10 May 2025 • Kardiologi
Elektrokardiogram (EKG) merupakan alat diagnostik fundamental dalam praktik kedokteran, termasuk di layanan primer.1 Kemampuannya untuk merekam aktivitas listrik jantung secara non-invasif menjadikannya pemeriksaan lini pertama yang tak ternilai, terutama dalam evaluasi penyakit jantung koroner.3
Namun, interpretasi EKG, khususnya pada sadapan prekordial V1 dan V2, seringkali menyajikan tantangan tersendiri bagi dokter umum. Munculnya gelombang Q atau pola QS pada sadapan ini secara tradisional sering dikaitkan dengan infark miokard (MI) area septal atau anterior.5
Bayangkan skenario umum: seorang dokter umum dihadapkan pada EKG pasien dengan pola QS di V1 dan V2. Pertanyaan diagnostik pun muncul: Apakah ini tanda Old Myocardial Infarction (OMI) atau kondisi lain? Ketidakpastian ini krusial karena interpretasi yang keliru dapat berujung pada kecemasan pasien yang tidak perlu, investigasi lanjutan yang membebani, atau bahkan diagnosis yang terlewat.7
Pentingnya pemahaman akurat mengenai signifikansi temuan EKG ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Adanya berbagai studi yang mempertanyakan korelasi langsung antara Q di V1-V2 dengan infark septal menunjukkan kemungkinan adanya penyederhanaan berlebih dalam pengajaran EKG di masa lalu.8
Selain itu, penekanan pada pentingnya penempatan lead yang benar sebagai penyebab potensial pola pseudo-patologis menggarisbawahi bahwa kemahiran teknis dalam merekam EKG sama pentingnya dengan kemampuan interpretasi.8
Artikel ini bertujuan menyajikan panduan praktis berbasis bukti ilmiah (berdasarkan literatur terindeks PubMed yang relevan) untuk membantu dokter umum mengevaluasi gelombang Q pada sadapan V1-V2. Fokus utama adalah pada algoritma diagnosis, membedakan OMI dari diagnosis banding lainnya, serta menyajikan Tips Baca EKG OMI yang aplikatif di layanan primer.
Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk memahami perbedaan antara gelombang Q fisiologis dan patologis. Gelombang Q kecil, terutama di sadapan septal, merupakan representasi normal dari depolarisasi septum interventrikular.11 Sebaliknya, gelombang Q yang dianggap patologis, seringkali menandakan adanya jaringan parut akibat infark miokard lama, umumnya memiliki karakteristik durasi yang lebih lebar dan/atau amplitudo yang lebih dalam.11
Namun, kriteria spesifik untuk mendefinisikan gelombang Q patologis dapat bervariasi antar studi dan konteks klinis. Beberapa kriteria umum yang digunakan meliputi durasi ≥ 40 milidetik (ms) dan amplitudo melebihi 25% dari gelombang R berikutnya pada sadapan tertentu 12, atau kriteria lebih spesifik berdasarkan lokasi sadapan, misalnya Q ≥ 30 ms di aVF, Q ≥ 40 ms di I dan aVL, atau Q ≥ 40 ms di dua atau lebih sadapan V4-V6.5
Perlu dicatat bahwa definisi yang berbeda ini menunjukkan bahwa tidak ada satu standar universal tunggal, dan konteks klinis serta kriteria spesifik yang digunakan (misalnya, kriteria Universal Definition of MI) perlu dipertimbangkan.
Khusus untuk sadapan V1-V2, kriteria yang relevan dari Universal Definition of Myocardial Infarction mencakup adanya gelombang Q apapun di sadapan V2-V3 dengan durasi > 0.02 detik (20 ms) atau adanya kompleks QS di V2-V3.13 Penting juga untuk dicatat bahwa kompleks QS di sadapan V1 bisa merupakan varian normal jika masih terdapat gelombang R awal di sadapan V2.14
Hal ini menekankan perlunya penilaian yang cermat dan spesifik untuk masing-masing sadapan, V1 dan V2 tidak selalu diinterpretasikan secara identik.
Gambar 1. EKG menunjukkan gelombang Q abnormal pada V1-V4.11
Selain itu, konsep "gelombang Q kecil" di V2 atau V3 (didefinisikan sebagai durasi < 40 ms dan amplitudo < 0.5 mV) juga diperkenalkan sebagai entitas yang mungkin memiliki signifikansi klinis tersendiri, terutama terkait dengan penyakit arteri koroner (Coronary Artery Disease - CAD).12 Identifikasi gelombang Q patologis ini merupakan langkah awal dalam proses Diagnosis dan Terapi Old Miokard Infark.
Secara historis, gelombang Q pada EKG dianggap sebagai penanda infark miokard transmural atau jaringan parut.5 Lebih spesifik lagi, gelombang Q atau pola QS pada sadapan V1-V2 seringkali diajarkan sebagai indikasi infark septal.6 Namun, bukti ilmiah dari berbagai studi menunjukkan bahwa korelasi ini tidak sesederhana itu dan seringkali kurang akurat.
Beberapa studi menunjukkan korelasi yang buruk antara keberadaan gelombang Q dengan temuan histopatologis pada pasien dengan OMI.5 Keberadaan gelombang Q tidak selalu mengindikasikan disfungsi miokard yang lebih parah dibandingkan dengan area disfungsi tanpa gelombang Q.5 Bahkan, area miokard yang menunjukkan gelombang Q masih mungkin mengandung jaringan yang viabel (hibernating myocardium).5
Konsep adanya infark yang "sunyi" secara elektrik atau tidak transmural, serta fenomena stunning atau hibernasi miokard, semakin mempersulit persamaan sederhana Q=jaringan parut. EKG, sebagai rekaman aktivitas listrik, tidak selalu secara sempurna mencerminkan kondisi struktural dan viabilitas jaringan miokard di bawahnya.
Lebih lanjut, studi yang secara spesifik meneliti pola QS di V1-V2 menemukan bahwa pola ini seringkali bukan disebabkan oleh MI. Dalam satu penelitian, hanya sekitar 20% kasus dengan QS di V1-V2 yang memiliki bukti MI sebelumnya.8
Infark yang terbatas hanya pada septum interventrikular (isolated septal infarction) juga dilaporkan sangat jarang terjadi.8 Studi lain yang menggunakan pencitraan Cardiac Magnetic Resonance (CMR) menemukan bahwa meskipun pola QS di V1-V2 sangat prediktif terhadap adanya jaringan parut (scar) di septum, mayoritas (58%) dari jaringan parut tersebut bersifat non-iskemik (misalnya akibat kardiomiopati).9
Kemajuan teknologi pencitraan seperti CMR memberikan gambaran "kebenaran dasar" yang lebih akurat mengenai karakterisasi jaringan miokard dibandingkan EKG saja, mendorong evaluasi ulang interpretasi pola EKG tradisional.
Studi yang mengkorelasikan EKG dengan defek perfusi juga menunjukkan bahwa gelombang Q di V1 lebih sering berkaitan dengan defek di segmen inferoseptal basal, bukan septum terisolasi, sementara gelombang Q di V2 tidak menunjukkan korelasi lokasi yang spesifik.6 Bahkan, gelombang Q bisa bersifat transien, misalnya diinduksi oleh latihan, dan tidak merepresentasikan jaringan parut permanen.15
Kesimpulannya, temuan gelombang Q atau pola QS di V1-V2 harus diinterpretasikan dengan hati-hati. Ini merupakan temuan non-spesifik.8 Meskipun dapat menjadi bagian dari gambaran OMI, temuan ini seringkali disebabkan oleh kondisi lain dan tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya dasar Diagnosis dan Terapi Old Miokard Infark, terutama untuk infark septal terisolasi. Temuan ini seharusnya memicu evaluasi lebih lanjut, bukan diagnosis otomatis.
Namun, perlu diingat bahwa ketika MI memang terkonfirmasi, keberadaan gelombang Q (Q-wave MI) umumnya berkorelasi dengan ukuran infark yang lebih besar dan komplikasi intra-rumah sakit yang lebih tinggi dibandingkan non-Q-wave MI, meskipun mortalitas jangka panjangnya bisa serupa.17 Jadi, gelombang Q itu sendiri masih membawa informasi prognostik dalam konteks MI yang sudah pasti.
Menghadapi temuan gelombang Q atau QS di V1-V2, pendekatan sistematis sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan interpretasi. Berikut adalah algoritma praktis yang dapat diikuti oleh dokter umum, yang mengintegrasikan pengecekan teknis, analisis morfologi, temuan penyerta, dan konteks klinis:
Langkah 1: Konfirmasi Kualitas EKG & Penempatan Lead
Langkah paling awal dan krusial adalah memastikan kualitas rekaman EKG dan penempatan lead yang benar. Pastikan lead V1 dan V2 ditempatkan di sela iga ke-4, di tepi kanan dan kiri sternum.11
Tips Praktis: Perhatikan morfologi gelombang P di V1 dan V2. Normalnya, P di V1 bersifat bifasik atau positif, dan P di V2 bersifat tegak (upright). Jika P di V1 terlihat predominant negatif atau P di V2 datar/negatif, curigai penempatan lead terlalu tinggi.7 Penempatan lead yang salah adalah penyebab umum pola pseudo-patologis. Jika ada keraguan, ulangi perekaman EKG dengan perhatian khusus pada penempatan lead.7 Pengecekan sederhana ini memiliki nilai diagnostik tinggi untuk menyingkirkan artefak umum.
Langkah 2: Analisis Morfologi Gelombang Q & Kompleks QRS
Ukur durasi gelombang Q di V2 dan V3. Apakah > 0.02 detik (20 ms)?.13
Apakah ini pola QS murni? Ataukah gelombang Q kecil (< 40 ms, < 0.5 mV)?.12 Atau mungkin gelombang Q "benign" (~0.02 detik) yang bisa terlihat pada Left Anterior Fascicular Block (LAFB)?.20
Nilai durasi QRS keseluruhan. Apakah melebar? (misalnya pada RBBB 10 atau Aortic Stenosis 22).
Periksa amplitudo gelombang R di V5 dan V6. Apakah berkurang? (lebih sering pada MI anterior dibandingkan AS).22
Langkah 3: Cari Tanda-tanda Lain di EKG (Konteks Keseluruhan)
Jangan hanya fokus pada V1-V2. Lihat EKG secara keseluruhan.1
Apakah ada perubahan segmen ST atau gelombang T yang menyertai? (misalnya, elevasi ST persisten, inversi T).11 Elevasi ST yang menyertai Q bisa menandakan proses akut/evolutif.23 Adanya inversi T iskemik bersamaan dengan QS V1-V2 meningkatkan kemungkinan MI.8
Apakah ada tanda-tanda Left Ventricular Hypertrophy (LVH) 8, LAFB (deviasi aksis ke kiri) 14, Right Bundle Branch Block (RBBB) 10, atau Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM)?24
Nilai aksis QRS. Deviasi aksis ke kiri mendukung LAFB.20 Pada kasus Q di V1-V2, aksis horizontal yang mengarah ke lateral (-30°) lebih mendukung AS, sedangkan aksis yang mengarah ke posterior (-60°) lebih mendukung MI anterior.22
Langkah 4: Korelasi Klinis
Integrasikan temuan EKG dengan data klinis pasien. Apakah ada riwayat MI sebelumnya?.8 Apakah pasien memiliki faktor risiko penyakit arteri koroner (PJK)?.4 Apakah ada gejala saat ini yang sugestif iskemia (nyeri dada, sesak napas)?.13
Signifikansi temuan EKG dapat berbeda tergantung usia dan profil risiko pasien. QS di V1-V2 pada pasien muda tanpa faktor risiko memiliki makna berbeda dibandingkan pada pasien lansia dengan riwayat PJK.14
Langkah 5: Rujuk atau Investigasi Lanjut?
Jika kecurigaan OMI kuat (riwayat kompatibel, gelombang Q tipikal disertai perubahan lain, korelasi klinis mendukung), fokus pada tatalaksana pencegahan sekunder (lihat bagian 6) dan pertimbangkan rujukan ke spesialis jantung untuk stratifikasi risiko lebih lanjut.
Jika penyebab Q/QS di V1-V2 tidak jelas atau kemungkinan besar non-OMI (misalnya, curiga kuat kesalahan penempatan lead, LAFB, LVH), ulangi EKG dengan cermat. Pertimbangkan pemeriksaan ekokardiografi untuk menilai struktur dan fungsi jantung 14 atau konsultasi kardiologi sesuai konteks klinis. Temuan gelombang Q kecil (<40ms, <0.5mV) di V2/V3 mungkin memerlukan investigasi lebih lanjut untuk menyingkirkan CAD.12
Pendekatan multi-langkah yang terstruktur ini, yang menggabungkan evaluasi teknis, analisis morfologi EKG secara komprehensif, dan korelasi klinis, lebih unggul daripada sekadar pengenalan pola terisolasi dalam menginterpretasi temuan ambigu seperti gelombang Q di V1-V2. Ini mencerminkan penalaran probabilistik yang diperlukan dalam praktik klinis—mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan memodifikasi diagnosis kerja berdasarkan akumulasi bukti.
Seperti dibahas sebelumnya, OMI hanyalah salah satu dari banyak kemungkinan penyebab gelombang Q atau pola QS di sadapan V1-V2. Mengenali diagnosis banding sangat penting untuk Diagnosis dan Terapi Old Miokard Infark yang tepat. Berikut adalah beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan:
Kesalahan Penempatan Lead (V1/V2 Terlalu Tinggi): Ini adalah penyebab yang sangat umum dan sering terlewat.8 Penempatan yang terlalu tinggi dapat menciptakan gambaran pseudo-infark septal (Q waves), pseudo-incomplete RBBB (pola rSr'), atau bahkan elevasi ST ringan.7 Kunci untuk mencurigainya adalah morfologi gelombang P: P predominant negatif di V1 dan/atau P datar/bifasik/negatif di V2.7
Left Anterior Fascicular Block (LAFB): Blokade konduksi pada fasikulus anterior kiri ini dapat menyebabkan munculnya gelombang Q kecil dan sempit (durasi ~0.02 detik) di sadapan V2 dan/atau V3, yang seringkali bersifat "benign" (bukan karena infark).20 Temuan ini biasanya disertai dengan deviasi aksis QRS ke kiri.14
Left Ventricular Hypertrophy (LVH) / Aortic Stenosis (AS): Hipertrofi ventrikel kiri, terutama yang disebabkan oleh AS, dapat menyebabkan munculnya gelombang Q atau QS di sadapan prekordial kanan.8 Fitur EKG yang dapat membantu membedakannya dari MI anterior meliputi: durasi QRS yang lebih panjang pada AS, amplitudo Q di V1/V2 yang lebih kecil pada AS, amplitudo R di V5/V6 yang lebih besar pada AS, dan aksis QRS horizontal yang cenderung lebih ke lateral pada AS dibandingkan posterior pada MI.22 Ekokardiografi biasanya menunjukkan LVH pada pasien AS.22
Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM): Kardiomiopati genetik ini dapat bermanifestasi dengan gelombang Q patologis, termasuk pola QS di V1-V2.24 Temuan penyerta bisa berupa kriteria voltase LVH, gelombang S yang dalam di V1-V3, gelombang R yang tinggi di V4-V6, dan abnormalitas gelombang T.24 Jaringan parut septal non-iskemik pada HCM juga dapat menjadi penyebab QS di V1-V2.9
Right Ventricular Infarction (RVI): Infark ventrikel kanan, biasanya terkait dengan infark inferior, terkadang dapat menyebabkan gelombang Q atau elevasi ST di V1-V3. Namun, akurasi temuan ini untuk diagnosis RVI dianggap rendah.28
Normal Variant: Pola QS di V1 bisa jadi normal jika terdapat gelombang R awal di V2.14 Selain itu, pola rSr' (bukan QS) di V1/V2 bisa merupakan varian normal atau akibat penempatan lead tinggi.10
Kondisi Lain: Penyebab lain yang lebih jarang meliputi Right Bundle Branch Block (RBBB, biasanya menunjukkan pola rSR' bukan QS) 10, emfisema paru, deformitas dinding dada (misalnya, Pectus Excavatum 10), Ventricular Inversion, Left Septal Fascicular Block, obesitas morbid, atau pergeseran mediastinum kronis.8
Tabel berikut merangkum diagnosis banding utama untuk Q/QS di V1-V2:
Kondisi | Temuan Khas EKG di V1-V2 | Petunjuk Pembeda Lain (P wave, QRS, ST-T, Axis, Klinis) | Snippet Relevan |
OMI (Anterior/Septal) | Q patologis (>0.02s di V2/V3) atau QS | Bisa disertai inversi T atau elevasi ST persisten. Aksis horizontal bisa posterior (-60°). Korelasi klinis (riwayat, faktor risiko). | 13 |
Kesalahan Penempatan Lead | Pseudo-Q/QS, pseudo-incomplete RBBB (rSr') | Kunci: P negatif di V1, P datar/negatif di V2. EKG normal jika diulang dengan penempatan benar. | 7 |
LAFB | Q kecil/sempit (~0.02s) di V2/V3 | Kunci: Deviasi aksis ke kiri. Seringkali benign. | 20 |
LVH / Aortic Stenosis (AS) | Q atau QS | QRS bisa lebih lebar. Q di V1/V2 cenderung lebih kecil, R di V5/V6 lebih besar (vs MI). Aksis horizontal cenderung lateral (-30°). Tanda LVH lain. Riwayat/murmur AS. Echo konfirmasi LVH/AS. | 8 |
Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM) | Q patologis atau QS | Sering disertai kriteria LVH, S dalam V1-V3, R tinggi V4-V6, T abnormal (bisa inversi raksasa). Riwayat keluarga, gejala HCM. Scar septal non-iskemik di CMR. | 9 |
RVI | Q atau elevasi ST di V1-V3 (akurasi rendah) | Biasanya terkait dengan infark inferior (perubahan di II, III, aVF). Sadapan kanan (V3R, V4R) lebih sensitif. | 28 |
Normal Variant | QS di V1 (jika ada R di V2), rSr' kecil di V1/V2 (non-QS) | Tidak ada temuan patologis lain. Klinis normal. | 10 |
Menegakkan diagnosis OMI secara akurat, termasuk membedakannya dari kondisi lain yang dapat menyebabkan Q/QS di V1-V2, adalah langkah fundamental sebelum memulai tatalaksana jangka panjang. Diagnosis dan Terapi Old Miokard Infark berfokus pada pencegahan sekunder untuk mengurangi risiko rekurensi, menurunkan morbiditas dan mortalitas, serta meningkatkan kualitas hidup.25 Tatalaksana ini bersifat multifaset, melibatkan farmakoterapi dan modifikasi gaya hidup.
Pilar Terapi Farmakologis (Pencegahan Sekunder):
Berdasarkan panduan klinis, regimen obat standar setelah MI meliputi 29:
Antiplatelet:
Aspirin: Dosis rendah (75-150 mg/hari) direkomendasikan seumur hidup untuk semua pasien pasca-MI, kecuali ada kontraindikasi.30
Dual Antiplatelet Therapy (DAPT): Kombinasi Aspirin dengan penghambat reseptor P2Y12 (seperti Ticagrelor atau Clopidogrel) umumnya diberikan selama 12 bulan.29 Ticagrelor seringkali lebih diutamakan daripada Clopidogrel pada banyak kasus NSTEMI/STEMI pasca-PCI/CABG, kecuali pada pasien dengan kontraindikasi (misalnya riwayat perdarahan intrakranial) atau yang memerlukan antikoagulan oral.30 Durasi DAPT dapat disesuaikan (misalnya 6 bulan atau >12 bulan) berdasarkan penilaian individual terhadap risiko perdarahan dan risiko iskemik.30
Beta-Blocker:
Obat seperti Bisoprolol, Metoprolol, atau Timolol sebaiknya dimulai segera setelah kondisi pasien stabil dan dititrasi hingga dosis maksimal yang ditoleransi.30 Terapi dilanjutkan setidaknya selama 12 bulan, atau seumur hidup jika terdapat disfungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF <40%).30 Beta-blocker terbukti mengurangi mortalitas dan aritmia pasca-MI.29
ACE Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB):
Obat seperti Ramipril (ACEI) atau Candesartan (ARB, jika intoleran ACEI) dititrasi hingga dosis maksimal yang ditoleransi.30 Terapi ini diindikasikan seumur hidup pada pasien dengan LVEF <40% atau yang berisiko tinggi.29
Statin:
Terapi statin intensitas tinggi (misalnya Atorvastatin) direkomendasikan untuk semua pasien pasca-MI, tanpa memandang kadar kolesterol awal.30 Target terapi adalah mencapai kadar LDL yang rendah (misalnya <1.8 mmol/L atau <70 mg/dL), dan agen penurun lipid tambahan mungkin diperlukan jika target tidak tercapai.30
Perlu dicatat bahwa penggunaan Antikoagulan oral pasca-MI hanya diindikasikan untuk kondisi spesifik seperti trombus LV, atrial fibrilasi, atau DVT, dan kombinasinya dengan DAPT meningkatkan risiko perdarahan secara signifikan.29 Pemberian Nitrat digunakan untuk mengatasi gejala angina.32 Tatalaksana ini menunjukkan perlunya pendekatan individual, mempertimbangkan pilihan agen spesifik, durasi terapi, dan penyesuaian berdasarkan risiko serta fungsi ventrikel kiri pasien.
Intervensi Gaya Hidup:
Modifikasi gaya hidup merupakan komponen integral dari pencegahan sekunder, meliputi:
Berhenti merokok: Mutlak diperlukan.25
Diet sehat: Pola makan gaya Mediterania (kaya buah, sayur, ikan; rendah daging merah, lemak jenuh) direkomendasikan. Bukti manfaat suplemen minyak ikan atau omega-3 masih lemah/inkonsisten.29
Aktivitas fisik/Rehabilitasi Jantung: Latihan fisik aerobik teratur (misalnya 20-30 menit/hari) dan program rehabilitasi jantung terstruktur sangat dianjurkan.25
Manajemen Stres: Juga merupakan bagian dari rehabilitasi komprehensif.25
Implementasi strategi pencegahan sekunder yang komprehensif ini menekankan beban manajemen jangka panjang setelah MI terkonfirmasi, menggarisbawahi kembali pentingnya diagnosis awal yang akurat.
Berikut adalah rangkuman Tips Baca EKG OMI yang praktis, khususnya terkait interpretasi temuan di V1-V2, untuk membantu dokter umum dalam praktik sehari-hari:
Selalu Curigai Penempatan Lead: Jika Anda melihat pola QS atau gambaran aneh lainnya di V1-V2, langkah pertama adalah mengevaluasi kemungkinan kesalahan penempatan lead. Periksa morfologi gelombang P di V1 (seharusnya bifasik/positif) dan V2 (seharusnya tegak). P negatif di V1 atau datar/negatif di V2 sangat sugestif penempatan terlalu tinggi. Jangan ragu mengulangi EKG jika curiga.7 Ini adalah langkah awal bernilai tinggi dan berbiaya rendah.
Jangan Terpaku pada V1-V2 Saja: Interpretasi EKG harus holistik. Lihat keseluruhan 12 sadapan. Cari perubahan ST-T penyerta, deviasi aksis, tanda LVH, LAFB, atau RBBB.1 Konteks dari sadapan lain sangat penting.
Bedakan Q "Kecil" vs QS: Ingat bahwa gelombang Q kecil (<40ms, <0.5mV) di V2/V3 mungkin merupakan penanda CAD atau stenosis LAD yang signifikan dan memerlukan perhatian.12 Ini berbeda dari pola QS di V1-V2 yang seringkali non-spesifik untuk OMI.8
Ingat Durasi Q: Gelombang Q yang signifikan secara patologis akibat OMI biasanya memiliki durasi lebih dari 0.02 detik (20 ms) atau bahkan 0.04 detik (40 ms) tergantung kriteria.5 Gelombang Q yang lebih sempit (~0.02 detik) di V2/V3 bisa jadi merupakan temuan benign pada LAFB.20
Korelasi Klinis adalah Wajib: EKG hanyalah satu alat bantu. Selalu integrasikan temuan EKG dengan riwayat lengkap pasien, faktor risiko kardiovaskular, dan ada/tidaknya gejala klinis.13 Signifikansi QS V1-V2 sangat bergantung pada konteks klinis ini.14
Q Wave Tidak Selalu Permanen atau Berarti Jaringan Mati Total: Perlu diingat bahwa gelombang Q bisa bersifat transien 15 atau bahkan menghilang seiring waktu pada beberapa kasus.23 Selain itu, area miokard yang menunjukkan gelombang Q tidak selalu berarti seluruhnya jaringan parut mati; bisa terdapat miokardium yang masih viabel.5
Interpretasi EKG yang efektif, terutama untuk temuan ambigu, mengandalkan penalaran probabilistik—mempertimbangkan kemungkinan diagnosis berdasarkan kombinasi morfologi EKG, temuan penyerta, dan konteks klinis—daripada aturan deterministik yang kaku.
Interpretasi gelombang Q atau pola QS pada sadapan EKG V1-V2 merupakan tantangan diagnostik yang umum dihadapi di layanan primer. Meskipun secara tradisional sering dikaitkan dengan Old Myocardial Infarction (OMI) di area septal, bukti ilmiah terkini menunjukkan bahwa temuan ini seringkali bersifat non-spesifik. Berbagai kondisi lain, terutama kesalahan penempatan lead V1/V2 yang terlalu tinggi, LAFB, LVH/AS, dan HCM, dapat menghasilkan gambaran EKG serupa.
Oleh karena itu, menegakkan Diagnosis dan Terapi Old Miokard Infark hanya berdasarkan temuan Q/QS di V1-V2 saja sangat tidak dianjurkan. Diperlukan pendekatan yang sistematis dan komprehensif:
Prioritaskan kualitas EKG: Selalu verifikasi dan curigai kemungkinan kesalahan penempatan lead, gunakan morfologi P di V1/V2 sebagai petunjuk.
Analisis EKG menyeluruh: Jangan hanya fokus pada V1-V2; evaluasi semua sadapan, morfologi QRS, segmen ST, gelombang T, dan aksis.
Kenali diagnosis banding: Pahami kondisi-kondisi lain yang dapat meniru OMI pada sadapan V1-V2 dan fitur pembedanya.
Integrasi klinis: Korelasikan temuan EKG dengan riwayat pasien, faktor risiko, dan gejala klinis secara cermat.
Tatalaksana berbasis bukti: Jika OMI terkonfirmasi, implementasikan strategi pencegahan sekunder yang komprehensif, meliputi farmakoterapi (DAPT, Beta-blocker, ACEI/ARB, Statin) dan modifikasi gaya hidup.
Dengan menerapkan Tips Baca EKG OMI yang praktis dan mengadopsi pendekatan diagnostik yang kritis serta berbasis bukti, dokter umum dapat meningkatkan akurasi interpretasi EKG, memberikan diagnosis yang lebih tepat, dan mengoptimalkan manajemen pasien dengan atau dicurigai OMI di layanan primer. Terus belajar dan mengkritisi temuan EKG dalam konteks bukti ilmiah yang terus berkembang adalah kunci praktik kedokteran yang berkualitas.
The pivotal role of ECG in cardiomyopathies - PMC - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10315483/
Advancements in Myocardial Infarction Management: Exploring Novel Approaches and Strategies - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10587445/
Practical intelligent diagnostic algorithm for wearable 12-lead ECG via self-supervised learning on large-scale dataset, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10290151/
Acute ST-Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI) - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532281/
Quantification of regional left ventricular function in Q wave and non-Q wave dysfunctional regions by tissue Doppler imaging in patients with ischaemic cardiomyopathy, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1767948/
Correlation between ST Elevation and Q Waves on the ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6932644/
V1 and V2 pericordial leads misplacement and its negative impact ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8293594/
Clinical Significance of QS Complexes in V1 and V2 without Other ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6931994/
A QS pattern in leads V1 and V2 is associated with septal scarring ..., diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29996993/
Differential Diagnosis of rSr' Pattern in Leads V1‐V2. Comprehensive Review and Proposed Algorithm - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6931759/
Conquering the ECG - Cardiology Explained - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2214/
Diagnostic Significance of a Small Q Wave in Precordial Leads V2 ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6932184/
Myocardial Infarction - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537076/
Significance of Abnormal Q Waves in the Electrocardiograms of Adults Less than 40 Years Old, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6932435/
Transient abnormal Q waves during exercise electrocardiography - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1768028/
Clinical significance of QS complexes in V1 and V2 without other electrocardiographic abnormality - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14731215/
Significance of the Q wave in acute myocardial infarction - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3967404/
Initial ECG in Q wave and non-Q wave myocardial infarction - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2735591/
Electrocardiogram - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549803/
Significance of anterior Q waves in left anterior fascicular block--a ..., diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11808834/
Differential diagnosis of wide QRS tachycardia: A review - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8485819/
Electrocardiographic associations of right precordial Q waves help ..., diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11853902/
Acute myocardial infarction—Part I - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1122768/
Diagnostic and prognostic electrocardiographic features in patients with hypertrophic cardiomyopathy - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10132576/
Long-term secondary prevention of acute myocardial infarction (SEPAT) – guidelines adherence and outcome - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5114745/
Acute Myocardial Infarction - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459269/
Disease management programme for secondary prevention of coronary heart disease and heart failure in primary care: a cluster randomised controlled trial - PubMed Central, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2016933/
Electrocardiographic alterations in leads V1 to V3 in the diagnosis of right and left ventricular infarction - PubMed, diakses April 12, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3776820/
Secondary prevention of ischaemic cardiac events - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3217663/
Secondary prevention following myocardial infarction: a clinical ..., diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5819978/
Drugs used in secondary prevention after myocardial infarction: Case presentation - PMC, diakses April 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2014416/
Anterior Myocardial Infarction - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 12, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562234/