11 Aug 2025 • Pediatri
Infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) dan Varicella-Zoster Virus (VZV) pada neonatus dan bayi merupakan kondisi serius yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Acyclovir telah menjadi terapi pilihan utama dalam penanganan infeksi virus ini pada populasi pediatrik.
Meskipun demikian, penggunaan acyclovir, terutama rute oral, pada anak berusia di bawah dua tahun secara historis dihadapkan pada keterbatasan data farmakokinetik yang komprehensif. Keterbatasan ini menggarisbawahi betapa pentingnya penentuan dosis yang akurat dan aman untuk populasi rentan ini.
Artikel ini bertujuan untuk membahas secara komprehensif mengenai efektivitas, keamanan, dan yang terutama, dosis obat acyclovir pada bayi (mencakup neonatus hingga usia dua tahun). Seluruh informasi yang disajikan bersumber dari bukti ilmiah terkini yang terindeks di PubMed, dengan harapan dapat menjadi panduan praktis bagi Dokter Umum dalam praktik klinis sehari-hari.
Pemahaman yang mendalam mengenai dosis menjadi krusial karena tantangan yang dihadapi Dokter Umum tidak hanya terbatas pada pengenalan indikasi, tetapi juga dalam menavigasi kompleksitas penetapan dosis pada populasi yang parameter farmakokinetiknya berubah dengan cepat seiring perkembangan usia.
Farmakokinetik acyclovir pada bayi, khususnya neonatus, menunjukkan perbedaan yang substansial dibandingkan dengan orang dewasa maupun anak-anak yang lebih tua. Perubahan cepat dalam fungsi ginjal dan distribusi obat mengimplikasikan bahwa dosis yang tidak tepat dapat dengan mudah menyebabkan kegagalan terapi (subterapi) atau sebaliknya, toksisitas akibat akumulasi obat.
Lebih lanjut, kesalahan dalam penetapan dosis pada bayi dapat berakibat jauh lebih berat dibandingkan pada populasi dewasa. Hal ini disebabkan oleh cadangan fisiologis yang lebih kecil dan sistem organ yang belum sepenuhnya matang pada bayi, terutama neonatus dan bayi prematur.
Sistem metabolisme dan ekskresi obat yang belum sempurna meningkatkan risiko terjadinya efek samping serius seperti neurotoksisitas atau nefrotoksisitas jika dosis tidak disesuaikan dengan cermat. Oleh karena itu, Dokter Umum memegang peranan penting dan tanggung jawab besar dalam pengelolaan awal kasus atau saat melakukan rujukan, memastikan bahwa terapi acyclovir yang diberikan optimal dan aman.
Pemahaman farmakokinetik acyclovir pada populasi bayi adalah kunci untuk menentukan dosis yang efektif dan aman. Beberapa aspek farmakokinetik yang unik pada kelompok usia ini meliputi:
Bioavailabilitas Oral: Bioavailabilitas acyclovir setelah pemberian oral pada anak berusia di bawah dua tahun relatif rendah, diperkirakan hanya sekitar 12%. Rendahnya bioavailabilitas ini menjelaskan mengapa dosis oral mungkin memerlukan penyesuaian atau mengapa rute intravena (IV) lebih diandalkan, terutama untuk infeksi yang bersifat serius dan membutuhkan konsentrasi obat yang cepat dan terprediksi dalam darah.
Waktu Paruh Eliminasi: Terdapat perubahan signifikan pada waktu paruh eliminasi acyclovir seiring dengan pertambahan usia bayi. Pada bulan pertama kehidupan, waktu paruh eliminasi dapat menurun secara drastis, dari sekitar 10-15 jam menjadi kurang lebih 2,5 jam.
Klirens: Klirens atau laju eliminasi acyclovir dari tubuh meningkat seiring dengan bertambahnya usia bayi. Peningkatan klirens ini terutama disebabkan oleh pematangan fungsi ginjal, yang tercermin dari peningkatan laju filtrasi glomerulus (GFR). Klirens acyclovir juga diketahui berkaitan erat dengan usia postmenstrual (PMA) pada bayi, khususnya bayi prematur. Perubahan dinamis dalam klirens ini menjadi dasar utama mengapa penyesuaian dosis berdasarkan usia, dan lebih spesifik lagi PMA pada bayi prematur, menjadi sangat krusial.
Volume Distribusi dan Penetrasi ke Cairan Serebrospinal (CSF): Volume distribusi acyclovir pada bayi berhubungan dengan berat badan. Acyclovir terdistribusi secara luas ke berbagai jaringan tubuh. Hal yang penting untuk infeksi sistem saraf pusat (SSP) adalah kemampuannya untuk menembus sawar darah otak. Konsentrasi acyclovir di cairan serebrospinal (CSF) dilaporkan mencapai sekitar 30-50% dari konsentrasi yang terukur di plasma. Ini menunjukkan bahwa obat dapat mencapai target organ pada kasus infeksi SSP seperti ensefalitis herpes.
Perlu dicatat bahwa variabilitas farmakokinetik antar-individu pada bayi, terutama neonatus, cenderung lebih besar dibandingkan dengan populasi usia lainnya. Kesulitan dalam melakukan studi farmakokinetik ekstensif pada neonatus karena pertimbangan etis dan praktis dalam pengambilan sampel darah berkontribusi pada pemahaman yang belum sepenuhnya lengkap mengenai variabilitas ini.
Implikasinya, bahkan dengan panduan dosis yang didasarkan pada usia atau berat badan, respons klinis dan potensi toksisitas dapat berbeda antar bayi. Oleh karena itu, pendekatan dosis yang lebih individual dan pemantauan klinis yang ketat menjadi sangat penting.
Hubungan sebab-akibat yang jelas terlihat antara pematangan fungsi ginjal yang cepat pada neonatus (peningkatan GFR) dengan peningkatan klirens acyclovir dan pemendekan waktu paruh obat. Dinamika fisiologis inilah yang mendasari perlunya penyesuaian dosis yang berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Acyclovir diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex (HSV) dan Varicella-Zoster (VZV) pada bayi. Dokter Umum perlu mengenali manifestasi klinis dari infeksi-infeksi ini untuk dapat mempertimbangkan pemberian acyclovir secara tepat.
Infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) Neonatal:
Ini merupakan indikasi utama penggunaan acyclovir pada neonatus. Infeksi HSV neonatal dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk klinis:
Penyakit Kulit, Mata, Mulut (SEM): Bentuk ini mengenai sekitar 45% kasus HSV neonatal dan biasanya muncul antara usia 5 hingga 11 hari. Lesi vesikular pada kulit, mata, atau mukosa mulut adalah ciri khasnya.
Penyakit Sistem Saraf Pusat (SSP): Melibatkan otak dan sistem saraf, terjadi pada sekitar 30% kasus. Presentasi klinisnya seringkali antara usia 8 hingga 17 hari dan dapat bersifat non-spesifik, seperti demam, letargi, iritabilitas, atau kejang. Penting untuk dicatat bahwa hingga 40% neonatus dengan penyakit HSV SSP atau penyakit diseminata tidak menunjukkan adanya lesi kulit yang khas. Hal ini menjadi tantangan diagnostik bagi Dokter Umum, yang harus waspada terhadap gejala non-spesifik pada neonatus yang berpotensi merupakan manifestasi HSV SSP.
Penyakit Diseminata: Merupakan bentuk infeksi HSV yang paling berat, melibatkan banyak organ tubuh seperti hati, paru-paru, dan kelenjar adrenal, selain kulit dan SSP. Penyakit diseminata memiliki risiko mortalitas yang tinggi.
Infeksi Varicella-Zoster Virus (VZV):
Varisela (Cacar Air) Neonatal atau pada Bayi: Infeksi VZV primer pada periode neonatal dapat menyebabkan penyakit sistemik yang mengancam jiwa, terutama dalam dua minggu pertama kehidupan. Acyclovir direkomendasikan untuk pengobatan VZV neonatal atau varisela berat pada bayi.
Gambar 1. Vesicular rash dengan beberapa lesi krusta
Penggunaan Empiris Acyclovir:
Penggunaan acyclovir secara empiris, yaitu pemberian sebelum adanya konfirmasi diagnostik, seringkali didorong oleh presentasi klinis infeksi HSV yang non-spesifik pada bayi dan tingginya risiko luaran yang buruk jika terapi ditunda. Namun, data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil (sekitar 8%) dari kasus yang dicurigai dan mendapat terapi empiris yang kemudian terbukti benar-benar terinfeksi HSV.
Di sisi lain, studi menunjukkan bahwa keterlambatan dalam memulai terapi acyclovir pada neonatus yang terkonfirmasi menderita infeksi HSV berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas di rumah sakit. Temuan ini mendukung pertimbangan penggunaan terapi empiris pada neonatus yang sedang menjalani pemeriksaan untuk dugaan infeksi HSV, terutama jika kondisi klinisnya berat.
Situasi ini menyoroti dilema klinis yang sering dihadapi. Tekanan untuk memberikan terapi empiris karena konsekuensi yang berat jika terjadi penundaan harus diimbangi dengan upaya diagnostik yang cermat untuk menghindari pengobatan yang berlebihan dan tidak perlu.
Ini menuntut Dokter Umum untuk memiliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap HSV pada bayi dengan presentasi klinis yang sesuai (misalnya, neonatus dengan demam tanpa sumber yang jelas, kejang, atau lesi vesikular), mempertimbangkan untuk memulai terapi acyclovir empiris dengan segera (terutama jika bayi tampak sakit berat atau memiliki faktor risiko), namun secara paralel melakukan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan (seperti PCR HSV dari lesi kulit, darah, atau cairan serebrospinal, sesuai indikasi).
Jika hasil tes diagnostik negatif dan terdapat diagnosis alternatif yang lebih mungkin, maka terapi acyclovir dapat dihentikan. Keseimbangan antara "jangan sampai terlewat" dan "jangan berlebihan" adalah kunci. Lebih jauh lagi, pentingnya edukasi berkelanjutan bagi Dokter Umum mengenai spektrum presentasi HSV neonatal yang luas, termasuk bentuk atipikal atau tanpa lesi kulit, tidak dapat ditekankan lagi, karena hal ini akan meningkatkan kemampuan deteksi dini dan intervensi yang tepat waktu.
Penentuan dosis obat acyclovir pada bayi memerlukan pertimbangan cermat terhadap beberapa faktor untuk memastikan efektivitas terapi sekaligus meminimalkan risiko toksisitas.
Prinsip Umum Penetapan Dosis:
Dosis acyclovir pada populasi bayi harus selalu disesuaikan berdasarkan berat badan. Namun, yang lebih krusial, terutama pada neonatus dan bayi prematur, adalah penyesuaian dosis berdasarkan usia postmenstrual (PMA). Hal ini dikarenakan klirens atau laju eliminasi acyclovir dari tubuh sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas fungsi ginjal, yang berkembang seiring dengan peningkatan PMA. Prinsip ini merupakan pilar utama dalam menentukan dosis yang tepat.
Dosis Intravena (IV) untuk Infeksi HSV Neonatal:
Untuk infeksi HSV neonatal, rute intravena adalah pilihan utama untuk terapi awal.
Dosis Standar: Dosis yang direkomendasikan secara luas dan didukung oleh berbagai panduan klinis, termasuk American Academy of Pediatrics, adalah 20 mg/kg berat badan per dosis, diberikan secara intravena setiap 8 jam (total dosis harian 60 mg/kg/hari). Dosis yang lebih tinggi ini terbukti menghasilkan angka mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah yang digunakan sebelumnya (misalnya, 10 mg/kg setiap 8 jam, yang merupakan dosis yang tertera pada label FDA namun kini dianggap kurang optimal untuk infeksi HSV neonatal berat).
Durasi Terapi HSV Neonatal (IV): Durasi terapi bervariasi tergantung pada jenis manifestasi klinis HSV: 14 hari untuk penyakit yang terbatas pada kulit, mata, dan mulut (SEM); dan 21 hari untuk penyakit yang melibatkan sistem saraf pusat (SSP) atau penyakit diseminata.
Dosis Oral Acyclovir pada Bayi:
Terapi Akut (Kurang Umum untuk Neonatus dibandingkan IV): Penggunaan acyclovir oral untuk terapi akut pada anak di bawah usia 2 tahun, khususnya neonatus, lebih terbatas. Hal ini disebabkan oleh data farmakokinetik yang belum selengkap rute IV dan bioavailabilitas oral yang relatif rendah dan variabel. Sebuah studi farmakokinetik mengevaluasi pemberian dosis oral 24 mg/kg setiap 8 jam untuk bayi berusia kurang dari 1 bulan, dan 24 mg/kg setiap 6 jam (q.i.d) untuk bayi berusia 1 bulan hingga 2 tahun. Dosis ini tampak adekuat untuk mencapai target konsentrasi terapeutik untuk HSV. Namun, untuk infeksi VZV pada anak di atas 3 bulan, dosis tersebut mungkin memerlukan peningkatan hingga dua kali lipat. Terdapat juga rekomendasi dosis oral yang lebih lama pada neonatus sebesar 100 mg empat kali sehari untuk infeksi HSV , namun perlu dicatat bahwa rute IV tetap menjadi standar untuk terapi akut HSV neonatal karena kebutuhan akan konsentrasi obat yang cepat dan dapat diandalkan.
Terapi Supresif Oral HSV (setelah terapi IV awal): Acyclovir oral memiliki peran penting sebagai terapi supresif setelah pemberian terapi IV awal selesai, terutama pada bayi dengan riwayat infeksi HSV SSP atau penyakit diseminata. Tujuan terapi supresif adalah untuk mengurangi frekuensi kekambuhan penyakit dan memperbaiki luaran neurologis jangka panjang. Dosis yang umum dipelajari dan direkomendasikan untuk terapi supresif adalah 300 mg/m² luas permukaan tubuh per dosis, diberikan tiga kali sehari selama 6 bulan. Studi lain menunjukkan penggunaan dosis rata-rata 1340 mg/m²/dosis setiap 12 jam untuk mencapai target konsentrasi plasma acyclovir ≥ 2 mcg/mL, tanpa adanya toksisitas yang teramati pada kelompok studi tersebut. Pemberian terapi supresif ini biasanya diinisiasi oleh dokter spesialis anak setelah fase akut teratasi, dan Dokter Umum mungkin terlibat dalam pemantauan jangka panjang pasien.
Dosis untuk Infeksi Varicella-Zoster Virus (VZV):
IV Acyclovir untuk Varisela Neonatal Berat: Pada kasus varisela (cacar air) yang berat pada neonatus, dosis acyclovir intravena yang direkomendasikan adalah 20 mg/kg berat badan setiap 8 jam, selama 7 hingga 10 hari.
Oral Acyclovir untuk Varisela Neonatal (jika IV tidak memungkinkan) atau Bayi Imunokompeten: Jika akses intravena tidak dapat diperoleh atau pada kasus varisela yang lebih ringan pada bayi imunokompeten, acyclovir oral dapat dipertimbangkan. Dosis yang disarankan adalah 900 mg/m²/hari (atau setara dengan 60 mg/kg/hari) yang dibagi dalam beberapa dosis (misalnya, setiap 8 jam atau setiap 6 jam). Rekomendasi lain menyebutkan dosis oral untuk neonatus sebesar 200 mg empat kali sehari (atau 20 mg/kg empat kali sehari, dengan total dosis harian tidak melebihi 800 mg). Untuk anak berusia di atas 3 bulan, studi farmakokinetik mengindikasikan bahwa dosis 24 mg/kg empat kali sehari mungkin kurang adekuat untuk VZV, dan dosis ganda (48 mg/kg empat kali sehari) mungkin diperlukan untuk mencapai efikasi maksimal.
Penyesuaian Dosis Khusus:
Pada Bayi Prematur: Dosis acyclovir pada bayi prematur harus disesuaikan secara cermat berdasarkan Usia Postmenstrual (PMA), karena klirens obat sangat bergantung pada tingkat maturitas fungsi ginjal. Rekomendasi dosis intravena berbasis PMA meliputi :
Bayi dengan PMA <30 minggu: 20 mg/kg IV setiap 12 jam.
Bayi dengan PMA 30 hingga <36 minggu: 20 mg/kg IV setiap 8 jam.
Bayi dengan PMA 36–41 minggu: 20 mg/kg IV setiap 6 jam (atau setiap 8 jam, tergantung pada sumber dan target konsentrasi yang diinginkan). Penyesuaian ini sangat krusial untuk menghindari akumulasi obat dan potensi toksisitas pada populasi bayi prematur yang rentan.
Pada Bayi dengan Gangguan Fungsi Ginjal: Acyclovir diekskresikan terutama melalui ginjal. Oleh karena itu, pada bayi dengan gangguan fungsi ginjal, dosis perlu dikurangi untuk mencegah akumulasi obat. Penyesuaian dosis umumnya didasarkan pada estimasi laju klirens kreatinin (CrCl) :
CrCl 25-50 mL/menit/1.73m²: dosis standar diberikan setiap 12 jam.
CrCl 10-25 mL/menit/1.73m²: dosis standar diberikan setiap 24 jam.
CrCl 0-10 mL/menit/1.73m² (anurik): separuh dari dosis standar diberikan setiap 24 jam. Dokter Umum harus selalu melakukan penilaian fungsi ginjal sebelum memulai terapi acyclovir dan menyesuaikan dosis jika terdeteksi adanya gangguan.
Kompleksitas dalam penetapan dosis acyclovir pada bayi, dengan adanya berbagai rekomendasi (misalnya, perbedaan antara dosis yang tertera pada label FDA dengan rekomendasi dari American Academy of Pediatrics, serta variasi dosis oral yang dilaporkan), menekankan pentingnya bagi Dokter Umum untuk selalu merujuk pada panduan klinis terbaru dan/atau berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau ahli farmakologi klinis jika terdapat keraguan.
Konsultasi ini menjadi sangat penting terutama dalam penanganan kasus-kasus kompleks seperti bayi dengan prematuritas ekstrim atau kondisi gagal ginjal berat. Kesadaran akan kompleksitas ini dan kesediaan untuk mencari panduan ahli merupakan kunci untuk praktik klinis yang aman dan efektif.
Tabel 1: Ringkasan Rekomendasi Dosis Obat Acyclovir pada Bayi untuk Dokter Umum
Indikasi | Rute Pemberian | Dosis per kg atau per m² | Frekuensi | Durasi Terapi | Catatan Khusus |
HSV Neonatal SEM | IV | 20 mg/kg | Setiap 8 jam | 14 hari | Pertimbangkan penyesuaian berdasarkan PMA pada prematur dan fungsi ginjal. |
HSV Neonatal SSP/Diseminata | IV | 20 mg/kg | Setiap 8 jam | 21 hari | Pertimbangkan penyesuaian berdasarkan PMA pada prematur dan fungsi ginjal. |
Terapi Supresif Oral HSV (post-IV) | Oral | 300 mg/m² | 3 kali sehari | 6 bulan | Diinisiasi setelah terapi IV selesai; pantau kepatuhan dan potensi efek samping jangka panjang. |
VZV Neonatal Berat (Varisela) | IV | 20 mg/kg | Setiap 8 jam | 7-10 hari | Pertimbangkan penyesuaian berdasarkan PMA pada prematur dan fungsi ginjal. |
VZV Oral (jika IV tidak memungkinkan) | Oral | 60 mg/kg/hari atau 900 mg/m²/hari (terbagi) | Setiap 6-8 jam | 5-7 hari | Dosis dapat bervariasi; untuk anak >3 bulan, dosis lebih tinggi (hingga 48 mg/kg q.i.d) mungkin diperlukan. |
Penyesuaian pada Bayi Prematur (IV) | IV | 20 mg/kg | Sesuai Indikasi | <30 mgg PMA: q12jam; 30-<36 mgg PMA: q8jam; 36-41 mgg PMA: q6-8jam. | |
Penyesuaian pada Gangguan Ginjal (IV) | IV | Dosis standar disesuaikan | Sesuai Indikasi | CrCl 25-50: q12jam; CrCl 10-25: q24jam; CrCl <10: ½ dosis q24jam. |
Catatan: Tabel ini adalah ringkasan dan panduan umum. Selalu rujuk pada panduan klinis terbaru dan pertimbangkan kondisi klinis individual pasien. Konsultasikan dengan spesialis jika diperlukan.
Bukti ilmiah secara konsisten menunjukkan bahwa acyclovir efektif dalam pengobatan infeksi HSV dan VZV pada populasi bayi, meskipun luaran klinis juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti waktu diagnosis dan intervensi.
Efektivitas pada HSV Neonatal:
Pemberian terapi acyclovir, terutama dengan dosis tinggi intravena (60 mg/kg/hari), telah terbukti secara signifikan mengurangi angka mortalitas pada kasus HSV neonatal dengan manifestasi diseminata dan keterlibatan sistem saraf pusat (SSP). Perbaikan ini menegaskan peran vital acyclovir dalam menyelamatkan nyawa bayi yang terinfeksi.
Lebih lanjut, terapi supresif menggunakan acyclovir oral setelah menyelesaikan regimen terapi IV awal pada bayi dengan riwayat HSV SSP atau penyakit diseminata menunjukkan manfaat jangka panjang. Terapi supresif ini terbukti dapat memperbaiki luaran neurodevelopmental dan mengurangi frekuensi kekambuhan lesi kulit. Hal ini mengindikasikan bahwa acyclovir tidak hanya berperan dalam fase akut infeksi tetapi juga dalam memitigasi konsekuensi jangka panjangnya.
Efektivitas pada VZV (Varisela/Cacar Air) pada Anak Sehat (termasuk bayi jika relevan):
Pada anak-anak yang secara umum sehat dan menderita varisela, pemberian acyclovir dapat memberikan beberapa manfaat. Studi menunjukkan bahwa acyclovir dapat mengurangi durasi demam rata-rata sekitar 1,1 hari dan menurunkan jumlah maksimal lesi kulit yang muncul. Namun, efeknya terhadap pengurangan rasa gatal dan percepatan waktu hingga tidak ada lesi baru yang muncul dilaporkan kurang meyakinkan atau tidak signifikan secara statistik.
Meskipun manfaatnya pada anak sehat dengan varisela ringan mungkin terbatas, pada neonatus atau bayi dengan kondisi medis tertentu atau dengan manifestasi varisela yang berat, potensi manfaat acyclovir bisa jadi lebih signifikan.
Meskipun acyclovir menunjukkan efektivitas yang jelas, penting untuk menyadari bahwa luaran neurologis pada bayi yang selamat dari infeksi HSV neonatal, terutama bentuk SSP dan diseminata, masih seringkali kurang optimal dan dapat menyisakan sekuele jangka panjang. Kenyataan ini menggarisbawahi betapa krusialnya diagnosis dini dan inisiasi terapi acyclovir SESEGERA MUNGKIN.
Efektivitas acyclovir sangat bergantung pada waktu intervensi; semakin cepat terapi dimulai, semakin besar potensi untuk luaran klinis yang lebih baik. Mengingat bahwa sekuele neurologis yang parah masih dilaporkan meskipun dengan terapi acyclovir, termasuk terapi supresif , hal ini membuka ruang untuk pertimbangan bahwa acyclovir saja mungkin tidak cukup untuk sepenuhnya mencegah kerusakan neurologis pada kasus-kasus yang sangat berat.
Kondisi ini mengisyaratkan perlunya penelitian lebih lanjut di masa depan untuk mengeksplorasi strategi neuroprotektif tambahan yang dapat diberikan bersamaan dengan acyclovir pada kasus HSV neonatal berat.
Meskipun acyclovir merupakan antivirus yang penting, pemahaman mengenai profil keamanannya pada populasi bayi sangatlah esensial.
Profil Keamanan Umum:
Acyclovir umumnya dianggap sebagai obat yang relatif aman, bahkan pada dosis tinggi yang direkomendasikan untuk pengobatan infeksi pada neonatus. Namun, seperti halnya semua obat, efek samping dapat terjadi. Penting untuk dicatat bahwa banyak efek samping yang dilaporkan pada bayi yang menerima acyclovir mungkin juga berkaitan dengan manifestasi dari infeksi virus yang mendasarinya, bukan semata-mata akibat obat.
Efek Samping Spesifik yang Perlu Diwaspadai:
Nefrotoksisitas (Gangguan Fungsi Ginjal):
Potensi efek samping ini dapat terjadi akibat presipitasi atau pengendapan kristal acyclovir di dalam tubulus ginjal. Risiko nefrotoksisitas meningkat pada kondisi dehidrasi, pemberian dosis obat yang sangat tinggi, atau pada bayi yang sudah memiliki gangguan fungsi ginjal sebelumnya. Insidensi nefrotoksisitas bervariasi antar studi; sebuah studi audit besar melaporkan kejadian sekitar 0,5% pada penggunaan acyclovir IV , sementara studi lain yang melibatkan bayi yang menerima dosis tinggi IV melaporkan adanya peningkatan kadar kreatinin pada 2% bayi, meskipun tidak ada kasus yang berkembang menjadi gagal ginjal yang memerlukan dialisis.
Pencegahan & Pemantauan: Memastikan hidrasi yang adekuat pada bayi selama terapi acyclovir adalah langkah pencegahan yang sangat penting. Pemantauan fungsi ginjal melalui pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin serum, serta observasi jumlah output urin, perlu dilakukan secara berkala.
Neurotoksisitas (Gangguan Sistem Saraf):
Efek samping neurologis dapat bermanifestasi sebagai letargi, tremor, gerakan involunter, atau bahkan kejang. Dalam sebuah studi, kejang dilaporkan terjadi pada sekitar 9% bayi yang menerima acyclovir IV dosis tinggi, namun perlu dipertimbangkan bahwa kejang juga bisa merupakan manifestasi dari penyakit HSV SSP itu sendiri. Risiko neurotoksisitas cenderung lebih tinggi pada bayi dengan gangguan fungsi ginjal karena potensi akumulasi obat.
Pemantauan: Observasi ketat terhadap status neurologis bayi, termasuk tingkat kesadaran dan ada tidaknya gerakan abnormal, sangat diperlukan.
Gangguan Hematologi (Darah):
Beberapa gangguan hematologi yang dapat terjadi meliputi neutropenia (penurunan jumlah neutrofil), terutama pada pemberian acyclovir IV dosis tinggi (60 mg/kg/hari) pada neonatus, trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), dan leukopenia (penurunan jumlah sel darah putih secara umum). Trombositopenia dilaporkan sebagai efek samping laboratorium yang paling sering terjadi (mengenai 25% bayi) dalam satu studi yang menggunakan acyclovir dosis tinggi.
Pemantauan: Pemeriksaan hitung darah lengkap (CBC) secara berkala dianjurkan selama terapi acyclovir.
Gangguan Elektrolit:
Perubahan kadar elektrolit serum seperti hiperkalemia (peningkatan kalium, dilaporkan pada 17% kasus), hipernatremia (peningkatan natrium, 7%), hiponatremia (penurunan natrium, 4%), dan hipokalemia (penurunan kalium, 6%) telah dilaporkan pada bayi yang menerima acyclovir IV dosis tinggi. Umumnya, gangguan elektrolit ini bersifat ringan hingga sedang dan tidak berat.
Pemantauan: Pemantauan kadar elektrolit serum direkomendasikan, terutama pada bayi yang sakit kritis, menerima cairan intravena dalam jumlah besar, atau memiliki gangguan fungsi ginjal.
Reaksi Lokal pada Tempat Infus: Ekstravasasi atau keluarnya obat dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pada saat pemberian IV dapat menyebabkan iritasi atau bahkan cedera jaringan. Kejadian ini dilaporkan sekitar 2% dalam sebuah studi audit.
Pemantauan yang ketat dan proaktif terhadap fungsi ginjal, status neurologis, dan parameter hitung darah merupakan kunci utama untuk meminimalkan risiko dan menangani potensi efek samping acyclovir secara dini pada populasi bayi yang rentan.
Mengingat kerentanan mereka, deteksi dini melalui pemantauan teratur memungkinkan dilakukannya intervensi yang cepat dan tepat, seperti penyesuaian dosis, peningkatan hidrasi, atau jika diperlukan, penghentian obat sebelum efek samping berkembang menjadi lebih parah.
Tabel 2: Potensi Efek Samping Acyclovir pada Bayi dan Poin Pemantauan Kunci untuk Dokter Umum
Sistem Organ Terdampak | Efek Samping Spesifik | Gejala/Tanda Klinis yang Perlu Diwaspadai | Parameter Laboratorium untuk Dipantau | Frekuensi Pemantauan/Tindakan Pencegahan |
Ginjal | Nefrotoksisitas, presipitasi kristal | Penurunan output urin, peningkatan kreatinin, hematuria | Ureum, Kreatinin, Urinalisis | Pastikan hidrasi adekuat. Pantau fungsi ginjal sebelum dan selama terapi (misalnya, setiap beberapa hari). |
Sistem Saraf | Neurotoksisitas (letargi, tremor, kejang, iritabilitas) | Perubahan tingkat kesadaran, gerakan abnormal, kejang, iritabilitas | - | Observasi status neurologis secara ketat. Waspada pada bayi dengan gangguan ginjal. |
Hematologi | Neutropenia, Trombositopenia, Leukopenia | Tanda-tanda infeksi (pada neutropenia), perdarahan, petekie | Hitung Darah Lengkap (CBC) | Pantau CBC secara berkala (misalnya, mingguan atau lebih sering jika ada indikasi). |
Elektrolit | Hiperkalemia, Hipokalemia, Hipernatremia, Hiponatremia | Kelemahan otot, aritmia (jarang), perubahan status mental | Elektrolit Serum (Na, K, Cl) | Pantau elektrolit, terutama pada bayi sakit kritis atau dengan gangguan ginjal. |
Lain-lain | Reaksi lokal (ekstravasasi), gangguan pencernaan | Nyeri, kemerahan, bengkak di lokasi infus; mual, muntah, diare (oral) | - | Pastikan pemasangan infus IV yang baik. Observasi toleransi pemberian oral. |
Catatan: Tabel ini adalah panduan umum. Frekuensi pemantauan dapat disesuaikan berdasarkan kondisi klinis pasien dan lamanya terapi.
Acyclovir merupakan antivirus yang esensial dan terbukti efektif dalam penatalaksanaan infeksi HSV dan VZV pada populasi bayi. Efektivitasnya akan optimal jika diberikan secara dini dengan penetapan dosis obat acyclovir pada bayi yang tepat dan akurat.
Poin Kunci Terkait Dosis:
Penting untuk selalu ditekankan kembali bahwa penyesuaian dosis acyclovir pada bayi harus didasarkan pada berat badan, usia postmenstrual (PMA) terutama untuk bayi prematur, dan status fungsi ginjal pasien. Rujuk kembali ke tabel dosis yang telah disajikan sebagai panduan praktis.
Poin Kunci Terkait Keamanan:
Perlunya memastikan hidrasi yang adekuat selama terapi dan melakukan pemantauan yang cermat terhadap potensi efek samping, khususnya nefrotoksisitas, neurotoksisitas, dan gangguan hematologi, tidak dapat diabaikan.
Pesan Praktis untuk Dokter Umum:
Pertahankan indeks kecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan infeksi HSV atau VZV pada bayi yang datang dengan presentasi klinis yang sesuai, bahkan jika gejalanya non-spesifik.
Jangan menunda pemberian terapi acyclovir intravena pada kasus yang dicurigai berat atau memiliki kecurigaan tinggi sebagai HSV neonatal, sambil menunggu hasil konfirmasi diagnostik. Waktu adalah faktor krusial.
Selalu pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak, ahli penyakit infeksi anak, atau ahli farmakologi klinis jika terdapat keraguan mengenai diagnosis, penentuan dosis, atau manajemen komplikasi, terutama pada kasus-kasus yang kompleks seperti bayi sangat prematur atau dengan disfungsi organ multipel.
Berikan edukasi yang jelas kepada orang tua mengenai pentingnya terapi acyclovir, cara pemberian (jika dilanjutkan oral di rumah), potensi efek samping yang mungkin timbul, dan kapan harus segera mencari pertolongan medis.
Sebagai penutup, perlu disadari adanya kebutuhan akan pedoman nasional atau lokal yang mudah diakses dan terus diperbarui mengenai penggunaan acyclovir pada populasi bayi. Pedoman semacam ini dapat membantu dalam standarisasi praktik klinis, meningkatkan luaran pasien, dan meminimalkan risiko, terutama di tingkat layanan primer.
Upaya ini juga dapat membantu mengurangi penggunaan terapi empiris yang tidak perlu, sambil memastikan bahwa bayi yang benar-benar membutuhkan terapi antivirus ini mendapatkannya secara cepat dan tepat.
Neonatal Herpes Simplex Viral Infections and Acyclovir: An Update ..., accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5410863/
Neonatal Varicella, Treated With Oral Acyclovir: A Rare and ..., accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11605249/
The Use of Antiviral Drugs During the Neonatal Period - PMC, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3290126/
The use of antiviral drugs during the neonatal period - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22341538/
Pharmacokinetics of Oral Acyclovir in Neonates and in Infants: a Population Analysis - PMC, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC90253/
Population Pharmacokinetics of Intravenous Acyclovir in Preterm and Term Infants - PMC, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3904301/
Safety of High-Dose Acyclovir in Infants with Suspected and Confirmed Neonatal Herpes Simplex Virus Infections - PubMed Central, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5348260/
Population pharmacokinetics of intravenous acyclovir in preterm and term infants - PubMed, accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24346595/
Delayed Acyclovir Therapy and Death Among Neonates With Herpes Simplex Virus Infection - PMC - PubMed Central, accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3387895/
1640. Acyclovir use in infants and children (0-18 years) in Pediatric ..., accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10678191/
Dosing considerations for oral acyclovir following neonatal herpes ..., accessed May 10, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7734861/
Population pharmacokinetics and dose rationale for aciclovir in term ..., accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11110484/
Acyclovir for treating varicella in otherwise healthy children and ..., accessed May 10, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8407192/