23 Jul 2025 • mata
Perdarahan subkonjungtiva (PS) didefinisikan sebagai akumulasi darah yang terjadi di antara konjungtiva bulbi (selaput bening yang melapisi bagian putih mata) dan sklera (bagian putih mata) atau episklera, akibat pecahnya pembuluh darah kecil di permukaan mata. Darah ini secara spesifik berada di bawah Kapsula Tenon, sebuah lapisan jaringan ikat tipis yang membungkus mata.
Kondisi ini merupakan salah satu keluhan mata merah yang paling umum dijumpai di unit gawat darurat dan klinik rawat jalan. Meskipun penampilannya seringkali dramatis dan dapat menimbulkan kekhawatiran signifikan pada pasien, PS umumnya bersifat jinak dan tidak berbahaya.
Secara epidemiologis, PS dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk pada bayi baru lahir sebagai akibat dari trauma selama proses persalinan. Frekuensinya cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada individu lanjut usia yang memiliki kelainan vaskular penyerta, seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Sebuah studi yang dilakukan di India menunjukkan bahwa insidensi perdarahan subkonjungtiva non-traumatik (NTSH) adalah sekitar 3.07 kasus per 1000 pasien yang mengunjungi poliklinik rawat jalan. Penampilan PS yang seringkali berupa bercak merah terang dan luas pada mata dapat sangat mengejutkan pasien, menimbulkan persepsi bahwa telah terjadi sesuatu yang serius. Namun, kenyataannya, kondisi ini seringkali tidak sebanding dengan tingkat bahayanya.
Disparitas antara persepsi pasien yang mungkin panik dan realitas klinis yang umumnya jinak ini menempatkan dokter umum pada peran yang krusial. Dokter umum menjadi garda terdepan dalam memberikan reassurance atau penenangan kepada pasien, menjelaskan sifat kondisi ini, dan meredakan kecemasan yang tidak perlu.
Lebih lanjut, meskipun PS seringkali bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya), kemunculannya pada pasien lanjut usia, terutama jika terjadi secara berulang, harus meningkatkan kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan adanya kondisi sistemik yang belum terdiagnosis atau belum terkontrol dengan baik, misalnya hipertensi. Dalam hal ini, PS dapat berfungsi sebagai "penanda" visual awal yang mendorong pemeriksaan lebih lanjut.
Perdarahan subkonjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari yang ringan dan spontan hingga yang berkaitan dengan kondisi sistemik serius.
Idiopatik/Spontan: Ini merupakan penyebab paling umum. Seringkali, tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas mengapa pembuluh darah kecil di konjungtiva pecah.
Trauma:
Trauma lokal ringan, seperti menggosok mata terlalu keras atau kemasukan benda asing kecil, dapat memicu perdarahan.
Trauma lahir sering terjadi pada neonatus akibat peningkatan tekanan intratoraks selama proses persalinan, terutama pada persalinan yang dibantu vakum atau persalinan yang berlangsung lama dan sulit.
Trauma okular signifikan, seperti pukulan langsung pada mata atau cedera tembus, harus selalu diwaspadai karena PS bisa menjadi salah satu manifestasinya. Penting untuk mengeksklusi cedera intraokular yang lebih serius.
Peningkatan Tekanan Vena Sesaat (Manuver Valsalva): Aktivitas yang meningkatkan tekanan di dalam rongga dada dan kepala secara tiba-tiba dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah konjungtiva. Contohnya termasuk batuk yang sangat keras, bersin hebat, muntah, mengejan saat buang air besar, atau mengangkat beban berat. Anamnesis yang cermat mengenai aktivitas terakhir pasien sebelum PS muncul seringkali dapat dengan cepat mengarahkan diagnosis ke manuver Valsalva sebagai penyebab, sehingga mengurangi kebutuhan akan investigasi lebih lanjut yang tidak perlu pada kasus-kasus yang jelas polanya.
Kondisi Sistemik:
Hipertensi: Merupakan faktor risiko yang sering diidentifikasi, terutama pada populasi lanjut usia. Tekanan darah yang tinggi dapat membuat pembuluh darah lebih rapuh.
Diabetes Melitus: Dapat menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah kecil (mikroangiopati).
Gangguan Koagulasi atau Kelainan Darah: Termasuk kondisi seperti trombositopenia (jumlah trombosit rendah), hemofilia, leukemia, dan anemia berat.
Penyakit vaskular lainnya juga dapat berkontribusi.
Penggunaan Obat-obatan:
Antikoagulan: Obat-obatan pengencer darah seperti warfarin.
Antiplatelet: Obat-obatan yang mencegah agregasi trombosit seperti aspirin dan clopidogrel. Pada pasien yang menggunakan antikoagulan atau antiplatelet, kemunculan PS bisa menjadi indikasi bahwa dosis obat mungkin terlalu tinggi, ada interaksi dengan obat lain, atau kepatuhan pasien perlu dievaluasi. Hal ini memerlukan kolaborasi erat antara dokter umum dengan dokter yang meresepkan obat tersebut untuk penyesuaian terapi jika diperlukan.
Kondisi Okular Lain:
Konjungtivochalasis: Kondisi di mana konjungtiva menjadi longgar dan berlipat-lipat, sehingga lebih rentan terhadap gesekan dan perdarahan.
Jarang: Tumor pada kelenjar lakrimal, tumor vaskular, malformasi arteriovenosa, atau limfangioma juga dapat menyebabkan PS.
Lain-lain:
Menstruasi Vicarious Okular: Suatu kondisi yang sangat jarang di mana terjadi perdarahan subkonjungtiva siklik yang berkaitan dengan siklus menstruasi.
Untuk membantu dokter umum dalam mengidentifikasi potensi penyebab, tabel berikut merangkum etiologi umum dan faktor risiko perdarahan subkonjungtiva.
Tabel 1: Etiologi Umum dan Faktor Risiko Perdarahan Subkonjungtiva
Kategori Penyebab | Contoh Spesifik |
Idiopatik/Spontan | Tidak ada penyebab jelas |
Trauma | Menggosok mata, trauma lahir, pukulan pada mata, benda asing |
Manuver Valsalva | Batuk keras, bersin, muntah, mengejan, mengangkat beban berat |
Kondisi Sistemik | Hipertensi, Diabetes Melitus, Gangguan Koagulasi (Leukemia, Anemia), Penyakit Hati |
Obat-obatan | Antikoagulan (Warfarin), Antiplatelet (Aspirin, Clopidogrel), NSAID jangka panjang |
Kondisi Okular Lain | Konjungtivochalasis, Tumor Konjungtiva/Orbita (jarang) |
Lain-lain | Menstruasi Vicarious Okular (sangat jarang) |
Tabel ini sangat berharga karena menyajikan ringkasan etiologi yang beragam secara terstruktur. Bagi dokter umum yang memiliki waktu konsultasi terbatas, tabel ini memungkinkan identifikasi cepat potensi penyebab berdasarkan profil pasien dan anamnesis, membantu dalam mengarahkan pemeriksaan lebih lanjut atau memutuskan apakah penenangan sudah cukup.
Dengan banyaknya kemungkinan penyebab PS , dokter umum memerlukan cara cepat untuk mengingat dan mempertimbangkan berbagai etiologi ini. Tabel yang terorganisir memfasilitasi proses diagnosis diferensial dan identifikasi faktor risiko, yang pada akhirnya mendukung keputusan klinis yang lebih efisien dan tepat.
Diagnosis perdarahan subkonjungtiva umumnya dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang khas:
Onset Akut: Perdarahan biasanya muncul secara tiba-tiba, seringkali baru disadari oleh pasien saat bercermin atau diberitahu orang lain. Umumnya terjadi pada satu mata (unilateral), meskipun perdarahan bilateral dapat terjadi, terutama pada neonatus akibat trauma lahir atau pada kasus dengan underlying cause sistemik yang berat.
Tampilan Khas: Pasien datang dengan keluhan mata merah. Pemeriksaan menunjukkan area berwarna merah terang, rata, dan berbatas tegas pada sklera. Warna merah ini disebabkan oleh akumulasi darah di bawah konjungtiva. Darah ini tidak bergerak saat mata digerakkan dan tidak dapat dihapus atau dibersihkan.
Nyeri: Karakteristik penting dari PS adalah umumnya tidak disertai nyeri atau hanya menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman, seperti rasa mengganjal atau penuh pada mata. Adanya nyeri mata yang signifikan merupakan tanda bahaya (red flag) yang mengarahkan kecurigaan pada kondisi lain yang lebih serius.
Visus (Tajam Penglihatan): Pada PS tipikal, tajam penglihatan biasanya tidak terganggu. Penurunan visus yang menyertai mata merah adalah tanda bahaya lain yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Sekret Mata (Discharge): Umumnya tidak ada sekret purulen (nanah). Mungkin terdapat sedikit epifora (mata berair) akibat iritasi ringan pada permukaan mata.
Gambar 1. Subconjunctival Bleeding
Kombinasi klasik dari "mata merah terang yang muncul mendadak, tanpa disertai nyeri signifikan, dan tanpa penurunan tajam penglihatan" sangat sugestif untuk diagnosis perdarahan subkonjungtiva jinak. Pemahaman akan pola klinis ini sangat membantu dokter umum untuk dengan cepat membedakan PS dari kondisi mata merah lain yang berpotensi lebih serius dan memerlukan penanganan segera, seperti uveitis, glaukoma akut, atau keratitis infeksiosa. Pengenalan pola ini penting untuk triase yang efektif dan tepat di layanan primer.
Meskipun PS seringkali jinak, dokter umum perlu melakukan evaluasi sistematis untuk menyingkirkan penyebab serius dan mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin memerlukan intervensi.
Anamnesis Mendalam:
Tanyakan riwayat trauma pada mata atau kepala, bahkan trauma ringan seperti menggosok mata.
Gali aktivitas terakhir yang mungkin memicu manuver Valsalva (batuk, bersin, muntah, mengejan saat buang air besar, mengangkat benda berat).
Identifikasi riwayat penyakit sistemik, terutama hipertensi, diabetes melitus, kelainan darah (misalnya, riwayat mudah memar atau perdarahan lama saat luka), atau penyakit hati. Pertanyaan spesifik tentang riwayat "mudah memar" atau "perdarahan lama saat luka" dapat membantu menyaring kemungkinan gangguan koagulasi yang belum terdiagnosis tanpa harus langsung melakukan tes laboratorium yang mahal pada semua pasien.
Catat riwayat penggunaan obat-obatan, khususnya antikoagulan (misalnya warfarin), antiplatelet (misalnya aspirin, clopidogrel), atau penggunaan NSAID jangka panjang.
Tanyakan riwayat perdarahan subkonjungtiva sebelumnya, termasuk frekuensi dan kemungkinan penyebab jika diketahui.
Evaluasi gejala penyerta seperti nyeri hebat, fotofobia, penurunan visus, demam, atau gejala sistemik lainnya yang mungkin mengarah ke diagnosis banding atau komplikasi.
Pemeriksaan Fisik Umum:
Pengukuran Tekanan Darah: Ini adalah langkah wajib pada semua pasien yang datang dengan perdarahan subkonjungtiva, terutama pada kasus non-traumatik dan pada pasien lanjut usia. Pengukuran tekanan darah pada pasien PS bukan hanya bertujuan untuk mencari etiologi, tetapi juga berfungsi sebagai tindakan skrining oportunistik untuk hipertensi yang mungkin belum terdiagnosis, mengingat prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di masyarakat.
Cari tanda-tanda kelainan perdarahan lain di tubuh, seperti memar (ekimosis) atau bintik-bintik merah kecil (petekie) pada kulit.
Pemeriksaan Mata Sederhana oleh Dokter Umum:
Inspeksi: Perhatikan lokasi perdarahan (nasal, temporal, atau difus), luasnya, dan batasnya. Amati ada tidaknya proptosis (mata menonjol) atau edema palpebra (pembengkakan kelopak mata).
Tajam Penglihatan (Visus): Lakukan pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Snellen chart atau, jika tidak tersedia, dengan metode hitung jari atau persepsi lambaian tangan.
Reaksi Pupil terhadap Cahaya: Periksa kesimetrisan bentuk pupil, serta refleks cahaya langsung dan tidak langsung pada kedua mata.
Gerakan Bola Mata (Extraocular Movements/EOM): Minta pasien menggerakkan bola mata ke segala arah untuk menyingkirkan adanya keterbatasan gerak atau keluhan penglihatan ganda (diplopia).
Pemeriksaan Lapang Pandang Konfrontasi: Dapat dilakukan jika ada kecurigaan defek neurologis atau keluhan gangguan lapang pandang.
Untuk kasus PS tipikal tanpa tanda bahaya lain, pemeriksaan funduskopi rutin oleh dokter umum umumnya tidak diperlukan, kecuali jika ada indikasi spesifik seperti penurunan visus yang tidak dapat dijelaskan.
Pada sebagian besar kasus, perdarahan subkonjungtiva tidak memerlukan pengobatan spesifik dan akan sembuh dengan sendirinya. Tatalaksana utama bersifat suportif dan konservatif:
Reassurance (Penenangan Pasien): Ini adalah komponen terpenting dalam tatalaksana PS. Dokter umum harus menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi ini, meskipun terlihat mengkhawatirkan, umumnya tidak berbahaya, tidak akan mengganggu penglihatan (pada kasus tipikal), dan akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu. Penekanan pada reassurance sebagai "terapi" utama menggarisbawahi pentingnya keterampilan komunikasi dokter umum. Kemampuan menjelaskan kondisi dengan bahasa yang mudah dipahami dan menenangkan pasien dapat secara signifikan mengurangi kecemasan dan mencegah kunjungan berulang yang tidak perlu.
Observasi: Pasien dianjurkan untuk mengobservasi kondisi matanya. Perdarahan biasanya akan mulai diserap dan menghilang dalam waktu 1 hingga 3 minggu tanpa intervensi medis khusus.
Kompres Dingin: Pemberian kompres dingin (misalnya, dengan kain bersih yang dibasahi air dingin atau ice pack yang dibungkus handuk tipis) dapat dipertimbangkan pada fase akut, yaitu sekitar 24-48 jam pertama setelah perdarahan muncul. Tujuannya adalah untuk membantu vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) sehingga dapat mengurangi perluasan area perdarahan dan memberikan rasa nyaman pada pasien. Meskipun tidak ada bukti kuat dari literatur PubMed yang secara spesifik meneliti efektivitas kompres dingin untuk PS, ini merupakan praktik umum yang dianggap aman dan dapat memberikan sedikit kelegaan.
Air Mata Buatan (Artificial Tears): Jika pasien mengeluhkan adanya mata kering, iritasi ringan, atau sensasi mengganjal yang menyertai PS, penggunaan air mata buatan dapat dipertimbangkan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan lubrikasi dan meningkatkan kenyamanan permukaan mata, bukan untuk menghentikan atau mempercepat resolusi perdarahannya.
Seringkali pasien atau bahkan tenaga medis mencari "obat" untuk perdarahan subkonjungtiva dengan harapan dapat menghentikan perdarahan atau mempercepat penyembuhannya. Penting untuk memberikan klarifikasi yang tepat mengenai hal ini:
Tidak Ada Obat Spesifik untuk Menghentikan Perdarahan PS Idiopatik: Perlu ditekankan bahwa hingga saat ini, tidak ada obat tetes mata atau obat oral yang terbukti secara ilmiah efektif untuk menghentikan perdarahan subkonjungtiva yang sudah terjadi atau mempercepat proses penyerapannya, terutama untuk kasus-kasus yang bersifat idiopatik atau disebabkan oleh manuver Valsalva ringan. Tubuh akan menyerap darah tersebut secara alami seiring waktu.
Fokus Tatalaksana pada Penyebab Dasar (Jika Ada): Apabila perdarahan subkonjungtiva disebabkan oleh kondisi sistemik yang mendasari (seperti hipertensi atau gangguan koagulasi) atau merupakan efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu, maka fokus tatalaksana adalah pada pengelolaan kondisi atau penyesuaian obat tersebut. Contoh:
Kontrol Tekanan Darah: Pada pasien dengan hipertensi, upaya optimalisasi kontrol tekanan darah menjadi sangat penting, tidak hanya untuk mencegah PS berulang tetapi juga untuk kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.
Penyesuaian Dosis Antikoagulan/Antiplatelet: Jika pasien menggunakan obat antikoagulan (misalnya warfarin) dan nilai INR (International Normalized Ratio) terlalu tinggi, atau jika ada indikasi klinis lain, penyesuaian dosis atau penggantian obat mungkin diperlukan. Keputusan ini harus dibuat melalui kolaborasi dengan dokter yang merawat kondisi primer pasien tersebut (misalnya, dokter spesialis jantung atau penyakit dalam).
Air Mata Buatan (Artificial Tears) untuk Gejala Iritasi:
Indikasi: Diberikan jika pasien mengeluhkan gejala iritasi seperti sensasi benda asing, mata terasa kering, atau rasa tidak nyaman ringan akibat adanya darah di permukaan mata.
"Dosis Obat": Dosis tipikal air mata buatan adalah 1 tetes, diteteskan pada mata yang terkena, 2 hingga 4 kali sehari, atau sesuai kebutuhan (prn). Untuk penggunaan yang sering atau pada pasien dengan riwayat sensitivitas terhadap pengawet, sebaiknya pilih formulasi air mata buatan yang bebas pengawet (preservative-free). Penting untuk kembali ditekankan kepada pasien bahwa air mata buatan ini bertujuan untuk meringankan gejala iritasi, bukan untuk mengobati atau menghilangkan perdarahannya secara langsung.
Peran Brimonidine (Klarifikasi Penting): Beberapa studi menunjukkan bahwa brimonidine topikal (dengan konsentrasi 0.15%, 0.2%, atau 2mg/ml) memiliki efek vasokonstriktor yang dapat membantu mencegah atau mengurangi insidensi perdarahan subkonjungtiva pasca-prosedur oftalmologi tertentu, seperti injeksi intravitreal atau bedah vitrektomi. Namun, perlu digarisbawahi bahwa penggunaan brimonidine ini adalah untuk profilaksis (pencegahan) dalam setting oftalmologi spesifik dan TIDAK relevan untuk tatalaksana perdarahan subkonjungtiva yang sudah terjadi di layanan primer. Penggunaannya di luar indikasi tersebut tidak dianjurkan. Penjelasan mengenai brimonidine ini penting untuk mencegah misinterpretasi atau penggunaan off-label yang tidak tepat oleh dokter umum yang mungkin membaca tentangnya tanpa konteks penuh.
Mengedukasi dokter umum bahwa "terapi" utama untuk PS adalah non-farmakologis (penenangan dan observasi) dan bahwa "dosis obat" yang relevan lebih merujuk pada (1) tatalaksana kondisi dasar jika teridentifikasi, atau (2) pemberian air mata buatan untuk kenyamanan simtomatik, adalah krusial. Ini akan meluruskan miskonsepsi umum dan menjawab kebutuhan informasi terkait kata kunci "Dosis obat Subconjuctival bleeding" secara akurat dan bertanggung jawab.
Pemahaman pasien mengenai kondisi yang dialaminya dan apa yang diharapkan selama proses penyembuhan sangat penting untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepatuhan.
Prognosis Umumnya Sangat Baik: Pada sebagian besar kasus, perdarahan subkonjungtiva memiliki prognosis yang sangat baik. Kondisi ini biasanya sembuh total tanpa meninggalkan sekuele atau gangguan penglihatan permanen.
Waktu Resolusi: Darah yang terkumpul di bawah konjungtiva akan diserap secara bertahap oleh tubuh. Proses ini umumnya memakan waktu antara 1 hingga 3 minggu.
Perubahan Warna: Selama proses penyembuhan, penampilan perdarahan akan mengalami perubahan warna yang khas, mirip dengan perubahan warna pada memar di kulit. Awalnya berwarna merah terang, kemudian akan berubah menjadi merah tua atau kebiruan, lalu berangsur-angsur menjadi kehijauan, kekuningan, dan akhirnya menghilang seiring dengan penyerapan darah. Menggunakan analogi "memar di kulit" saat menjelaskan perubahan warna dan proses resolusi PS kepada pasien dapat meningkatkan pemahaman mereka dan mengurangi potensi kecemasan, karena memar adalah fenomena yang lebih familiar.
Poin Edukasi Kunci untuk Pasien:
Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai sifat jinak dari kondisi ini dan tekankan bahwa penglihatan tidak akan terpengaruh pada kasus PS tipikal.
Informasikan mengenai perkiraan waktu resolusi (1-3 minggu) dan perubahan warna yang akan terjadi agar pasien tidak khawatir saat melihat perubahan tersebut.
Sarankan pasien untuk menghindari menggosok mata, karena dapat memperburuk iritasi atau memicu perdarahan baru jika pembuluh darah masih rapuh.
Jika pasien menggunakan obat antikoagulan atau antiplatelet, sangat penting untuk menasihati mereka agar tidak menghentikan penggunaan obat tersebut secara sepihak tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang meresepkan. Penghentian mendadak obat-obatan ini dapat meningkatkan risiko kejadian tromboemboli yang serius. Sebaliknya, anjurkan pasien untuk menginformasikan dokter yang merawat kondisi primernya (misalnya, dokter jantung) mengenai kejadian PS ini. Ini menyoroti peran penting dokter umum dalam koordinasi perawatan pasien.
Jika PS diduga berkaitan dengan hipertensi, tekankan kembali pentingnya kontrol tekanan darah secara teratur dan kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi.
Instruksikan pasien untuk segera kembali memeriksakan diri jika muncul gejala baru yang mengkhawatirkan atau jika terjadi perburukan kondisi, seperti timbulnya nyeri mata hebat, penurunan tajam penglihatan, terjadi trauma baru pada mata, perdarahan tidak kunjung membaik atau bahkan bertambah luas setelah 3 minggu, atau jika PS terjadi berulang kali tanpa sebab yang jelas.
Meskipun sebagian besar kasus PS bersifat jinak, dokter umum harus mampu mengidentifikasi tanda bahaya yang mengindikasikan perlunya rujukan segera ke dokter spesialis mata.
Tabel 2: Tanda Bahaya dan Kriteria Rujukan Pasien Perdarahan Subkonjungtiva ke Spesialis Mata
Tanda Bahaya / Kriteria Rujukan | Tindakan / Urgensi Rujukan |
Riwayat Trauma Okular Signifikan | SEGERA/CITO. Terutama jika dicurigai ruptur bola mata (misalnya, penurunan visus berat, hifema, pupil ireguler, TIO rendah) atau benda asing intraokular. |
Penurunan Tajam Penglihatan (Visus) yang Menyertai PS | SEGERA/CITO. |
Nyeri Mata Hebat | SEGERA/CITO. PS tipikal tidak nyeri; nyeri hebat mengindikasikan kemungkinan glaukoma akut, uveitis, keratitis, skleritis, atau trauma tembus. |
Fotofobia Signifikan | SEGERA/CITO. |
Proptosis (Mata Menonjol) Onset Baru | SEGERA/CITO. |
Diplopia (Penglihatan Ganda) Onset Baru | SEGERA/CITO. |
Perdarahan Subkonjungtiva Berulang Tanpa Penyebab Jelas | Dalam Beberapa Hari/Minggu. Terutama jika frekuen, bilateral, atau progresif. Kuantifikasi frekuensi (misalnya, >2-3 kali setahun tanpa pemicu jelas) dan cari pola (misalnya, terkait menstruasi). |
Perdarahan Sangat Luas (misalnya, seluruh kuadran, kemotik) & Tidak Membaik/Bertambah Luas setelah >1 minggu | Dalam Beberapa Hari. |
Kecurigaan Kelainan Pembekuan Darah Tidak Terkontrol/Baru Didiagnosis | Dalam Beberapa Hari/Minggu (Kolaborasi dengan Internis/Hematologis). |
Pasien dengan Satu Mata (One-Eyed Patient) | Ambang Rujukan Lebih Rendah (Dalam Beberapa Hari). Setiap kelainan pada satu-satunya mata fungsional memerlukan evaluasi cermat. |
PS Disertai Gejala Mengarah ke Subarachnoid Hemorrhage (Terson Syndrome) | SEGERA/CITO (Rujuk Neurologi/Bedah Saraf dan Mata). Misalnya, sakit kepala hebat mendadak ("worst headache of my life"). |
Keraguan Dokter Umum dalam Diagnosis atau Tatalaksana | Dalam Beberapa Hari/Minggu. |
Pada kasus trauma, bahkan jika PS tampak minor, adanya riwayat mekanisme cedera berisiko tinggi (misalnya, terkena proyektil kecepatan tinggi, pukulan langsung ke mata) harus meningkatkan indeks kecurigaan dokter umum terhadap kemungkinan cedera intraokular yang tersembunyi. Rujukan ke spesialis mata diindikasikan meskipun tajam penglihatan awal mungkin masih baik, karena beberapa cedera intraokular serius bisa tidak langsung terlihat atau gejalanya muncul belakangan. Tabel ini krusial untuk praktik dokter umum karena memberikan panduan cepat dan jelas kapan pasien PS tidak bisa lagi ditangani secara konservatif di layanan primer. Ini membantu memastikan pasien dengan kondisi yang berpotensi mengancam penglihatan mendapatkan penanganan spesialis tepat waktu, sekaligus menghindari rujukan yang tidak perlu dan mengoptimalkan alur pasien serta penggunaan sumber daya spesialis.
Untuk kasus perdarahan subkonjungtiva yang tipikal, idiopatik, atau jelas disebabkan oleh manuver Valsalva ringan, investigasi lanjutan seperti pemeriksaan laboratorium atau pencitraan umumnya tidak diperlukan secara rutin. Keputusan untuk melakukan investigasi lebih lanjut harus didasarkan pada penilaian klinis yang menyeluruh, mempertimbangkan riwayat pasien, temuan pemeriksaan fisik, dan ada tidaknya tanda bahaya. Biaya dan potensi ketidaknyamanan pasien dari tes yang tidak perlu juga harus menjadi pertimbangan.
Indikasi Pemeriksaan Laboratorium (misalnya, Darah Lengkap, Profil Koagulasi):
Perdarahan subkonjungtiva yang berulang tanpa penyebab yang jelas.
Adanya riwayat pribadi atau riwayat keluarga dengan gangguan perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Ditemukannya tanda-tanda kelainan perdarahan sistemik lain pada pemeriksaan fisik, seperti mudah memar tanpa sebab yang jelas, epistaksis (mimisan) berulang, atau perdarahan gusi yang berlebihan.
Pasien yang sedang menggunakan obat antikoagulan, terutama jika ada kecurigaan dosis berlebih, interaksi obat, atau untuk memantau target terapi (misalnya, pemeriksaan INR pada pengguna warfarin).
Kecurigaan adanya penyakit sistemik yang mendasari seperti leukemia atau anemia berat, berdasarkan gejala dan tanda lain yang ditemukan.
Indikasi Pemeriksaan Pencitraan (misalnya, X-ray orbita, CT scan orbita/kepala, B-scan ultrasonografi mata):
Riwayat trauma okular atau kraniofasial yang signifikan, untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur tulang orbita, keberadaan benda asing intraokular, atau kerusakan pada struktur internal mata lainnya.
Kecurigaan adanya massa atau tumor pada orbita atau konjungtiva. Meskipun jarang, ini bisa menjadi pertimbangan pada kasus PS yang atipikal, persisten, atau berulang tanpa penjelasan lain.
Jika perdarahan subkonjungtiva disertai dengan proptosis (mata menonjol), diplopia (penglihatan ganda), atau keterbatasan gerakan bola mata yang baru muncul.
Pada pasien lanjut usia dengan PS berulang dan memiliki faktor risiko vaskular yang signifikan (seperti hipertensi dan diabetes), selain pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah, evaluasi profil lipid dan fungsi ginjal mungkin juga relevan. Ini bukan secara langsung untuk mencari penyebab PS, melainkan sebagai bagian dari penilaian risiko kardiovaskular komprehensif, mengingat PS pada populasi ini dapat menjadi penanda adanya peningkatan risiko kardiovaskular secara umum. Pendekatan holistik oleh dokter umum mencakup manajemen risiko komorbiditas yang ada.
Perdarahan subkonjungtiva adalah kondisi mata yang umum dijumpai di layanan primer. Meskipun penampilannya dapat mengejutkan pasien, sebagian besar kasus bersifat jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam satu hingga tiga minggu tanpa memerlukan intervensi medis spesifik.
Dokter umum memegang peran sentral dan krusial dalam tatalaksana kondisi ini. Peran tersebut meliputi kemampuan untuk menegakkan diagnosis yang akurat pada kasus-kasus tipikal, memberikan reassurance yang efektif untuk meredakan kecemasan pasien, serta memberikan edukasi yang tepat mengenai sifat kondisi, prognosis, dan perawatan mandiri di rumah.
Yang tidak kalah penting adalah kemampuan dokter umum untuk mengidentifikasi tanda-tanda bahaya (red flags) yang mengindikasikan perlunya investigasi lebih lanjut atau rujukan segera ke dokter spesialis mata. Dengan melakukan tatalaksana yang tepat di layanan primer untuk mayoritas kasus PS yang tidak kompleks, dokter umum dapat secara signifikan mengurangi beban rujukan yang tidak perlu ke tingkat spesialis, sehingga turut meningkatkan efisiensi sistem layanan kesehatan secara keseluruhan.
Artikel ini telah dioptimasi untuk kata kunci "Diagnosis dan terapi Subconjunctival bleeding" serta "Dosis obat Subconjuctival bleeding" dengan menjelaskan secara komprehensif aspek diagnosis, menekankan bahwa terapi utama bersifat suportif, dan mengklarifikasi bahwa istilah "dosis obat" dalam konteks perdarahan subkonjungtiva lebih merujuk pada tatalaksana kondisi sistemik yang mendasari (jika ada) atau penggunaan air mata buatan untuk kenyamanan simtomatik, bukan sebagai obat untuk menghentikan perdarahan itu sendiri.
Subconjunctival Hemorrhage - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31869130/
Subconjunctival hemorrhage in the newborn: Experience of a ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9996657/
Incidence of Non-Traumatic Subconjunctival Hemorrhage in an ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7815081/
Intraocular Hemorrhage - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567779/
Blunt Eye Trauma - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470379/
Red eyes and red-flags: improving ophthalmic assessment and ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4964165/
Red Eye: A Guide for Non-specialists - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5443986/
Subconjunctival Hemorrhage - FPnotebook, diakses Mei 8, 2025, https://mobile.fpnotebook.com/Eye/Trauma/SbcnjnctvlHmrhg.htm
A rare cause of recurrent subconjunctival hemorrhage: ocular vicarious menstruation - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9979076/
Subconjunctival hemorrhage Information | Mount Sinai - New York, diakses Mei 8, 2025, https://www.mountsinai.org/health-library/diseases-conditions/subconjunctival-hemorrhage
Hemorrhage - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542273/
A comprehensive update on over the counter artificial tears - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39513931/
Prophylactic effect of brimonidine to minimize the incidence of ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8495506/
Effect of Prophylactic Topical Brimonidine (0.15%) Administration on the Development of Subconjunctival Hemorrhage After Intravitreal Injection - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20890238/
Subarachnoid Hemorrhage - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441958/