Dokter Post - Diagnosis dan Terapi "Fibroma Penis": Panduan Komprehensif Pasca Suntik Pembesar untuk Dokter Umum

Diagnosis dan Terapi "Fibroma Penis": Panduan Komprehensif Pasca Suntik Pembesar untuk Dokter Umum

11 Sep 2025 • urologi

Deskripsi

Diagnosis dan Terapi "Fibroma Penis": Panduan Komprehensif Pasca Suntik Pembesar untuk Dokter Umum

I. Pendahuluan: Maraknya Augmentasi Penis dan Bayang-Bayang Komplikasi "Fibroma Penis"

Dalam beberapa tahun terakhir, observasi menunjukkan adanya peningkatan tren pria yang mencari prosedur augmentasi penis. Motivasi di balik keputusan ini beragam, mulai dari keinginan untuk meningkatkan kepercayaan diri hingga mengatasi persepsi ukuran penis yang kurang ideal. 

Sebagian individu mungkin menjalani prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan bahan yang telah teruji, namun tidak sedikit yang mengambil jalan pintas dengan melakukan suntikan secara ilegal oleh praktisi non-medis menggunakan substansi yang tidak terverifikasi dan berpotensi berbahaya. Praktik semacam ini, yang seringkali dilakukan di lingkungan non-steril, membawa risiko komplikasi yang signifikan.

Salah satu manifestasi yang mungkin dikeluhkan pasien atau bahkan dirujuk oleh kolega dokter dengan istilah awam adalah "Fibroma Penis" – suatu kondisi yang ditandai dengan adanya benjolan atau pembengkakan pada penis pasca injeksi. Penting untuk segera dipahami bahwa istilah ini seringkali merupakan deskripsi non-spesifik dari pasien atau tenaga non-medis. 

Secara medis, kondisi yang mendasari keluhan "Fibroma Penis" ini umumnya bukanlah fibroma neoplasia sejati, melainkan berbagai bentuk reaksi jaringan terhadap benda asing, seperti granuloma atau nodul fibrotik. Fenomena ini menggarisbawahi adanya kesenjangan terminologi yang perlu dijembatani untuk pemahaman medis yang akurat, yang pada gilirannya krusial untuk diagnosis dan penentuan terapi yang tepat.

Gambar 1. Penis tampak bengkak dengan adanya massa


Mengingat meningkatnya praktik augmentasi penis, terutama yang bersifat ilegal, kemungkinan besar dokter umum di layanan primer akan semakin sering menghadapi pasien dengan komplikasi semacam ini. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk membekali para dokter umum dengan pengetahuan esensial mengenai Diagnosis dan terapi "Fibroma Penis". Fokus utama adalah pada pengenalan kondisi-kondisi ini, pemahaman patologi yang mendasarinya, serta panduan untuk manajemen awal dan alur rujukan yang tepat, berdasarkan telaah literatur ilmiah yang terindeks di PubMed.

II. Mengurai "Fibroma Penis" Akibat Filler: Dari Reaksi Asing Hingga Jaringan Fibrotik

Klarifikasi Terminologi

Ketika seorang pasien datang dengan keluhan "Fibroma Penis" setelah menjalani suntik pembesar, penting bagi dokter umum untuk memahami bahwa istilah tersebut kemungkinan besar merujuk pada spektrum perubahan jaringan reaktif. Kondisi yang paling sering ditemui adalah granuloma akibat reaksi benda asing, seperti lipogranuloma (jika bahan berbasis minyak) atau silikonoma (jika bahan berbasis silikon), serta nodul fibrotik. Ini berbeda secara fundamental dari fibroma sejati, yang merupakan tumor jinak berasal dari sel fibroblas.

Perlu juga dibedakan dengan penyakit Peyronie (fibromatosis penis), suatu kondisi fibrotik yang mengenai tunika albuginea penis dan umumnya memiliki etiologi berbeda, seringkali terkait trauma mikrovaskular berulang, bukan injeksi filler subkutan. Meskipun keduanya melibatkan fibrosis pada penis, lokasi (subkutan untuk reaksi filler vs. tunika albuginea untuk Peyronie) dan pemicunya berbeda, sehingga memerlukan pendekatan diagnosis dan tatalaksana yang berbeda pula. Kekeliruan dalam membedakan kondisi ini dapat menghambat penanganan yang efektif.

Patofisiologi Reaksi Fibrotik

Tubuh manusia memiliki mekanisme pertahanan alami terhadap benda asing. Ketika material disuntikkan ke dalam jaringan penis, terutama jika material tersebut tidak biokompatibel atau dalam volume besar, sistem imun akan merespons. Proses pembentukan granuloma adalah upaya tubuh untuk "mengisolasi" atau "membatasi" substansi yang tidak dapat dieliminasi atau dipecah secara alami. Reaksi ini melibatkan sel-sel radang kronis, termasuk sel datia berinti banyak (multinucleated giant cells).

Sifat dan intensitas reaksi fibrotik ini sangat bergantung pada jenis material yang disuntikkan:

  • Minyak (Parafin, Minyak Mineral, bahkan Oli Mesin): Bahan-bahan ini terkenal memicu reaksi inflamasi kronis yang hebat terhadap lipid, menghasilkan kondisi yang disebut sclerosing lipogranuloma atau parafinoma. Karakteristiknya adalah fibrosis yang luas, pengerasan jaringan, dan seringkali deformitas penis yang signifikan.

  • Silikon: Injeksi silikon cair dapat menginduksi pembentukan silikonoma, yang juga merupakan jenis granuloma benda asing dengan reaksi fibrotik yang serupa dengan lipogranuloma.

  • Asam Hialuronat (HA): HA umumnya dianggap lebih biokompatibel dan merupakan salah satu filler yang lebih sering digunakan dalam konteks medis (meskipun belum tentu disetujui untuk augmentasi penis di semua yurisdiksi). Namun, HA tetap dapat menyebabkan komplikasi berupa nodul subkutan. Nodul ini biasanya lebih kecil, kurang meradang, dan terkadang dapat dikelola dengan pijatan atau injeksi enzim hialuronidase. Meskipun demikian, nodul HA yang lebih besar atau persisten mungkin memerlukan eksisi bedah. Mekanisme pembentukan nodul HA dapat melibatkan reaksi lokal terhadap produk atau teknik injeksi yang kurang tepat.

  • Filler Sintetik Lainnya (misalnya, Resin Akrilik, Poliakrilamida): Bahan-bahan ini juga dilaporkan dapat menyebabkan reaksi granulomatosa yang tertunda dan berpotensi mengalami migrasi dari lokasi suntikan awal.

Selain jenis bahan, volume yang disuntikkan, kemurnian substansi, teknik injeksi, dan sterilitas prosedur juga memainkan peran krusial dalam menentukan tingkat keparahan "fibroma" atau reaksi fibrotik yang terjadi. Penggunaan bahan non-medis oleh praktisi non-profesional di lingkungan yang tidak steril secara signifikan meningkatkan risiko komplikasi yang parah dan sulit ditangani, yang menjadi perhatian serius dalam kesehatan masyarakat.

Tabel 1: Perbandingan Jenis Filler Umum dan Risiko Komplikasi Fibrotik "Fibroma Penis"


Jenis Filler

Contoh Bahan

Mekanisme Reaksi Umum

Gambaran Klinis Khas "Fibroma" (Reaksi)

Potensi Keparahan

Asam Hialuronat (Hyaluronic Acid)

Produk filler HA komersial

Reaksi lokal, enkapsulasi, pembentukan nodul

Nodul subkutan yang teraba, bisa tunggal atau multipel, umumnya tidak nyeri atau sedikit nyeri

Ringan-Sedang

Minyak Mineral/Parafin

Parafin cair, minyak mineral, Vaseline, oli

Reaksi lipogranulomatosa, inflamasi kronis, fibrosis luas

Massa keras, irregular, difus, deformitas penis, nyeri, perubahan kulit (sklerosing lipogranuloma)

Berat

Silikon

Silikon cair

Reaksi granulomatosa benda asing (silikonoma), fibrosis

Nodul atau massa keras, bisa terlokalisir atau difus, deformitas

Sedang-Berat

Filler Sintetik Lainnya

Resin akrilik, poliakrilamida

Reaksi granulomatosa benda asing, migrasi

Nodul atau massa, potensi inflamasi dan deformitas

Sedang-Berat

Tabel di atas memberikan gambaran umum yang dapat membantu dokter umum dalam melakukan penilaian awal ketika berhadapan dengan kasus dugaan komplikasi pasca suntik pembesar penis. Pemahaman akan spektrum reaksi berdasarkan jenis filler menjadi dasar penting dalam menentukan urgensi dan arah rujukan.

III. Manifestasi Klinis dan Langkah Diagnosis "Fibroma Penis" untuk Dokter Umum

Spektrum Manifestasi Klinis

Pasien yang mengalami komplikasi pasca suntik pembesar penis dapat datang dengan berbagai keluhan. Manifestasi klinis dari apa yang disebut sebagai "Fibroma Penis" ini sangat bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang disuntikkan, waktu sejak injeksi, dan respons individual pasien:

  • Pembengkakan dan Pengerasan (Swelling and Hardening): Ini seringkali menjadi keluhan awal. Pembengkakan dapat bersifat lokal pada area suntikan atau difus melibatkan sebagian besar batang penis. Jaringan penis mungkin terasa mengeras atau kaku.

  • Nodul atau Massa Teraba (Palpable Nodules or Masses): Dapat teraba satu atau lebih nodul atau massa di bawah kulit penis. Ukuran, jumlah, dan konsistensinya bervariasi – mulai dari nodul kecil yang lunak atau kenyal (seperti pada beberapa kasus HA) hingga massa yang besar, keras, irregular, dan semi-mobil (khas pada lipogranuloma). Nyeri tekan juga bervariasi.

  • Nyeri (Pain): Rasa nyeri dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga nyeri hebat, terutama saat ereksi, saat berhubungan seksual, atau saat penis disentuh.

  • Perubahan Kulit (Skin Changes): Kulit di atas area yang terkena dapat menunjukkan berbagai perubahan, termasuk kemerahan (eritema), penggelapan atau perubahan warna (diskromia), penebalan (fibrosis), hingga kondisi yang lebih parah seperti ulserasi, atau bahkan kerusakan kulit (skin breakdown) dengan keluarnya cairan (eksudat), terutama jika terjadi infeksi sekunder.

  • Deformitas Penis (Penile Deformity): Akibat fibrosis dan kontraktur jaringan, penis dapat mengalami perubahan bentuk yang signifikan, seperti kontur yang tidak beraturan, pemendekan, atau bahkan kelengkungan (curvature), terutama pada kasus lipogranuloma yang ekstensif.

  • Gangguan Ereksi dan Fungsi Seksual (Erectile Dysfunction and Sexual Function Impairment): Pasien mungkin mengeluhkan kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi, nyeri saat ereksi atau saat penetrasi, atau bahkan ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual sama sekali.

  • Gejala Sistemik (Systemic Symptoms): Meskipun jarang, komplikasi sistemik seperti embolisasi benda asing ke organ lain dapat terjadi dan berakibat fatal. Demam atau malaise dapat menandakan adanya infeksi yang signifikan.

Langkah Diagnosis oleh Dokter Umum

Pendekatan diagnostik di tingkat layanan primer harus sistematis dan komprehensif:

  1. Anamnesis Komprehensif (Comprehensive History Taking):

  • Informasi kunci yang harus digali adalah riwayat suntik pembesar penis: kapan dilakukan, jenis bahan yang disuntikkan (jika pasien mengetahui), siapa yang melakukan (tenaga medis atau non-medis), di mana prosedur dilakukan (lingkungan steril atau tidak), dan apakah ada komplikasi langsung pasca prosedur.

  • Penting untuk disadari bahwa pasien mungkin enggan, malu, atau tidak mengetahui detail pasti mengenai prosedur yang telah dijalaninya, terutama jika dilakukan secara ilegal. Pendekatan yang empatik dan tidak menghakimi diperlukan untuk menggali informasi sebanyak mungkin. Tanyakan secara halus mengenai "prosedur untuk menambah ukuran" atau "suntikan pada penis".

  • Tanyakan onset dan progresi gejala saat ini: kapan pembengkakan/benjolan mulai muncul, bagaimana perkembangannya, apakah ada nyeri, perubahan pada kulit, atau gangguan fungsi seksual.

  • Riwayat pengobatan sebelumnya yang sudah pernah diterima untuk keluhan ini.

  • Riwayat medis lain yang relevan, misalnya faktor risiko penyembuhan luka yang buruk atau kondisi imunosupresi.

  1. Pemeriksaan Fisik Terfokus (Focused Physical Examination):

  • Inspeksi: Perhatikan ukuran, bentuk, dan simetri penis. Amati adanya perubahan pada kulit seperti warna, tekstur, integritas (adanya luka, ulkus, atau fistula), dan keluarnya cairan (discharge). Identifikasi lokasi pembengkakan atau massa yang terlihat.

  • Palpasi: Lakukan palpasi secara hati-hati pada seluruh batang penis dan skrotum. Cari adanya nodul atau massa. Jika ditemukan, catat ukuran, konsistensi (keras, kenyal, lunak, fluktuatif), mobilitas, nyeri tekan, batas, dan perluasannya (apakah terlokalisir atau difus, apakah meluas hingga ke skrotum atau regio suprapubik). Perkirakan apakah massa tersebut melibatkan struktur yang lebih dalam seperti korpus kavernosum (meskipun reaksi filler biasanya bersifat subkutan ).

  • Cari tanda-tanda infeksi seperti teraba hangat, kemerahan yang jelas, adanya pus, atau fluktuasi yang menandakan abses.

  • Pengukuran panjang penis saat diregangkan (stretched penile length) dapat berguna jika ada kekhawatiran mengenai deformitas atau pemendekan.

  1. Pemeriksaan Penunjang Awal (Initial Ancillary Investigations - GP Level):

  • Pada umumnya, diagnosis di tingkat dokter umum lebih banyak mengandalkan temuan klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.

  • Dermoskopi: Jika tersedia dan dokter umum memiliki pelatihan, dermoskopi dapat membantu mengidentifikasi pola tertentu yang sugestif untuk kondisi granulomatosa, misalnya latar belakang berwarna oranye dengan struktur putih mengkilap pada penile sclerosing granuloma (PSG). Ini merupakan teknik yang lebih lanjut namun patut diketahui perkembangannya.

  • Ultrasonografi (USG): Meskipun seringkali menjadi alat bantu bagi spesialis, jika USG mudah diakses dan kecurigaan klinis tinggi, pemeriksaan ini dapat membantu memvisualisasikan massa subkutan, menentukan batasannya, dan membedakannya dari patologi yang lebih dalam. Namun, rujukan untuk USG oleh spesialis lebih umum dilakukan.

  • Pemeriksaan Darah Dasar: Pemeriksaan seperti hitung sel darah putih (leukosit) dan C-reactive protein (CRP) dapat dipertimbangkan jika ada kecurigaan infeksi.

  1. Red Flags dan Pertimbangan Diferensial (Red Flags and Differential Considerations):

  • Red Flags (Tanda Bahaya) untuk Rujukan Segera ke Spesialis:

  • Pembengkakan yang progresif cepat.

  • Tanda-tanda infeksi berat (demam tinggi, keluarnya pus yang banyak, selulitis luas).

  • Nekrosis atau ulserasi kulit yang luas.

  • Nyeri yang sangat hebat dan tidak terkontrol.

  • Gangguan berkemih.

  • Gejala sistemik yang mengkhawatirkan.

  • Diagnosis Banding:

  • Infeksi primer (selulitis, abses) yang tidak terkait atau tumpang tindih dengan granuloma.

  • Penyakit Peyronie (terutama jika tidak ada riwayat injeksi yang jelas dan terdapat plak serta kelengkungan penis yang khas).

  • Tumor penis primer (jarang, namun perlu dipertimbangkan pada presentasi atipikal atau jika riwayat injeksi tidak dapat dipastikan).

Salah satu tantangan diagnostik utama adalah keengganan atau ketidakmampuan pasien untuk memberikan riwayat injeksi yang jelas. Hal ini meningkatkan pentingnya pemeriksaan fisik yang teliti dan mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi terhadap reaksi benda asing meskipun riwayatnya samar. Selain itu, kronisitas dan sifat lesi yang teraba dapat memberikan petunjuk penting. 

Pembengkakan akut dengan eritema dan nyeri mungkin lebih mengarah pada infeksi atau reaksi akut terhadap filler seperti HA. Sebaliknya, pengerasan dan deformitas yang berkembang secara bertahap selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lebih khas untuk lipogranuloma akibat minyak atau silikon. Perbedaan temporal ini adalah petunjuk diagnostik yang signifikan bagi dokter umum. 

Meskipun pencitraan canggih seperti MRI atau CT scan dan dermoskopi khusus biasanya berada di luar praktik rutin dokter umum, kesadaran akan kegunaannya dapat menginformasikan surat rujukan dan membantu dokter umum memahami langkah diagnostik lanjutan yang mungkin dilakukan oleh spesialis.

Tabel 2: Panduan Diagnosis Awal dan Red Flags "Fibroma Penis" untuk Dokter Umum


Aspek Penilaian

Temuan Kunci Mengarah ke "Fibroma Penis" Reaktif

Pertanyaan Kunci Anamnesis

Red Flags (Indikasi Rujukan Segera/Spesialis)

Anamnesis

Riwayat suntik pembesar penis, onset gejala pasca suntik

"Apakah pernah menjalani suntik/prosedur untuk memperbesar penis?", "Kapan dilakukan?", "Bahan apa yang digunakan (jika tahu)?", "Siapa yang melakukan?"

Riwayat injeksi bahan tidak dikenal/oleh non-medis, onset gejala akut dan berat

Pemeriksaan Fisik Inspeksi

Pembengkakan, perubahan warna kulit (kemerahan, gelap), deformitas, ulkus, discharge

-

Nekrosis kulit, ulserasi luas, discharge purulen masif, selulitis cepat meluas

Pemeriksaan Fisik Palpasi

Nodul/massa teraba (keras, irregular), nyeri tekan, pengerasan jaringan difus

-

Massa yang sangat besar, fluktuasi (tanda abses), nyeri hebat saat palpasi, fiksasi ke jaringan dalam

Gejala Penyerta

Nyeri saat ereksi, gangguan fungsi seksual, demam (jika infeksi)

"Apakah ada nyeri saat ereksi/berhubungan?", "Apakah ada gangguan fungsi seksual?", "Apakah ada demam?"

Demam tinggi, gejala sistemik (malaise berat, penurunan kesadaran), gangguan berkemih

Tabel ini dirancang sebagai panduan praktis bagi dokter umum untuk melakukan asesmen awal secara terstruktur, mengumpulkan informasi krusial, dan yang terpenting, mengidentifikasi tanda bahaya yang memerlukan rujukan segera demi hasil akhir pasien yang optimal.

IV. Prinsip Tatalaksana dan Terapi "Fibroma Penis": Peran Dokter Umum dan Rujukan Spesialis

Penanganan "Fibroma Penis" akibat suntik pembesar memerlukan pendekatan yang hati-hati dan seringkali melibatkan tim multidisiplin. Peran dokter umum sangat krusial dalam rantai penanganan ini, terutama dalam identifikasi awal dan rujukan yang tepat waktu.

Peran Dokter Umum

  1. Identifikasi Dini dan Diagnosis Awal: Mengenali kemungkinan adanya komplikasi pasca suntik filler berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

  2. Manajemen Gejala Awal (Initial Symptomatic Management):

  • Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.

  • Jika terdapat tanda-tanda infeksi superfisial (dan tidak ada kecurigaan abses dalam atau selulitis berat), dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik oral empiris. Sebagai contoh, amoksisilin/klavulanat pernah dilaporkan diberikan pada kasus dermatitis/edema pasca injeksi HA dengan dugaan risiko infeksi. Salep mupirosin topikal dapat digunakan untuk lesi kulit yang mengalami kerusakan atau infeksi lokal terbatas.

  • Kompres dingin dapat dipertimbangkan untuk mengurangi pembengkakan akut atau inflamasi, jika sesuai.

  1. Edukasi Pasien Awal: Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai kemungkinan sifat masalah yang dihadapinya (reaksi terhadap bahan filler), ketidakpastian diagnosis jika jenis bahan tidak diketahui, dan pentingnya evaluasi lebih lanjut oleh dokter spesialis.

  2. RUJUKAN TEPAT WAKTU (TIMELY REFERRAL): Ini adalah peran paling kritikal bagi dokter umum. Pasien dengan dugaan komplikasi "Fibroma Penis" harus segera dirujuk ke Dokter Spesialis Urologi atau Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik yang berpengalaman dalam menangani kasus serupa. Penting untuk ditekankan kepada pasien mengapa rujukan ini sangat penting: patologi yang kompleks, kebutuhan akan alat diagnostik khusus (misalnya, USG detail, biopsi), dan seringkali intervensi bedah yang rumit. Penundaan rujukan dapat memperburuk kondisi dan prognosis pasien.

Tinjauan Modalitas Terapi Spesialis

Setelah dirujuk, pasien akan menjalani evaluasi lebih lanjut dan mendapatkan terapi definitif dari spesialis. Pilihan terapi sangat bergantung pada jenis bahan filler, luasnya reaksi, gejala yang timbul, dan kondisi umum pasien:

  1. Observasi dan Manajemen Konservatif:

  • Untuk nodul akibat HA yang sangat kecil, tidak bergejala, atau hanya menimbulkan sedikit keluhan, observasi dapat menjadi pilihan. Pijatan lembut pada area nodul kadang disarankan untuk nodul HA yang kecil. Beberapa nodul dapat stabil atau bahkan mengecil seiring waktu tanpa intervensi aktif.

  • Penggunaan kortikosteroid (topikal, intralesi, atau sistemik) pernah disebutkan sebagai salah satu opsi untuk sclerosing lipogranuloma. Namun, sumber yang sama juga mencatat bahwa belum ada laporan kasus yang membuktikan efektivitasnya untuk lipogranuloma yang diinduksi benda asing. Steroid intralesi kadang digunakan untuk penyakit Peyronie , namun ini adalah entitas yang berbeda.

  1. Terapi Injeksi Spesifik:

  • Hialuronidase: Enzim ini spesifik untuk memecah asam hialuronat. Injeksi hialuronidase intralesi oleh spesialis merupakan pilihan terapi untuk nodul yang disebabkan oleh filler HA. Ini adalah prosedur yang memerlukan keahlian khusus.

  1. Tatalaksana Bedah (Surgical Management):

Pembedahan seringkali menjadi terapi definitif untuk "fibroma" atau reaksi granulomatosa yang signifikan, simtomatik, atau menyebabkan deformitas, terutama pada kasus lipogranuloma akibat minyak atau silikon, serta nodul HA yang besar atau persisten.

  • Eksisi Massa/Jaringan Fibrotik: Tujuan utama pembedahan adalah mengangkat seluruh massa granulomatosa atau jaringan fibrotik beserta bahan asing yang terkandung di dalamnya. Seringkali, kulit di atasnya yang sudah terlibat dalam proses fibrosis juga perlu diangkat. Luasnya eksisi bergantung pada sejauh mana penyebaran bahan asing dan reaksi jaringan. Diseksi biasanya dilakukan hingga mencapai fasia Buck.

  • Teknik Rekonstruksi: Setelah eksisi jaringan yang luas, akan terbentuk defek pada penis yang memerlukan rekonstruksi untuk memulihkan bentuk dan fungsi. Beberapa teknik yang umum digunakan meliputi:

  • Cangkok kulit ketebalan sebagian (Split-thickness skin graft - STSG): Kulit donor biasanya diambil dari paha atau area lain.

  • Cangkok kulit ketebalan penuh (Full-thickness skin graft - FTSG): Kulit donor dapat diambil dari regio inguinal, dengan potensi hasil kosmetik dan sensasi yang lebih baik. Teknik jahitan spiral untuk FTSG dilaporkan dapat mengurangi risiko parut hipertrofik dan kontraktur.

  • Flap kulit skrotum (Scrotal skin flap).

  • Penutupan primer: Hanya mungkin dilakukan jika defek sangat kecil, yang jarang terjadi pada kasus ekstensif.

  • Z-plasty atau tissue advancement. Tujuan akhir dari pembedahan adalah untuk mengembalikan fungsi penis (termasuk fungsi seksual) dan mencapai hasil kosmetik yang dapat diterima oleh pasien.

Penting untuk dipahami bahwa penanganan kasus-kasus ini, terutama yang parah, seringkali memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan spesialis urologi, bedah plastik, dan terkadang dermatologi (terutama jika ada manifestasi kulit yang dominan atau penggunaan dermoskopi). 

Peran dokter umum dalam melakukan triase yang akurat dan rujukan yang cepat tidak dapat diremehkan, karena hal ini akan sangat memengaruhi perjalanan penyakit dan hasil akhir bagi pasien. Upaya penanganan definitif oleh dokter umum untuk sebagian besar kasus "Fibroma Penis" (terutama yang bukan disebabkan HA atau reaksi HA yang parah) tidak dianjurkan dan dapat menunda penanganan oleh spesialis serta berpotensi memperburuk kondisi.

V. Prognosis, Pencegahan, dan Edukasi Pasien Mengenai Risiko Suntik Pembesar Penis

Prognosis

Prognosis pasien dengan "Fibroma Penis" akibat suntik pembesar sangat bervariasi. Dengan intervensi spesialis yang tepat dan tepat waktu, terutama melalui tindakan bedah pada kasus yang signifikan, hasil fungsional dan kosmetik seringkali dapat diterima hingga baik. Banyak pasien dapat kembali melakukan aktivitas seksual dengan normal atau dengan perbaikan yang signifikan. 

Sebagai contoh, sebuah studi melaporkan bahwa ketiga pasien dengan lipogranuloma yang menjalani operasi dapat mencapai ereksi penuh dan melakukan hubungan seksual normal pasca operasi. Studi lain menunjukkan hasil kosmetik dan fungsional jangka pendek yang dapat diterima setelah intervensi bedah untuk lipogranuloma akibat minyak mineral , serta perbaikan skor fungsi ereksi dan kepuasan seksual pada pasien parafinoma 12 bulan pasca operasi FTSG.

Namun, prognosis dapat menjadi kurang baik jika diagnosis tertunda, terjadi komplikasi berat seperti infeksi yang meluas atau invasi ke korpus kavernosum , atau jika kerusakan jaringan sudah sangat ekstensif. Untuk komplikasi akibat injeksi Asam Hialuronat (HA), umumnya lebih ringan dan dapat ditangani dengan baik tanpa sekuele berat jika dikelola secara tepat. 

Disebutkan bahwa semua komplikasi akibat injeksi HA dalam satu studi berhasil ditangani tanpa perburukan lebih lanjut atau sekuele berat. Pesan penting yang dapat disampaikan dokter umum kepada pasien saat merujuk adalah bahwa meskipun kondisi bisa tampak parah, intervensi bedah oleh spesialis seringkali dapat memberikan perbaikan yang signifikan.

Pencegahan

Langkah pencegahan yang paling efektif adalah dengan menghindari suntik pembesar penis yang tidak medis, tidak teregulasi, dan menggunakan bahan-bahan yang tidak disetujui atau tidak diketahui keamanannya. Edukasi pasien oleh dokter umum memegang peranan kunci. 

Ketika ada kesempatan, misalnya saat pasien pria bertanya mengenai ukuran penis atau prosedur augmentasi, dokter umum sebaiknya memberikan konseling mengenai risiko signifikan yang terkait dan fakta bahwa sebagian besar filler tidak disetujui oleh badan regulator seperti FDA untuk tujuan ini.

Penting untuk menekankan bahaya prosedur yang dilakukan oleh praktisi non-medis dan di lingkungan yang tidak steril. Bahkan untuk injeksi HA, yang terkadang dilakukan oleh tenaga medis (meskipun seringkali bukan indikasi yang disetujui secara resmi untuk penis), ada faktor risiko yang perlu dipertimbangkan. 

Misalnya, prepusium yang redundan sebelum operasi dapat meningkatkan risiko edema penis atau migrasi gel pasca operasi; beberapa praktisi mungkin mempertimbangkan sirkumsisi pra-operasi untuk mencegah hal ini. Informasi ini lebih relevan bagi spesialis yang melakukan injeksi HA, namun baik untuk diketahui oleh dokter umum.

Edukasi Pasien

Edukasi yang komprehensif kepada pasien, baik yang sudah menjalani suntikan maupun yang baru mempertimbangkan, sangatlah penting:

  • Tekankan bahwa suntikan yang diklaim "alami" atau "herbal" bisa sama berbahayanya dengan suntikan bahan sintetik jika substansinya tidak diketahui, tidak murni, atau disuntikkan secara non-steril.

  • Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika timbul gejala merugikan apapun pasca suntikan (pembengkakan, nyeri, perubahan kulit, demam).

  • Sampaikan pentingnya memberikan informasi yang jujur dan lengkap mengenai prosedur apapun yang pernah dijalani untuk membantu proses diagnosis dan penentuan terapi yang tepat.

  • Secara sensitif, diskusikan bahwa ukuran penis sangat bervariasi antar individu, dan kekhawatiran mengenai ukuran penis seringkali lebih bersifat psikologis (misalnya, small penis syndrome) daripada masalah anatomis yang nyata. Prosedur augmentasi penis membawa risiko substansial yang harus dipertimbangkan dengan matang terhadap manfaat yang mungkin diperoleh. Mengakui adanya komponen psikologis ini dapat membuat konseling dokter umum lebih holistik dan berpotensi mengarahkan individu dari prosedur berisiko.

Masalah "Fibroma Penis" akibat suntik pembesar ilegal bukan hanya masalah medis individual, tetapi juga isu kesehatan masyarakat yang memerlukan kampanye kesadaran dan edukasi preventif yang lebih luas. Dokter umum berada di garis depan untuk menyampaikan edukasi ini.

VI. Kesimpulan: Optimalisasi Diagnosis dan Terapi "Fibroma Penis" di Garda Terdepan Layanan Kesehatan

Komplikasi berupa pembengkakan dan pengerasan penis pasca suntik pembesar, yang seringkali disebut awam sebagai "Fibroma Penis", merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian medis. Penting untuk dipahami bahwa kondisi ini umumnya adalah reaksi granulomatosa benda asing atau fibrosis reaktif terhadap bahan filler yang disuntikkan, bukan merupakan fibroma neoplasia sejati.

Dokter umum di layanan primer memegang peranan vital dalam penanganan awal kasus ini. Kemampuan untuk melakukan anamnesis yang cermat (termasuk menggali riwayat injeksi secara sensitif) dan pemeriksaan fisik yang teliti adalah kunci untuk identifikasi dini. 

Namun, pilar utama dalam Diagnosis dan terapi "Fibroma Penis" di tingkat dokter umum adalah melakukan rujukan yang cepat dan tepat ke dokter spesialis urologi atau bedah plastik. Rujukan ini krusial untuk evaluasi lebih lanjut, diagnosis pasti, dan penatalaksanaan definitif, terutama untuk reaksi terhadap filler non-HA atau komplikasi HA yang berat.

Meskipun nodul akibat HA terkadang dapat dikelola dengan pendekatan yang kurang invasif seperti injeksi hialuronidase oleh spesialis, granuloma akibat bahan seperti minyak atau silikon hampir selalu memerlukan eksisi bedah dan rekonstruksi yang kompleks. Dengan penanganan spesialis yang tepat, prognosis fungsional dan kosmetik umumnya baik.

Sebagai penutup, diharapkan para dokter umum dapat lebih waspada terhadap kemungkinan komplikasi ini, aktif memberikan edukasi kepada pasien mengenai risiko prosedur augmentasi penis yang tidak terstandar, dan turut berkontribusi dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien ini. 

Meskipun kasus "Fibroma Penis" bisa kompleks, peran dokter umum dalam deteksi dini, pemberian saran awal, dan rujukan yang tepat waktu sangatlah krusial dan dapat secara signifikan memengaruhi hasil akhir yang positif bagi pasien. Peningkatan kasus yang dilaporkan di beberapa literatur juga mengindikasikan perlunya pembelajaran berkelanjutan bagi para dokter di garda terdepan layanan kesehatan.

Referensi

  1. Alter, G.J. & Ehrlich, R.M. (2013) Penile Augmentation with Resultant Foreign Material Granuloma. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3629684/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  2. Blankenship, C., Kwon, E., Aguero, C. & Pastuszak, A.W. (2010) Penile sclerosing lipogranulomas and disfigurement from use of "1Super Extenze" among Laotian immigrants. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20722776/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  3. Choi, Y.D., Kim, K.S. & Kim, D.S. (2018) Penile Paraffinoma. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30007541/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  4. Errichetti, E. & Stinco, G. (2021) Dermoscopy of penile sclerosing granuloma. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7929841/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  5. Hwang, E.C., Kim, S.O., Jung, S.I., Kwon, D.D. & Park, K. (2009) Delayed complications of gel injection for penile girth augmentation. PubMed. Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19453922/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  6. DermNet (2025) Penile fibromatosis - Peyronie disease. DermNet NZ. Tersedia pada: https://dermnetnz.org/topics/penile-fibromatosis (Diakses: 7 Juni 2025).

  7. Lee, S.W. et al. (2024) Diagnosis and Management of Peyronie's Disease: A Clinical Consensus Statement and Recommendations from the Korean Society for Sexual Medicine and Andrology. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11704158/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  8. Moon, D.G., Kwak, T.I., Kim, J.J. & Cho, H.Y. (2022) One-stage Reconstruction of Penile Paraffinoma Using Spiral Technique. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8769144/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  9. Rehman, J., Melman, A. & Christ, G. (2021) Complications and management of penile augmentation with hyaluronic acid injection. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8269832/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  10. Shim, S.R., Kim, J.H. & Park, S.C. (2022) Penile Girth Injection Complications: A Case Report. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8766275/ (Diakses: 7 Juni 2025).

  11. Yang, C., Wu, W., Zhang, X. & Li, H. (2025) Penile enhancement: A comprehensive and current perspective. PubMed Central (PMC). Tersedia pada: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC12076428/ (Diakses: 7 Juni 2025).