14 Aug 2025 • Kulit
Dermatitis Seboroik (DS) dan Pityriasis Versicolor (PV) merupakan dua kondisi kulit superfisial yang umum dijumpai dalam praktik sehari-hari. Dermatitis seboroik adalah kondisi kulit umum yang dapat menyerang bayi, remaja, dan dewasa, seringkali bersifat kronis dan inflamatoris. Sementara itu, pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial yang juga umum ditemukan.
Tantangan utama dalam diagnosis kedua penyakit ini terletak pada keterlibatan jamur Malassezia spp. (sebelumnya dikenal sebagai Pityrosporum) pada keduanya. Pada DS, perubahan kulit diduga terjadi akibat respons inflamasi terhadap organisme umum kulit, yaitu jamur Malassezia , sedangkan PV secara langsung disebabkan oleh jamur ini. Keterkaitan etiologi yang sama ini seringkali menimbulkan kebingungan diagnostik di kalangan praktisi.
Meskipun kedua kondisi ini melibatkan jamur Malassezia spp., pemahaman mendalam mengenai perbedaan interaksi jamur-inang dan bentuk spesifik jamur menjadi kunci dalam membedakannya. Pada DS, Malassezia bertindak sebagai pemicu inflamasi pada individu yang rentan, bukan sekadar kolonisasi jamur. Sebaliknya, pada PV, penyakit timbul akibat perubahan bentuk jamur Malassezia dari bentuk ragi (blastospora) menjadi bentuk miselium (hifa) yang patogenik.
Perbedaan fundamental dalam patogenesis ini—DS sebagai gangguan inflamasi dan PV sebagai infeksi jamur superfisial—tercermin dalam manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang.
Artikel ilmiah populer ini bertujuan untuk membekali para dokter umum, khususnya yang berusia 25-35 tahun, dengan algoritma diagnostik yang praktis dan berbasis bukti. Fokus utama adalah membedakan DS dan PV melalui penilaian klinis yang cermat dan penggunaan alat diagnostik sederhana, sehingga dapat mengarahkan pada Diagnosis dan Terapi Dermatitis seboroik serta Diagnosis dan Terapi pityriasis versicolor yang tepat.
Penegakan diagnosis awal sangat bergantung pada kemampuan mengenali manifestasi klinis yang khas dari masing-masing kondisi.
Dermatitis Seboroik (DS) memiliki predileksi pada area tubuh yang kaya kelenjar sebasea (area seboroik).
Lokasi (Distribusi): Paling sering ditemukan pada kulit kepala (ketombe merupakan bentuk ringan DS), wajah (terutama lipatan nasolabial, glabela, alis, belakang telinga, area janggut), dada bagian atas (presternal), punggung atas, dan area lipatan seperti ketiak, bawah payudara, umbilikus, serta lipatan paha dan anogenital.
Jenis Lesi (Morfologi Lesi): Lesi berupa makula atau plak eritematosa (kemerahan) dengan batas yang bisa kurang tegas hingga cukup jelas. Pada bayi, DS di kulit kepala dikenal sebagai cradle cap, ditandai dengan skuama tebal, berminyak, dan kekuningan.
Karakteristik Skuama (Skuama): Skuama pada DS bervariasi, dapat berupa skuama halus dan putih (terutama pada DS ringan di kulit kepala/ketombe) atau skuama yang lebih tebal, berminyak, dan berwarna kekuningan, khususnya pada lesi yang lebih meradang di wajah dan badan. Skuama ini cenderung melekat. Kualitas "berminyak" pada skuama DS, jika ada, merupakan pembeda klinis yang signifikan dari PV dan mencerminkan patofisiologi yang melibatkan kelenjar sebasea serta aktivitas lipolitik Malassezia.
Gejala Penyerta (Associated Symptoms): Pruritus (gatal) merupakan gejala umum, dengan intensitas bervariasi dari ringan hingga sedang.
Usia Awitan (Age of Onset): DS memiliki dua puncak insiden: pada masa bayi (tiga bulan pertama kehidupan) dan pada masa remaja atau dewasa muda hingga usia lanjut (setelah 50 tahun). Perlu diperhatikan bahwa aktivitas DS dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti stres, iklim, dan status imun, sehingga riwayat fluktuasi penyakit menjadi penting.
Gambar 1. Dermatitis Seboroik
Pityriasis Versicolor (PV), juga dikenal sebagai tinea versicolor, menunjukkan gambaran klinis yang berbeda.
Lokasi (Distribusi): Predileksi utama PV adalah pada badan bagian atas (dada, punggung), leher, dan lengan atas. Keterlibatan wajah lebih jarang pada dewasa namun dapat terjadi, terutama pada anak-anak atau di daerah beriklim hangat.
Jenis Lesi (Morfologi Lesi): Lesi berupa makula atau bercak berbatas tegas, berbentuk oval hingga bulat, yang dapat berkonfluensi membentuk area yang lebih luas. Ciri khas PV adalah variasi warna lesi (versicolor), yang bisa hipopigmentasi (lebih terang dari kulit sekitar, paling umum terutama pada kulit gelap atau setelah paparan sinar matahari), hiperpigmentasi (cokelat muda, kecoklatan), atau eritematosa/merah muda. Perubahan pigmen ini merupakan konsekuensi langsung dari gangguan produksi atau transfer melanin oleh Malassezia.
Karakteristik Skuama (Skuama): Lesi ditutupi oleh skuama yang halus, seperti tepung (furfuraceous) atau serbuk. Skuama mungkin tidak langsung terlihat namun menjadi jelas saat lesi digaruk secara lembut (dikenal sebagai "signe du coup d'ongle" atau "evoked scale sign"). Skuama ini biasanya kering. Tanda skuama yang dapat dibangkitkan ini merupakan manuver klinis sederhana yang sangat berharga, mencerminkan kolonisasi jamur superfisial dan keratinisasi yang berubah, khas untuk PV.
Gejala Penyerta (Associated Symptoms): PV seringkali asimtomatik. Pruritus ringan dapat timbul, terutama saat pasien merasa hangat atau berkeringat.
Usia Awitan (Age of Onset): Paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda, seiring dengan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea.
Gambar 2. Variasi Presentasi Klinis Pityrasis Versicolor
Fitur Klinis (Clinical Feature) | Dermatitis Seboroik (Seborrheic Dermatitis) | Pityriasis Versicolor |
Usia Awitan Umum (Common Age of Onset) | Bayi, remaja, dewasa muda, >50 tahun | Remaja, dewasa muda |
Lokasi Predileksi (Predilection Sites) | Area seboroik: kulit kepala, wajah (lipatan nasolabial, alis, telinga), dada atas, punggung, ketiak, lipat paha | Badan atas, leher, lengan atas; kadang wajah |
Morfologi Lesi (Lesion Morphology) | Makula/plak eritematosa | Makula/plak hipo/hiperpigmentasi, atau eritematosa |
Batas Lesi (Lesion Borders) | Sering kurang tegas | Tegas |
Karakteristik Skuama (Scale Characteristics) | Berminyak, kekuningan, atau putih halus dan kering (di kulit kepala); melekat | Halus, seperti dedak (branny), kering; mudah dilepas dengan garukan (evoked scale sign) |
Pruritus (Itching) | Umum, bervariasi | Ringan atau tidak ada, bisa meningkat saat berkeringat |
Pengaruh Sinar Matahari (Effect of Sunlight) | Tidak spesifik, bisa memburuk | Lesi hipopigmentasi tidak ikut menjadi gelap, tampak lebih jelas |
Asosiasi dengan Atopi (Association with Atopy) | Dapat berhubungan | Umumnya tidak |
Malassezia spp. adalah jamur lipofilik yang merupakan flora normal kulit manusia, terutama di area seboroik. Jamur ini memanfaatkan lipid dari sebum untuk pertumbuhannya. Meskipun menjadi benang merah antara DS dan PV, peran dan bentuk Malassezia dalam kedua kondisi ini berbeda secara fundamental.
Pada Pityriasis Versicolor, penyakit timbul ketika Malassezia spp. (terutama M. globosa, M. furfur, dan M. sympodialis) bertransformasi dari bentuk ragi (blastospora) komensal menjadi bentuk miselium (hifa) yang patogenik. Perubahan ini dipicu oleh faktor predisposisi seperti panas, kelembapan, kulit berminyak, dan imunosupresi. Bentuk hifa ini secara langsung menginvasi stratum korneum. Malassezia menghasilkan metabolit seperti asam azelaat yang dapat menghambat tirosinase, enzim penting dalam produksi melanin, sehingga menyebabkan hipopigmentasi. Mekanisme lain dapat menyebabkan hiperpigmentasi atau inflamasi ringan.
Pada Dermatitis Seboroik, Malassezia spp. (misalnya M. restricta, M. globosa) tidak hanya berkolonisasi, tetapi memicu respons inflamasi dan imun yang abnormal atau berlebihan pada individu yang rentan. Bukan hanya jumlah jamur yang meningkat, tetapi reaksi pejamu terhadap jamur tersebut yang menjadi kunci. Enzim lipase yang dihasilkan Malassezia memecah trigliserida sebum menjadi asam lemak bebas yang bersifat iritatif dan pro-inflamasi. Proses ini melibatkan aktivasi imunitas bawaan dan adaptif, serta pelepasan sitokin pro-inflamasi.
Perbedaan spesies Malassezia mungkin juga berperan, meskipun ada tumpang tindih. M. globosa sangat terkait dengan PV , sementara M. restricta dan M. globosa sering ditemukan pada DS. Namun, bagi dokter umum, identifikasi spesies spesifik kurang praktis dibandingkan pengenalan gambaran klinis dan mikroskopis (bentuk ragi vs. hifa). Selain itu, status imun dan fungsi sawar kulit pejamu sangat menentukan apakah Malassezia tetap sebagai komensal atau berkontribusi pada DS atau PV.
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan penunjang sederhana dapat membantu membedakan DS dan PV.
Pemeriksaan lampu Wood menggunakan sinar ultraviolet gelombang panjang. Prosedur dilakukan dalam ruangan gelap, kulit pasien harus bersih dari kosmetik atau losion topikal yang dapat memberi hasil positif palsu, dan lampu dibiarkan memanas sekitar satu menit sebelum digunakan.
Pityriasis Versicolor: Lesi PV sering menunjukkan fluoresensi khas berwarna kuning keemasan, kuning kehijauan, atau jingga tembaga. Fluoresensi ini disebabkan oleh pteridin atau metabolit lain yang dihasilkan Malassezia. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua lesi PV akan berfluoresensi; beberapa penelitian menyebutkan fluoresensi hanya pada kurang dari 50% kasus. Oleh karena itu, hasil negatif tidak menyingkirkan PV jika gambaran klinis sangat mendukung.
Dermatitis Seboroik: Lesi DS umumnya tidak menunjukkan fluoresensi spesifik terkait Malassezia. Namun, pada area lipatan (intertriginosa), lampu Wood dapat membantu membedakan DS dari eritrasma (disebabkan oleh Corynebacterium minutissimum), yang menunjukkan fluoresensi merah koral terang.
Pemeriksaan mikroskopis langsung dengan larutan Kalium Hidroksida (KOH) adalah alat diagnostik yang bernilai. Kerokan kulit diambil dari tepi lesi aktif, diletakkan di atas kaca objek, ditetesi larutan KOH 10-20%, dapat dihangatkan secara perlahan, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
Pityriasis Versicolor: Gambaran klasik dan diagnostik adalah "spaghetti and meatballs," yang terdiri dari hifa pendek, gemuk, terkadang melengkung ("spaghetti") dan kelompokan sel ragi bulat ("meatballs"). Temuan dimorfik ini sangat khas untuk PV. M. globosa secara spesifik menunjukkan sel ragi globosa yang menghasilkan pseudohifa.
Gambar 3. Mikroskopis Pityriasis Versicolor
Dermatitis Seboroik: Sel ragi Malassezia dapat ditemukan karena merupakan flora normal dan terlibat dalam patogenesis DS. Namun, bentuk hifa yang khas pada PV umumnya tidak ada atau hanya sedikit. Gambaran "spaghetti and meatballs" tidak ditemukan pada DS. Penemuan sel ragi saja bersifat non-spesifik. Kehadiran hifa pada pemeriksaan KOH adalah fitur mikroskopis paling kritis yang membedakan PV dari DS.
Dermoskopi adalah alat non-invasif yang memperbesar struktur kulit, membantu membedakan berbagai dermatosis.
Pityriasis Versicolor: Pada lesi hipokromik, dermoskopi biasanya menunjukkan area putih berbatas cukup tegas dengan skuama halus yang sering terlokalisasi di alur kulit (furrow scaling). Lesi hiperpigmentasi dapat menunjukkan skuama halus keputihan di alur kulit disertai pigmentasi kecoklatan difus. Tanda "contrast halo" (cincin hipopigmentasi di sekitar lesi hiperpigmentasi atau sebaliknya) dapat terlihat. Skuama perifolikular dan area cokelat muda bulat kecil di pusat folikel juga dapat ditemukan pada PV bentuk folikular. Pola vaskular biasanya tidak menonjol atau spesifik.
Dermatitis Seboroik: Temuan paling khas adalah pembuluh darah titik (dotted vessels) yang tersebar secara patchy, sering disertai skuama kekuningan. Pembuluh darah linear bercabang yang kabur dan skuama keputihan juga umum ditemukan. Pola vaskular ini mencerminkan adanya inflamasi, yang merupakan komponen utama DS.
Pemeriksaan (Investigation) | Dermatitis Seboroik (Seborrheic Dermatitis) | Pityriasis Versicolor |
Lampu Wood (Wood's Lamp) | Umumnya tidak ada fluoresensi khas terkait Malassezia. Dapat membantu eksklusi diagnosis banding seperti eritrasma (fluoresensi merah koral di lipatan kulit). | Fluoresensi kuning keemasan, kuning kehijauan, atau tembaga-oranye pada lesi (tidak selalu ada). |
Mikroskopi KOH (KOH Microscopy) | Dapat ditemukan sel ragi (Malassezia), namun hifa biasanya tidak ada atau sedikit. Gambaran "spaghetti and meatballs" tidak khas. | Gambaran klasik "spaghetti and meatballs": kelompok sel ragi bulat dan hifa/pseudohifa pendek. |
Dermoskopi (Dermoscopy) | Pembuluh darah titik (dotted vessels) dengan pola patchy, skuama kekuningan. Kadang pembuluh darah linear bercabang yang kabur dan skuama keputihan. | Skuama halus, sering pada alur kulit (furrow scaling) atau perifolikular. "Contrast halo sign". |
Berikut adalah pendekatan algoritmik yang dapat membantu dokter umum dalam membedakan DS dan PV:
Langkah 1: Anamnesis & Pemeriksaan Fisik Komprehensif
Anamnesis: Tanyakan usia awitan, durasi, gejala pruritus (intensitas, pemicu seperti keringat), efek paparan sinar matahari (lesi PV hipopigmentasi menjadi lebih jelas), riwayat atopi (asma, rinitis alergi, dermatitis atopik – DS dapat berhubungan dengan atopi ), pengobatan sebelumnya dan responsnya, serta faktor pencetus (stres, iklim untuk DS ).
Pemeriksaan Fisik: Perhatikan dengan saksama:
Distribusi Lesi: Apakah dominan di area seboroik (kulit kepala, wajah, dada, lipatan) atau lebih pada badan atas, leher, lengan atas? (Gunakan data Tabel 1).
Morfologi Lesi: Apakah lesi berupa plak eritematosa atau makula/bercak hipo/hiperpigmentasi? Bagaimana batas lesinya, tegas atau tidak? (Gunakan data Tabel 1).
Karakteristik Skuama: Apakah skuama tampak berminyak, kekuningan, dan melekat, atau halus, seperti serbuk, dan mudah dibangkitkan dengan garukan? (Gunakan data Tabel 1).
Kesan Klinis Awal: Berdasarkan temuan dominan, buat hipotesis awal (Cenderung DS? Cenderung PV? Belum jelas?).
Langkah 2: Pemeriksaan Lampu Wood (jika tersedia)
Prosedur: Lakukan di ruangan gelap, periksa area yang terdampak.
Interpretasi:
Fluoresensi kuning keemasan/hijau/jingga tembaga: Sangat mendukung PV.
Tidak ada fluoresensi khas: PV tidak dapat disingkirkan (ingat, tidak semua lesi PV berfluoresensi ). DS umumnya tidak menunjukkan fluoresensi spesifik.
(Jika lesi di area lipatan) Fluoresensi merah koral: Mengarah ke eritrasma, bukan DS atau PV.
Langkah 3: Mikroskopi KOH dari Kerokan Kulit
Prosedur: Ambil kerokan skuama dari tepi lesi aktif.
Interpretasi:
Ditemukan gambaran "spaghetti and meatballs" (sel ragi DAN hifa/pseudohifa): Mengkonfirmasi PV. Ini adalah temuan kunci.
Hanya ditemukan sel ragi (tanpa hifa atau hifa sangat sedikit): Non-spesifik. Dapat sesuai dengan DS jika gambaran klinis mendukung, namun juga bisa merupakan flora normal. Tidak mendukung PV.
Negatif (tidak ditemukan elemen jamur): PV kurang mungkin, namun pertimbangkan pengulangan jika kecurigaan klinis tinggi atau ada masalah teknik pengambilan sampel. Tidak menyingkirkan DS.
Langkah 4: Pertimbangkan Temuan Dermoskopi (jika tersedia dan diperlukan)
DS: Pembuluh darah titik (dotted vessels) dengan pola patchy, skuama kekuningan. Mungkin juga ditemukan pembuluh darah linear bercabang yang kabur dan skuama keputihan.
PV: Skuama halus di alur kulit (furrow scaling), contrast halo sign, skuama perifolikular.
Langkah 5: Diagnosis Kerja dan Rencana Tatalaksana Awal
Integrasikan semua temuan: Gabungkan data klinis dari Langkah 1 dengan hasil pemeriksaan penunjang (Langkah 2, 3, dan 4 jika dilakukan).
Skenario A (Kemungkinan Besar PV): Gambaran klinis berupa makula hipo/hiperpigmentasi dominan di badan atas, skuama halus (positif evoked scale sign), didukung oleh fluoresensi positif pada lampu Wood dan/atau gambaran "spaghetti and meatballs" pada KOH.
Skenario B (Kemungkinan Besar DS): Gambaran klinis berupa plak eritematosa dengan skuama berminyak/kekuningan di area seboroik, tidak ada fluoresensi khas PV pada lampu Wood, dan KOH hanya menunjukkan sel ragi (tanpa hifa yang khas). Temuan dermoskopi berupa dotted vessels juga mendukung.
Skenario C (Tidak Jelas/Campuran): Jika gambaran klinis tumpang tindih atau hasil tes meragukan, evaluasi ulang tanda klinis, pertimbangkan pengulangan tes, atau pikirkan diagnosis banding lain (misalnya, dermatitis atopik, psoriasis, tinea korporis). Rujukan ke dokter spesialis kulit mungkin diperlukan pada kasus yang sulit.
Algoritma ini bersifat fleksibel; tidak semua pemeriksaan mungkin tersedia atau diperlukan. Penilaian klinis tetap menjadi landasan utama.
Penegakan diagnosis yang akurat antara DS dan PV memiliki implikasi langsung pada pemilihan strategi Terapi Dermatitis seboroik dan Terapi pityriasis versicolor yang efektif.
Tujuan utama terapi DS adalah mengurangi jumlah jamur Malassezia serta mengendalikan inflamasi dan pembentukan skuama.
Agen Topikal (lini pertama untuk sebagian besar kasus):
Antijamur: Ketokonazol (sampo, krim), siklopiroks (sampo, krim), mikonazol. Agen ini menargetkan komponen Malassezia. Regimen umum meliputi krim ketokonazol 2% atau sampo siklopiroks 1% dua kali seminggu.
Kortikosteroid Topikal: Potensi ringan hingga sedang (misalnya, desonid, mometason furoat) digunakan untuk jangka pendek guna mengatasi inflamasi dan pruritus.
Inhibitor Kalsineurin Topikal: Pimekrolimus, takrolimus (penggunaan off-label untuk DS) dapat dipertimbangkan, terutama untuk area sensitif seperti wajah, untuk menghindari efek samping steroid.
Keratolitik/Lainnya: Asam salisilat, selenium sulfida, zink pirition (sering dalam formulasi sampo).
Terapi Sistemik (kasus berat/refrakter): Antijamur oral (misalnya, itrakonazol, terbinafin) dapat dipertimbangkan.
Tujuan utama terapi PV adalah eradikasi bentuk miselium Malassezia.
Agen Topikal (lini pertama untuk penyakit terlokalisir/ringan-sedang):.
Antijamur topikal: Golongan azol seperti ketokonazol (sampo 2% sekali pakai atau setiap hari selama 3 hari ; atau selama 14 hari di kepala/badan ), klotrimazol, mikonazol (krim umumnya dua kali sehari ); selenium sulfida (sampo 2.5% sekali sehari selama 7 hari ); zink pirition; terbinafin (krim).
Terapi Sistemik (luas, rekuren, refrakter): Antijamur oral seperti itrakonazol (200 mg/hari selama 5-7 hari ) atau flukonazol (dosis tunggal 400 mg ). Terbinafin oral dilaporkan tidak efektif untuk PV.
Edukasi Pasien: Pentingnya edukasi mengenai sifat rekuren PV dan kemungkinan perlunya terapi profilaksis (misalnya, penggunaan sampo antijamur secara periodik, terutama pada cuaca hangat dan lembap) untuk mencegah kekambuhan.
Kedua kondisi ini memiliki potensi kronisitas dan rekurensi, sehingga edukasi pasien menjadi inti dari "terapi". Untuk DS, pengelolaan inflamasi dan jumlah Malassezia bersifat berkelanjutan. Untuk PV, pencegahan relaps, terutama pada kondisi predisposisi, adalah kunci. Pilihan antara terapi topikal dan sistemik dipengaruhi oleh luasnya penyakit dan frekuensi kekambuhan, namun terapi sistemik umumnya menjadi lini kedua karena potensi efek samping dan biaya.
Membedakan antara dermatitis seboroik dan pityriasis versicolor merupakan langkah krusial untuk tata laksana yang efektif di tingkat layanan primer. Meskipun keduanya terkait dengan jamur Malassezia, patogenesis, manifestasi klinis, dan temuan pemeriksaan penunjang menunjukkan perbedaan yang jelas. Dermatitis seboroik ditandai oleh inflamasi pada area seboroik dengan skuama yang cenderung berminyak dan kekuningan, sementara pityriasis versicolor bermanifestasi sebagai bercak hipo atau hiperpigmentasi dengan skuama halus yang khas pada badan atas.
Pemeriksaan lampu Wood dapat memberikan petunjuk awal, dengan fluoresensi khas pada pityriasis versicolor, meskipun hasil negatif tidak selalu menyingkirkan diagnosis. Mikroskopi KOH memegang peranan penting; temuan "spaghetti and meatballs" sangat diagnostik untuk pityriasis versicolor, sedangkan pada dermatitis seboroik umumnya hanya ditemukan sel ragi tanpa hifa yang dominan. Dermoskopi, jika tersedia, dapat lebih lanjut membantu membedakan pola vaskular dan skuama.
Dengan menggunakan algoritma diagnosis yang sistematis, dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, diikuti dengan pemeriksaan penunjang sederhana, dokter umum dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Penegakan Diagnosis dan Terapi Dermatitis seboroik serta Diagnosis dan Terapi pityriasis versicolor yang tepat tidak hanya akan memperbaiki gejala pasien tetapi juga mengurangi risiko misdiagnosis, penggunaan terapi yang tidak sesuai (misalnya, penggunaan kortikosteroid jangka panjang untuk pityriasis versicolor yang salah didiagnosis, atau hanya antijamur untuk dermatitis seboroik yang sangat inflamatorik), serta meningkatkan luaran klinis dan efisiensi penggunaan sumber daya kesehatan.
Diagnosis and treatment of seborrheic dermatitis - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25822272/
Tinea versicolor: an updated review - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36452877/
An Overview of the Diagnosis and Management of Seborrheic ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35967915/
Treatment of seborrheic dermatitis: a comprehensive review - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29737895/
Pityriasis Versicolor-A Narrative Review on the Diagnosis and ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37895478/
Tinea Versicolor - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29494106/
Pityriasis versicolor: clinical-epidemiological characterization of patients in the urban area of Buerarema-BA , Brazil - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23739695/
[Malassezia yeasts and their significance in dermatology] - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16758222/
Seborrheic Dermatitis: Exploring the Complex Interplay with ..., accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11942342/
Management of seborrheic dermatitis and pityriasis versicolor - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11702314/
Seborrheic Dermatitis: Exploring the Complex Interplay with Malassezia - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/40141293/
Seborrheic Dermatitis and Dandruff: A Comprehensive Review, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27148560/
The annual changes of clinical manifestation of androgenetic alopecia clinic in korean males and females: a outpatient-based study - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23717009/
Pityriasis versicolor | Request PDF - ResearchGate, accessed May 10, 2025, https://www.researchgate.net/publication/274727971_Pityriasis_versicolor
Tinea versicolor - Medical Encyclopedia - MedlinePlus, accessed May 10, 2025, https://medlineplus.gov/ency/article/001465.htm
Tinea versicolor in dark-skinned individuals - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24320140/
Tinea Versicolor - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed May 10, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/
SIXTEEN YEARS OF PITYRIASIS VERSICOLOR IN METROPOLITAN AREA OF PORTO ALEGRE, SOUTHERN BRAZIL - PMC, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4616910/
Prevalence of atopic dermatitis in patients with seborrheic dermatitis: A systematic review and meta-analysis - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39739123/
Red face revisited: Endogenous dermatitis in the form of atopic ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24314384/
Malassezia yeasts and pityriasis versicolor - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16514338/
Malassezia Furfur - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31971731/
Wood's Light - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed May 10, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537193/
Wood lamp examination - PMC, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3440273/
Erythrasma - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed May 10, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513352/
Identification and Speciation of Malassezia in Patients Clinically Suspected of Having Pityriasis Versicolor - PMC - PubMed Central, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3667295/
Trichomycoses - PMC - PubMed Central, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2938571/
Dermoscopy in General Dermatology: A Practical Overview - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27613297/
Videodermoscopy in the evaluation of hair and scalp disorders, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17052485/
Topical Treatment of Facial Seborrheic Dermatitis: A Systematic Review - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27804089/
Metronidazole 0.75% gel vs. ketoconazole 2% cream in the treatment of facial seborrheic dermatitis: a randomized, double-blind study - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17309456/
Efficacy of different concentrations of ciclopirox shampoo for the ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15271194/
Pityriasis versicolor: an update on pharmacological treatment options, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24991691/
Ketoconazole 2% shampoo in the treatment of tinea versicolor: a multicenter, randomized, double-blind, placebo-controlled trial - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9843006/
Flutrimazole shampoo 1% versus ketoconazole shampoo 2% in the ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17472615/
Treatment of tinea versicolor with a new antifungal agent, ciclopirox olamine cream 1%, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2865009/
Randomized comparative clinical trial of itraconazole and selenium ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3027836/
Oral therapy of common superficial fungal infections of the skin, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10367914/