27 Feb 2016 • Kardiologi
Syok kardiogenik adalah penyakit yang sering ditemui di Instalasi Gawat Darurat. Sebagai dokter garda terdepan, dokter umum memiliki tanggungjawab untuk menguasai kompetensi penatalaksanaan kegawatdaruratan pada syok kardiogenik.
Hal pertama yang harus diketahui dokter umum adalah tanda syok kardiogenik. Syok kardiogenik ditandai dengan hipoperfusi sistemik karena depresi berat cardiac index dan hipotensi sistolik arterial yang menetap (< 90 mmHg).
Sederhanya, penampakan klinis syok kardiogenik dapat menjadi panduan. Kebanyakan pasien syok kardiogenik datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan mengeluhkan nyeri dada, sesak, tampak pucat dan keringat dingin. Perubahan status mental sering dilaporkan, termasuk somnolen, tampak kebingungan dan agitasi.
Dari hasil pemeriksaan fisik, pulsasi nadi biasanya lemah dan cepat. Pulsasi nadi bisa sangat lambat (bradikardia berat) bila telah terjadi blok AV derajat berat. Pengukuran tekanan darah sistolik menurun dengan tekanan nadi yang sempit (< 30 mmHg).
Gangguan napas yang dapat terjadi diantaranya takipneu dan respirasi Cheyne-Stokes. Distensi vena juguler dapat terjadi. Ronkhi basah halus dapat terdengar pada sebagian besar kasus syok kardiogenik karena kegagalan ventrikel kiri. Oligouria pada kondisi gagal ginjal akut juga sering dilaporkan.
Pada pemeriksaan auskultasi jantung, bunyi jantung S1 dapat terdengar lembut. Suara gallop S3 juga dapat didengar. Tanda akut regurgitasi mitral berat atau ruptur septum ventrikel biasanya berhubungan dengan murmur sistolik khas.
Pemeriksaan fungsi ginjal penting karena pada pasien syok kardiogenik sering terjadi perburukan ginjal progresif. Pemeriksaan kadar BUN dan serum kreatinin akan memberikan gambaran kondisi ginjal saat ini.
Pemeriksaan transaminasi hepar (ALT dan AST) sering mengalami peningkatan bermakna karena hipoperfusi hepar yang memicu kematian hepatosit secara luas. Lebih lanjut hipoperfusi pada jaringan secara sistemik akan mengakibatkan asidosis metabolik dengan anion gap yang tinggi dan kadar laktat yang meningkat.
Sehingga, pemeriksaan analisis gas darah penting untuk mengkonfirmasi hipoksemia dan asidosis metabolik yang dapat dikompensasi oleh alkalosis respiratorik. Pemeriksaan biomarka jantung seperti CK, CKMB dan troponin penting untuk mengkonfirmasi kondisi infark miokard akut.
Pemeriksaan EKG adalah modalitas yang penting dalam penatalaksanaan syok kardiogenik. Ketersediaan EKG yang memadai di Instalasi Gawat Darurat menunjukkan komitmen manajemen rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan yang handal.
Pada syok kardiogenik karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri, sering ditemukan gelombang Q dan atau ST elevasi pada lead multiple atau LBBB. Lebih dari 50% dari semua infark yang berhubungan dengan syok berlokasi di anterior.
Syok kardiogenik sering terjadi sebagai kelanjutan dari gagal jantung berat atau kelanjutan infark miokard yang luas. Dalam keadaan ini diperlukan obat-obat inotropik antara lain dopamin, dobutamin dan norepinefrin.
Dopamin
Dobutamin
Norepinefrin
Semoga bermanfaat.
Sumber: Emergency in Internal Medicine (EIMED) Basic PAPDI
=
Sponsored Content
BUKU FAVORIT DOKTER JAGA IGD!!!
Sejawat, tahukah anda bahwa Buku EIMED Basic warna merah ini adalah buku yang banyak dicari dokter IGD? Buku yang ditulis oleh konsulen Sp.PD anggota PAPDI ini didedikasikan khusus untuk dokter umum di seluruh Indonesia.
Membahas dasar-dasar penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan pada pasien medik, buku ini ditulis dari aspek umum ke gejala-gejala khusus (batuk darah, syok anafilaktik, syok perdarahan dsb).
Kabar baiknya, anda bisa memesan buku EIMED PAPDI via Dokter Post.
Langsung aja SMS/WA 085608083342 (Yahya)
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟