permukaan aktif, sindrom mata kering, dan hipertensi okular. Dosis Obat tetes mata Herpes Zoster Opthalmica bersifat individual dan seringkali memerlukan penyesuaian yang cermat, terutama untuk kortikosteroid topikal, yang penggunaannya harus di bawah pengawasan spesialis mata karena potensi efek samping dan perlunya strategi tapering yang tepat.
Kolaborasi yang erat dan berkelanjutan antara dokter umum dan dokter spesialis mata adalah kunci keberhasilan tatalaksana HZO. Dokter umum tidak hanya berperan dalam diagnosis awal dan inisiasi terapi sistemik, tetapi juga dalam pemantauan kondisi umum pasien, edukasi, manajemen komplikasi non-okular seperti neuralgia pasca-herpetik (PHN) , serta memastikan kepatuhan pasien terhadap rencana pengobatan jangka panjang yang mungkin kompleks. Pemahaman yang komprehensif mengenai berbagai aspek HZO, termasuk pilihan dan dosis terapi topikal, akan memberdayakan dokter umum untuk memberikan perawatan awal yang lebih baik dan memfasilitasi rujukan yang lebih terinformasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan luaran visual pasien.
How to manage herpes zoster ophthalmicus - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7205171/
Herpes Zoster Ophthalmicus: Presentation, Complications, Treatment, and Prevention, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11219696/
Herpes Zoster Ophthalmicus - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Juni 7, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557779/
Herpes zoster ophthalmicus - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21063920/
Hutchinson's sign of ophthalmic zoster - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6982495/
Prognostic value of Hutchinson's sign in acute herpes zoster ophthalmicus - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12644941/
Herpes Zoster Ophthalmicus - EyeWiki, diakses Juni 7, 2025, https://eyewiki.org/Herpes_Zoster_Ophthalmicus
Treatment of herpes zoster ophthalmicus: a systematic review and Canadian cost-comparison - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29631821/
Treatment of pseudodendrites in herpes zoster ophthalmicus with ..., diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24322809/
How to manage herpes zoster ophthalmicus - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7205171/
Practice Patterns and Opinions in the Management of Recurrent or Chronic Herpes Zoster Ophthalmicus - PubMed Central, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3729033/
Double-masked trial of topical acyclovir and steroids in the treatment ..., diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1911657/
Management of ophthalmic zoster - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8245902/
Case Report of Herpes Zoster Ophthalmicus with Concurrent Parotitis - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10332680/
Herpes zoster ophthalmicus-induced oculomotor nerve palsy - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3880502/
Ophthalmoplegia secondary to herpes zoster ophthalmicus - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3027755/
Iritis - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Juni 7, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/books/NBK430909/
Retinitis linked to human herpesvirus type 6: a case study in a splenectomised patient - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11811316/
Timolol, dose response and duration of action - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/322649/
Brimonidine tartrate: a one-month dose response study - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9022117/
Development and use of brimonidine in treating acute and chronic elevations of intraocular pressure: a review of safety, efficacy, dose response, and dosing studies - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8970246/
A six-week dose-response study of the ocular hypotensive effect of dorzolamide with a one-year extension. Dorzolamide Dose-Response Study Group - PubMed, diakses Juni 7, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8694086/
Multiple ocular manifestations in a patient diagnosed with herpes zoster ophthalmicus: case report - PMC - PubMed Central, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11007559/
Herpes Zoster Ophthalmicus - PMC, diakses Juni 7, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2672268/
From Acute Disease to Red Flags: A Review of the Diverse Spectrum of Red Eye Encountered in the Primary Care Setting - International Online Medical Council (IOMC), diakses Juni 7, 2025, https://www.iomcworld.org/open-access/from-acute-disease-to-red-flags-a-review-of-the-diverse-spectrum-ofred-eye-encountered-in-the-primary-care-setting-47291.html