17 Apr 2025 • Kulit
Pendahuluan
Herpes zoster (HZ), atau yang lebih dikenal dengan istilah shingles, merupakan kondisi umum yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster (VZV).
Virus yang sama ini bertanggung jawab atas penyakit cacar air (varicella) pada infeksi primer. Setelah infeksi awal, VZV menetap dalam keadaan tidak aktif (laten) di ganglia saraf sensorik dan dapat reaktifasi di kemudian hari, seringkali beberapa dekade setelah infeksi pertama.
Reaktivasi ini umumnya terjadi pada individu dewasa, terutama mereka yang berusia lebih tua atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun, dan bermanifestasi sebagai ruam makulopapular atau vesikular unilateral yang terbatas pada satu dermatom.
Pola reaktivasi dan presentasi klinis ini penting untuk dipahami dalam konteks diagnosis dan penatalaksanaan HZO. Herpes zoster ophthalmicus (HZO) adalah manifestasi spesifik dari herpes zoster yang melibatkan divisi oftalmik (V1) dari saraf kranial trigeminal (V) oleh VZV.
Meskipun diagnosis HZO tidak secara otomatis berarti adanya keterlibatan mata, komplikasi okular terjadi pada sekitar 50% kasus.Manifestasi pada mata dapat beragam, termasuk konjungtivitis, uveitis, episkleritis, keratitis, dan retinitis.
Tingginya proporsi kasus HZO dengan keterlibatan okular menggarisbawahi perlunya penilaian oftalmologis yang cermat pada semua pasien yang didiagnosis dengan kondisi ini.Mengingat potensi risiko kehilangan penglihatan yang signifikan jika tidak ditangani dengan tepat, HZO dianggap sebagai kedaruratan oftalmologi.
Penatalaksanaan dini, terutama melalui pemberian terapi antivirus, terbukti efektif dalam mengurangi durasi penyakit, tingkat keparahan nyeri, dan risiko terjadinya komplikasi okular yang dapat mengancam penglihatan.
Sifat penanganan HZO yang sensitif terhadap waktu, terutama kebutuhan untuk memulai antivirus dalam 72 jam setelah timbulnya gejala, sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal dan mencegah komplikasi yang parah.
Diagnosis Herpes Zoster Ophtalmica
Diagnosis HZO umumnya didasarkan pada presentasi klinis yang khas. Pasien seringkali melaporkan adanya gejala prodromal berupa nyeri, gatal, atau parestesia pada area dahi, kulit kepala, atau di sekitar mata beberapa hari sebelum munculnya ruam.
Ruam karakteristik HZO dimulai sebagai lesi makulopapular yang dengan cepat berkembang menjadi kelompok vesikel unilateral. Ruam ini secara khas mengikuti distribusi dermatom oftalmik (V1) dari saraf trigeminal.
Gejala prodromal ini, meskipun tidak spesifik, dapat menjadi petunjuk awal HZO, mendorong observasi lebih lanjut terhadap perkembangan ruam yang khas.
Pemeriksaan fisik harus mencakup evaluasi menyeluruh terhadap distribusi dan karakteristik ruam. Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan mata yang komprehensif, termasuk penilaian ketajaman visual, pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata jika memungkinkan, dan observasi adanya tanda-tanda peradangan seperti injeksi konjungtiva, keratitis, atau uveitis.
Palpasi saraf trigeminal juga dapat mengungkapkan adanya nyeri tekan, yang mendukung diagnosis HZO. Adanya keterlibatan ujung hidung, yang dikenal sebagai Hutchinson's sign, sangat meningkatkan kemungkinan adanya keterlibatan okular.
Temuan klinis ini merupakan indikator berharga untuk risiko komplikasi okular yang lebih tinggi pada HZO, yang memerlukan perhatian oftalmologis yang lebih cermat.
Gambar 1. Gambar Klinis Herpes Zoster Oftalmika
Dalam menegakkan Diagnosis dan Terapi Herpes Zoster Ophtalmica, dokter umum perlu mempertimbangkan diagnosis banding untuk memastikan penatalaksanaan yang tepat.
Beberapa kondisi yang mungkin menyerupai HZO meliputi herpes simpleks (HSV) keratitis dan dermatitis, konjungtivitis virus atau bakteri lainnya, konjungtivitis alergi, keratokonjungtivitis akibat paparan, glaucoma sudut tertutup akut, ulkus atau abrasi kornea, impetigo atau selulitis, gigitan serangga, dan dermatitis kontak.
Diagnosis banding yang menyeluruh membantu memastikan bahwa kondisi lain yang meniru HZO, yang beberapa di antaranya mungkin memerlukan strategi penatalaksanaan yang berbeda, dipertimbangkan dan disingkirkan.
Meskipun diagnosis HZO biasanya bersifat klinis, pemeriksaan laboratorium seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) atau serologi dapat membantu dalam kasus atipikal atau ketika diagnosis meragukan.
PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA VZV pada usapan lesi kulit atau cairan mata. PCR sangat berguna dalam kasus dengan presentasi atipikal atau ketika keterlibatan okular terjadi tanpa ruam kulit yang jelas. Pemeriksaan serologi dapat mendeteksi peningkatan titer antibodi anti-VZV (IgG). Peningkatan titer ini dapat mendukung diagnosis, terutama pada kasus di mana ruam telah sembuh atau ketika diagnosis awal tidak pasti.
Terapi Herpes Zoster Ophtalmica
Terapi antivirus oral harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis HZO ditegakkan, idealnya dalam 72 jam onset ruam, untuk memaksimalkan efektivitasnya dalam mengurangi replikasi virus, mempercepat penyembuhan lesi kulit, mengurangi nyeri akut, dan menurunkan risiko komplikasi okular yang serius. Pilihan obat antivirus oral yang tersedia dan direkomendasikan untuk pasien imunokompeten meliputi asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir.
Dosis Obat Herpes Zoster Ophtalmica untuk pasien imunokompeten adalah sebagai berikut: Asiklovir diberikan dengan dosis 800 mg per oral 5 kali sehari selama 7 hingga 10 hari. Valasiklovir diberikan dengan dosis 1000 mg per oral 3 kali sehari selama 7 hari.
Famsiklovir direkomendasikan dengan dosis 500 mg per oral 3 kali sehari selama 7 hari. Valasiklovir dan famsiklovir menawarkan keuntungan berupa frekuensi pemberian yang lebih rendah dibandingkan asiklovir, yang berpotensi meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (imunokompromi), dosis dan durasi terapi antivirus mungkin perlu disesuaikan. Selain itu, terapi antivirus intravena, seperti asiklovir IV, mungkin diperlukan pada kasus yang lebih berat atau dengan keterlibatan okular yang signifikan.
Pasien imunokompromi memerlukan penatalaksanaan yang lebih agresif karena peningkatan risiko penyakit yang parah dan diseminata.Selain itu, Steroid topikal (misalnya, prednisolon asetat 1%) harus digunakan untuk keratitis interstisial dan uveitis. Untuk episode skleritis, retinitis, koroiditis, dan neuritis optik, steroid sistemik melalui mulut atau infus intravena harus dipertimbangkan dengan serius.
Untuk peningkatan tekanan intraokular yang sering ditemukan pada herpes trabekulitis, steroid topikal harus diberikan, serta obat penekan cairan (misalnya, timolol, brimonidin, dorzolamid, asetazolamid). Rasa sakit harus diobati dengan narkotika jika diperlukan.
Nyeri neuropatik dapat merespons dengan baik terhadap amitriptilin 25 mg per oral setiap malam dan dapat mengurangi kejadian neuralgia postherpetik. Krim capsaicin yang dioleskan pada ruam juga dapat mengurangi rasa sakit. Pregabalin 150 mg/hari dalam dosis terbagi dapat mengurangi rasa sakit akibat neuralgia herpetik akut.
Selain terapi antivirus, terapi uportif juga penting dalam penatalaksanaan HZO. Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan analgesik oral, mulai dari parasetamol dan ibuprofen hingga opioid jika diperlukan untuk nyeri yang lebih berat.
Perawatan lesi kulit dengan kompres dingin yang lembut dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan, dan menjaga kebersihan lesi penting untuk mencegah infeksi bakteri sekunder. Penggunaan kortikosteroid sistemik dalam penatalaksanaan HZO masih kontroversial dan keputusan penggunaannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati, mungkin memerlukan konsultasi dengan dokter spesialis.
Komplikasi Okular pada Herpes Zoster Ophtalmica dan Penanganannya
HZO dapat menyebabkan berbagai komplikasi okular yang mempengaruhi berbagai struktur mata.1 Komplikasi umum meliputi konjungtivitis, keratitis (termasuk keratitis epitelial punctata, keratitis dendritik, dan keratitis stromal), uveitis (peradangan pada lapisan tengah mata), episkleritis dan skleritis.
Komplikasi yang lebih jarang tetapi serius termasuk retinitis (seperti nekrosis retina akut atau ARN), glaucoma sekunder (peningkatan tekanan intraokular), neurotrophic keratitis (kerusakan kornea akibat hilangnya sensasi saraf), dan orbital apex syndrome (OAS), yang merupakan komplikasi langka yang melibatkan saraf kranial yang mengontrol gerakan mata dan penglihatan.
Kemunculan komplikasi langka tetapi parah seperti ARN menggarisbawahi pentingnya mengenali kondisi yang berpotensi mengancam penglihatan yang terkait dengan HZO.
Tanda dan gejala komplikasi okular yang memerlukan perhatian khusus meliputi penurunan tajam penglihatan atau penglihatan kabur yang tidak membaik, nyeri mata yang hebat atau tidak proporsional dengan tingkat keparahan ruam, mata merah yang persisten atau semakin parah, fotofobia (sensitivitas berlebihan terhadap cahaya), dan penglihatan ganda (diplopia) atau adanya gangguan pergerakan mata (ptosis atau oftalmoplegia).
Onset OAS yang tertunda (median 10 hari setelah onset HZO) menunjukkan perlunya pemantauan berkelanjutan bahkan setelah ruam awal mereda.
Mengingat tingginya risiko komplikasi okular, semua pasien dengan diagnosis HZO sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis mata untuk evaluasi dan penatalaksanaan lebih lanjut, terutama jika terdapat tanda-tanda keterlibatan okular atau komplikasi.
Rujukan harus dilakukan segera, terutama jika pasien mengalami penurunan tajam penglihatan, nyeri mata yang hebat, atau tanda-tanda peradangan intraokular seperti uveitis. Pasien dengan kondisi imunokompromi yang menderita HZO memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dan memerlukan pemantauan yang lebih ketat oleh dokter spesialis mata.
Kesimpulan
Diagnosis dan Terapi Herpes Zoster Ophtalmica yang efektif bergantung pada pengenalan dini gejala klinis, terutama ruam unilateral yang mengikuti distribusi dermatom oftalmik (V1).
Inisiasi terapi antivirus oral sesegera mungkin, idealnya dalam 72 jam onset ruam, merupakan kunci untuk mengurangi risiko komplikasi okular yang serius. Pilihan antivirus yang tersedia untuk pasien imunokompeten meliputi asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir, yang masing-masing memiliki rejimen dosis yang perlu dipertimbangkan berdasarkan kenyamanan pasien dan potensi kepatuhan.
Informasi mengenai Dosis Obat Herpes Zoster Ophtalmica yang direkomendasikan untuk setiap antivirus harus dipahami dengan baik oleh dokter umum. Mengingat potensi komplikasi okular yang signifikan, semua pasien dengan HZO memerlukan evaluasi dan pemantauan oleh dokter spesialis mata.
Penatalaksanaan HZO yang cepat dan tepat oleh dokter umum, diikuti dengan evaluasi dan penatalaksanaan oleh dokter spesialis mata jika diperlukan, sangat penting untuk meminimalkan risiko komplikasi serius yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen dan menurunkan kualitas hidup pasien.
Edukasi pasien mengenai pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan antivirus dan mengenali tanda-tanda komplikasi okular yang memerlukan perhatian medis segera juga merupakan aspek penting dari tatalaksana HZO.
Selain itu, promosi vaksinasi herpes zoster pada orang dewasa yang memenuhi syarat merupakan langkah pencegahan penting yang harus rutin dipertimbangkan dan direkomendasikan oleh dokter umum.
Sebagai dokter layanan primer, dokter umum memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat dengan mengedukasi pasien tentang manfaat vaksinasi dan merekomendasikannya kepada mereka yang memenuhi kriteria, sehingga mengurangi beban keseluruhan herpes zoster dan komplikasinya.
Herpes Zoster Ophthalmicus - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32491711/
Herpes Zoster Ophthalmicus: Presentation, Complications, Treatment, and Prevention, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38834857/
Valaciclovir compared with acyclovir for improved therapy for herpes zoster in immunocompetent adults - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7492102/
Oral acyclovir in the treatment of acute herpes zoster ophthalmicus - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3488532/
Reduction of the ocular complications of herpes zoster ophthalmicus by oral acyclovir, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3044100/
Herpes Zoster Ophthalmicus - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed March 31, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557779/#article-35540.s9
Herpes zoster in neuro-ophthalmology: a practical approach - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38538778/
Herpes zoster ophthalmicus: frequency and risk factors for ... - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37192736/
Effectiveness of real-time PCR for diagnosis and prognosis of varicella-zoster virus keratitis, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29948430/
Development of an immunofluorescence test for the serodiagnosis ..., accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3013281/
Herpes zoster ophthalmicus in olmsted county, Minnesota: have systemic antivirals made a difference? - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12617710/
Orbital apex syndrome secondary to herpes zoster ophthalmicus: Clinical features and outcomes case report and systematic review - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35364439/
Treatment of herpes zoster ophthalmicus: a systematic review and Canadian cost-comparison - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29631821/
Herpes zoster guideline of the German Dermatology Society (DDG) - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12637076/
Oral acyclovir for herpes zoster ophthalmicus - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1495785/
Managing herpes zoster in immunocompromised patients - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17939900/
Diagnosis and therapy of herpes zoster ophthalmicus - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1656354/
Herpes Zoster Ophthalmicus Clinical Presentation and Risk Factors for Loss of Vision, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33571476/
Early- and late-stage ocular complications of herpes zoster ophthalmicus in rural South Africa - PubMed, accessed March 31, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26663773/
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟