21 Apr 2025 • Kulit
Herpes Zoster (HZ), yang dikenal juga dengan istilah cacar ular atau cacar api, merupakan penyakit neurokutaneus yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV). Virus ini sama yang menyebabkan varicella atau cacar air. Setelah infeksi primer, VZV tidak sepenuhnya hilang dari tubuh, melainkan berdiam diri (dorman) di ganglia saraf. Pada kondisi tertentu, virus ini dapat aktif kembali dan menyebabkan HZ.2
Insidensi Herpes Zoster cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah.Selain usia dan status imun, faktor risiko lain yang dapat memicu reaktivasi VZV termasuk stres, adanya infeksi lain seperti HIV/AIDS atau COVID-19, serta kondisi imunosupresi.
Bahkan, dalam beberapa waktu terakhir, reaktivasi HZ juga diamati setelah pemberian vaksin COVID-19.1 Kondisi-kondisi ini menunjukkan bahwa dokter umum akan semakin sering menjumpai kasus Herpes Zoster dalam praktik sehari-hari, sehingga pemahaman yang mendalam mengenai diagnosis dan penatalaksanaannya menjadi sangat penting.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan ringkas dan praktis bagi dokter umum mengenai pilihan antivirus yang direkomendasikan untuk terapi Herpes Zoster pada orang dewasa, berdasarkan bukti ilmiah terkini yang bersumber dari jurnal-jurnal yang terindeks di PubMed. Fokus utama akan diberikan pada pilihan antivirus, dosis yang dianjurkan, serta pertimbangan-pertimbangan khusus dalam penggunaannya.
Diagnosis Herpes Zoster umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas.5 Manifestasi awal seringkali berupa nyeri prodromal atau neuralgia akut yang muncul sebelum timbulnya ruam.2 Gejala prodromal ini dapat bervariasi, meliputi malaise, sakit kepala, demam, nyeri otot lokal (mialgia), nyeri sendi (artralgia), rasa gatal (pruritus), dan sensasi kesemutan (parestesia) pada area kulit yang akan terkena ruam, muncul beberapa jam hingga beberapa hari sebelum ruam tampak.
Ruam pada Herpes Zoster memiliki karakteristik yang sangat khas, yaitu berupa ruam vesikular unilateral yang mengikuti pola distribusi dermatom saraf sensorik. Ruam ini berkembang secara bertahap, dimulai dari bercak kemerahan (makula) yang kemudian menjadi benjolan kecil (papula), dan akhirnya membentuk gelembung-gelembung berisi cairan (vesikel) yang berkelompok.
Cairan di dalam vesikel awalnya berwarna jernih (serosa), namun dapat menjadi keruh seiring waktu dan akhirnya pecah membentuk keropeng (krusta). Lokasi ruam yang paling sering ditemukan adalah di area dada (torakal) dan pinggang (lumbar), namun tidak menutup kemungkinan melibatkan area wajah, yang dikenal sebagai Herpes Zoster Oftalmikus (HZO).5 Pada kasus HZO, adanya lesi pada ujung hidung (tanda Hutchinson) merupakan indikator kuat adanya potensi keterlibatan mata, yang memerlukan penanganan khusus oleh dokter spesialis mata.
Gambar 1. Ruam vesikular unilateral yang mengikuti pola distribusi dermatom saraf sensorik pada herpes zoster
Diagnosis HZ biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat mengenai gejala dan riwayat penyakit, serta pemeriksaan fisik yang menunjukkan gambaran ruam yang khas. Meskipun pemeriksaan penunjang seperti tes PCR untuk mendeteksi DNA virus VZV pada sampel kulit atau tes serologi untuk mendeteksi peningkatan antibodi IgM dan IgG dalam darah dapat dilakukan, namun seringkali tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus yang tipikal. Kemampuan dokter umum untuk mengenali presentasi klinis yang khas sangat penting untuk memulai pengobatan secara cepat. Terutama pada kasus dengan tanda Hutchinson, kewaspadaan dan rujukan segera ke dokter spesialis mata sangat krusial untuk mencegah komplikasi okular yang serius.
Beberapa antivirus telah terbukti efektif dalam pengobatan Herpes Zoster. Antivirus utama yang sering direkomendasikan sebagai terapi lini pertama meliputi acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir. Selain itu, brivudine juga disebutkan sebagai pilihan alternatif dalam beberapa panduan klinis.
Salah satu aspek terpenting dalam penatalaksanaan Herpes Zoster adalah memulai terapi antivirus sesegera mungkin setelah timbulnya ruam, idealnya dalam kurun waktu 72 jam pertama. Inisiasi terapi dini terbukti secara signifikan mengurangi durasi ruam, meredakan nyeri akut, dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi jangka panjang seperti neuralgia pasca-herpetik (PHN). Oleh karena itu, dokter umum perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai kapan dan antivirus apa yang sebaiknya diberikan.
Acyclovir merupakan antivirus yang telah lama digunakan dan terbukti efektif dalam pengobatan infeksi VZV. Obat ini bekerja dengan menghambat replikasi virus, sehingga membantu mengurangi durasi pelepasan virus dari lesi, mempercepat penyembuhan lesi kulit, dan mengurangi durasi serta keparahan nyeri akut yang terkait dengan Herpes Zoster.
Meskipun demikian, hasil dari studi meta-analisis menunjukkan bahwa valacyclovir dan famciclovir mungkin lebih unggul dalam hal mengurangi nyeri dibandingkan dengan acyclovir.8 Namun, acyclovir tetap menjadi pilihan lini pertama yang penting karena ketersediaannya dan efektivitasnya secara umum.
Dosis lazim acyclovir untuk pengobatan Herpes Zoster pada orang dewasa adalah 800 mg per oral, diberikan sebanyak 5 kali sehari selama 7 hingga 10 hari. Pada kelompok pediatrik di bawah 12 tahun, diberikan acyclovir dosis 30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi selama 7 hari. Untuk anak 12 tahun ke atas, diberikan acyclovir dosis 60 mg/kg/hari dalam dosis terbagi selama 7 hari.
Efek samping acyclovir umumnya ringan dan obat ini ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar pasien. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, acyclovir dapat menyebabkan efek samping neurotoksik jika dosisnya tidak disesuaikan dengan tingkat penurunan fungsi ginjal.
Oleh karena itu, sebelum meresepkan acyclovir, dokter umum perlu mempertimbangkan fungsi ginjal pasien dan melakukan penyesuaian dosis yang tepat jika diperlukan. Pemberian dosis yang tidak tepat pada pasien dengan gangguan ginjal dapat memicu efek samping serius seperti kebingungan dan gangguan koordinasi gerakan (ataksia).
Valacyclovir adalah prodrug dari acyclovir yang memiliki keunggulan berupa bioavailabilitas oral yang lebih baik dibandingkan dengan acyclovir. Hal ini memungkinkan pemberian dosis yang lebih jarang. Valacyclovir telah terbukti efektif dalam mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan ruam pada pasien dengan Herpes Zoster. Bahkan, studi meta-analisis menunjukkan bahwa valacyclovir lebih unggul daripada acyclovir dalam mengurangi nyeri yang terkait dengan Herpes Zoster hingga 112 hari setelah onset ruam.
Dosis lazim valacyclovir untuk pengobatan Herpes Zoster pada orang dewasa adalah 1000 mg per oral, diberikan sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa dosis 1.5 g dua kali sehari juga efektif. Efek samping valacyclovir umumnya ringan dan serupa dengan acyclovir, dengan efek samping yang paling umum dilaporkan adalah mual dan sakit kepala. Sama seperti acyclovir, risiko neurotoksisitas juga perlu dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal , sehingga penyesuaian dosis berdasarkan fungsi ginjal sangat penting.
Meskipun jarang terjadi, laporan kasus menunjukkan bahwa neurotoksisitas akibat valacyclovir dapat terjadi bahkan pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal , sehingga kewaspadaan terhadap gejala neurologis tetap diperlukan.
Famciclovir adalah prodrug dari penciclovir, antivirus lain yang efektif dalam pengobatan Herpes Zoster. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa famciclovir lebih unggul daripada acyclovir dalam mengurangi risiko nyeri pada 28 hingga 30 hari setelah onset ruam. Selain itu, famciclovir juga terbukti efektif dalam mempercepat resolusi neuralgia pasca-herpetik (PHN).
Dosis lazim famciclovir untuk pengobatan Herpes Zoster pada orang dewasa adalah 500 mg per oral, diberikan sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari. Dosis 750 mg tiga kali sehari juga menunjukkan efektivitas yang serupa. Beberapa penelitian membandingkan efikasi dosis famciclovir yang diberikan sekali, dua kali, dan tiga kali sehari, dan menemukan bahwa ketiganya memiliki efikasi yang sebanding dalam hal penyembuhan lesi kulit. Famciclovir umumnya ditoleransi dengan baik dengan profil keamanan yang mirip dengan plasebo.
Efek samping yang paling umum dilaporkan adalah sakit kepala, mual, dan diare. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, penyesuaian dosis famciclovir juga diperlukan. Menariknya, famciclovir dapat menjadi alternatif yang aman pada pasien yang mengalami efek samping nefrotoksik akibat penggunaan acyclovir. Efektivitas famciclovir dalam mengurangi risiko PHN menjadikannya pilihan yang sangat relevan bagi dokter umum, mengingat PHN merupakan komplikasi yang dapat menyebabkan nyeri kronis dan menurunkan kualitas hidup pasien.
Brivudine adalah analog timidin oral yang memiliki aktivitas antivirus yang sangat selektif terhadap virus Varicella-Zoster (VZV). Beberapa studi menunjukkan bahwa brivudine lebih efektif daripada acyclovir dalam mempercepat penghentian pembentukan vesikel baru dan sama efektifnya dalam hal penyembuhan lesi kulit. Hasil meta-analisis terbaru menunjukkan bahwa brivudine superior dibandingkan dengan kelompok kontrol dalam hal efikasi pengobatan Herpes Zoster dan menurunkan insidensi neuralgia pasca-herpetik (PHN).
Dosis lazim brivudine untuk pengobatan Herpes Zoster pada orang dewasa adalah 125 mg per oral, diberikan sekali sehari selama 7 hari. Brivudine umumnya ditoleransi dengan baik dengan profil tolerabilitas yang serupa dengan acyclovir dan famciclovir. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah mual.
Meskipun meta-analisis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam kejadian efek samping antara kelompok yang menerima brivudine dan kelompok kontrol, penelitian lebih lanjut mengenai keamanannya masih diperlukan. Terdapat laporan kasus yang menunjukkan bahwa brivudine efektif dalam pengobatan Herpes Zoster pada pasien dengan insufisiensi ginjal.
Kemudahan pemberian dosis sekali sehari menjadikan brivudine pilihan yang menarik dalam hal kepatuhan pasien. Namun, mengingat masih perlunya data keamanan yang lebih komprehensif, dokter umum mungkin lebih memilih antivirus lain yang lebih mapan sebagai lini pertama, kecuali ada indikasi khusus untuk penggunaan brivudine.
Tabel 1. Terapi Farmakologis untuk Herpes Zoster Akut
Tabel 1: Pilihan Antivirus untuk Herpes Zoster pada Dewasa
Nama Obat | Dosis Lazim Dewasa | Keunggulan Utama | Perhatian Khusus |
Acyclovir | 800 mg per oral 5 kali sehari selama 7-10 hari | Efektif, tersedia luas | Perlu penyesuaian dosis pada gangguan ginjal, potensi neurotoksisitas |
Valacyclovir | 1000 mg per oral 3 kali sehari selama 7 hari | Bioavailabilitas oral lebih baik, dosis lebih jarang, efektif mengurangi nyeri | Perlu penyesuaian dosis pada gangguan ginjal, potensi neurotoksisitas |
Famciclovir | 500 mg per oral 3 kali sehari selama 7 hari | Efektif mengurangi nyeri dan risiko PHN, dapat menjadi alternatif pada nefrotoksisitas acyclovir | Perlu penyesuaian dosis pada gangguan ginjal |
Brivudine | 125 mg per oral 1 kali sehari selama 7 hari | Dosis sekali sehari, efektif, berpotensi mengurangi risiko PHN | Data keamanan masih terbatas, perlu penelitian lebih lanjut |
Selain terapi antivirus, manajemen nyeri merupakan komponen penting dalam tatalaksana Herpes Zoster. Nyeri yang disebabkan oleh HZ dapat sangat mengganggu kualitas hidup pasien. Untuk nyeri ringan hingga sedang, analgesik oral seperti paracetamol atau ibuprofen dapat digunakan. Pada kasus nyeri yang lebih berat, terutama pada neuralgia pasca-herpetik (PHN), dapat dipertimbangkan penggunaan opioid atau obat-obatan adjuvan seperti gabapentin atau pregabalin.
Perawatan lokal pada ruam juga penting untuk meredakan gejala. Kompres dingin dapat membantu mengurangi nyeri dan rasa gatal. Lotion kalamin dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal pada ruam. Penggunaan kortikosteroid topikal sebaiknya dihindari kecuali atas anjuran dokter spesialis.
Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan menjaga asupan cairan yang adekuat. Penatalaksanaan Herpes Zoster yang optimal memerlukan pendekatan multimodal yang tidak hanya berfokus pada pemberantasan virus, tetapi juga pada pengelolaan nyeri dan gejala penyerta lainnya.
Penanganan Herpes Zoster pada dewasa memerlukan pemahaman yang baik mengenai pilihan antivirus yang tersedia dan dosis yang tepat. Acyclovir, valacyclovir, famciclovir, dan brivudine merupakan antivirus yang direkomendasikan dengan dosis lazim yang telah dijelaskan.
Diagnosis dini berdasarkan gejala klinis yang khas dan inisiasi terapi antivirus sesegera mungkin, idealnya dalam 72 jam pertama onset ruam, sangat penting untuk mengurangi durasi penyakit dan risiko komplikasi, terutama neuralgia pasca-herpetik (PHN). Dokter umum perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara individual, termasuk fungsi ginjal dan potensi interaksi obat, dalam memilih antivirus dan menyesuaikan dosis yang sesuai. Selain terapi antivirus, tatalaksana suportif untuk meredakan nyeri dan gejala lainnya juga memegang peranan krusial dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan Herpes Zoster.
Herpes zoster: A Review of Clinical Manifestations and Management, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35215786/
Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Herpes Zoster, accessed April 1, 2025, http://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/download/330/373/2254
Herpes Zoster (Cacar Api) - Gejala, Penyebab, Pencegahan & Pengobatan - Halodoc, accessed April 1, 2025, https://www.halodoc.com/kesehatan/herpes-zoster
Herpes Zoster (Cacar Api) - Penyebab, Gejala dan Pengobatannya - Siloam Hospitals, accessed April 1, 2025, https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-herpes-zoster
Clinical practice: Herpes zoster - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23863052/
[Recommendations for treatment and prevention of herpes zoster ..., accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26383768/
Herpes Zoster - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - Alodokter, accessed April 1, 2025, https://www.alodokter.com/herpes-zoster
Antivirals for management of herpes zoster including ophthalmicus ..., accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22300753/
Therapy of herpes zoster with oral acyclovir - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3044099/
A Network Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials to Assess ..., accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37535772/
Oral acyclovir for herpes zoster ophthalmicus - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1495785/
Acyclovir - Manfaat, Dosis, Cara Pakai & Efek Samping - Halodoc, accessed April 1, 2025, https://www.halodoc.com/kesehatan/acyclovir
Safety of famciclovir in patients with herpes zoster and genital herpes - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7840587/
Neurotoxic side effects of acyclovir: two case reports - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34713692/
Altered mental status from acyclovir - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19926428/
Neurotoxicity associated with acyclovir in end stage renal failure - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9196501/
Neurotoxicity of acyclovir in patients with end-stage renal failure treated with continuous ambulatory peritoneal dialysis - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1462997/
Valaciclovir: a review of its use in the management of herpes zoster - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10882165/
Valasiklovir - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, accessed April 1, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Valasiklovir
Open-label study of valacyclovir 1.5 g twice daily for the treatment of uncomplicated herpes zoster in immunocompetent patients 18 years of age or older - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17511925/
Valomaciclovir versus valacyclovir for the treatment of acute herpes zoster in immunocompetent adults: a randomized, double-blind, active-controlled trial - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22711350/
Valacyclovir Neurotoxicity in Patients with End-Stage Renal Disease: Two Cases Reviewed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38247339/
Valacyclovir-induced Neurotoxicity in a Patient with a Preserved Renal Function - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29877263/
effects on acute disease and postherpetic neuralgia. A randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Collaborative Famciclovir Herpes Zoster Study Group - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7778840/
Once, twice, or three times daily famciclovir compared with aciclovir for the oral treatment of herpes zoster in immunocompetent adults: a randomized, multicenter, double-blind clinical trial - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15018852/
Famciclovir as an antiviral agent for a patient with acute renal failure - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23277418/
Famciclovir substitution for patients with acyclovir-associated renal toxicity - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18656262/
Brivudin (bromovinyl deoxyuridine) - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15341504/
Oral brivudin in comparison with acyclovir for improved therapy of herpes zoster in immunocompetent patients: results of a randomized, double-blind, multicentered study - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12834860/
Efficacy and safety of brivudine for the treatment of herpes zoster: a systematic review and meta-analysis - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38811010/
Herpes zoster after left nephroureterectomy for renal carcinoma: a case report - PubMed, accessed April 1, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39810115/
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟