24 Jul 2025 • mata
Astigmatisme dan anisometropia merupakan kelainan refraksi yang sering dijumpai dalam praktik layanan primer. Kedua kondisi ini dapat memengaruhi kualitas penglihatan dan, terutama pada anak-anak, berpotensi mengganggu perkembangan visual normal. Kacamata adalah modalitas koreksi yang paling umum digunakan.
Namun, muncul pertanyaan penting bagi para dokter: apakah kacamata selalu memadai untuk mengoreksi kedua kondisi ini, terutama pada kasus-kasus dengan derajat kelainan yang signifikan atau kompleksitas tertentu? Keterbatasan seperti induksi aniseikonia (perbedaan persepsi ukuran bayangan antar mata) dan tantangan dalam mengoreksi astigmatisme ireguler menunjukkan bahwa kacamata tidak selalu menjadi solusi definitif.
Artikel ini bertujuan membekali Dokter Umum (usia 25-35 tahun) dengan pengetahuan berbasis bukti dari sumber terindeks PubMed untuk memahami astigmatisme dan anisometropia secara lebih mendalam, mengenali batasan koreksi dengan kacamata, serta mengetahui peran penting dokter umum dalam deteksi dini dan penentuan waktu rujukan yang tepat ke spesialis mata.
Definisi dan Etiologi: Astigmatisme adalah suatu kondisi refraksi di mana mata tidak memfokuskan berkas cahaya sejajar secara merata pada satu titik fokus di retina. Hal ini terjadi karena kelengkungan kornea (permukaan depan mata yang jernih) atau lensa di dalam mata tidak berbentuk sferis sempurna (asferis), melainkan lebih melengkung pada satu meridian dibandingkan meridian lainnya. Akibatnya, terbentuk dua garis fokus, bukan satu titik fokus. Penyebab astigmatisme bisa berasal dari kornea (paling umum, akibat permukaan anterior yang asferis) maupun dari lensa (lentikuler).
Klasifikasi: Secara klinis, astigmatisme dibagi menjadi:
Astigmatisme Reguler: Meridian dengan kekuatan refraksi terkuat dan terlemah saling tegak lurus. Jenis ini meliputi with-the-rule (meridian vertikal lebih curam), against-the-rule (meridian horizontal lebih curam), dan oblique (meridian utama tidak vertikal atau horizontal). Berdasarkan posisi garis fokus terhadap retina, astigmatisme reguler dibagi lagi menjadi simpleks (satu garis fokus di retina), kompositus (kedua garis fokus di depan atau di belakang retina), dan mikstus (satu garis fokus di depan, satu di belakang retina).
Astigmatisme Irreguler: Meridian utama tidak saling tegak lurus. Jenis ini sering disebabkan oleh penyakit kornea (seperti keratokonus), bekas luka, trauma, atau pasca-operasi kornea, dan lebih sulit dikoreksi dengan kacamata.
Gambar 1. Skema pathogenesis pada astigmatisme
Gejala Klinis: Pasien dengan astigmatisme mungkin mengeluhkan penglihatan kabur atau terdistorsi (objek tampak memanjang atau miring), mata lelah (astenopia), sakit kepala, sering menyipitkan mata, atau memiringkan kepala untuk mendapatkan penglihatan yang lebih jelas.
Definisi dan Etiologi: Anisometropia didefinisikan sebagai adanya perbedaan kekuatan refraksi (sferis atau silindris) antara kedua mata. Perbedaan ini biasanya dianggap signifikan secara klinis jika melebihi 1.00 Dioptri (D) dalam ekuivalen sferis. Penyebab utamanya adalah perbedaan panjang aksial bola mata atau perbedaan komponen refraktif (kornea, lensa) antar kedua mata. Kondisi ini juga sering dikaitkan dengan kegagalan proses emetropisasi (proses alami mata mencapai kondisi refraksi normal).
Prevalensi dan Asosiasi: Prevalensi anisometropia bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan; sebuah studi besar pada kandidat bedah refraktif menemukan prevalensi sekitar 17.9% (median 0.38 D), sementara prevalensi untuk perbedaan >3 D lebih rendah, sekitar 2-3%. Anisometropia lebih sering ditemukan pada individu dengan derajat ametropia (miopia atau hiperopia) yang tinggi dan prevalensinya dapat berubah seiring bertambahnya usia.
Gejala Klinis: Gejala anisometropia seringkali tumpang tindih dengan keluhan kelainan refraksi pada umumnya. Namun, perbedaan refraksi antar mata dapat menimbulkan masalah spesifik seperti astenopia, sakit kepala, pusing, intoleransi terhadap kacamata, persepsi ruang yang terdistorsi, hingga penglihatan ganda (diplopia) akibat aniseikonia.
Aniseikonia: Aniseikonia adalah kondisi persepsi di mana ukuran atau bentuk bayangan yang diterima oleh kedua mata berbeda. Hal ini seringkali merupakan konsekuensi langsung dari anisometropia (disebut aniseikonia optik). Penting untuk dipahami bahwa pemakaian kacamata untuk mengoreksi anisometropia itu sendiri dapat menginduksi atau memperburuk aniseikonia karena perbedaan efek magnifikasi (pembesaran) dari lensa kacamata kanan dan kiri.
Risiko Ambliopia: Anisometropia merupakan faktor risiko utama terjadinya ambliopia ("mata malas") pada anak-anak. Perbedaan fokus yang signifikan antar mata menyebabkan bayangan pada salah satu retina (mata dengan kelainan refraksi lebih berat) menjadi kabur secara kronis. Selama periode kritis perkembangan visual (terutama 7 tahun pertama kehidupan), otak cenderung menekan (supresi) bayangan yang kabur tersebut untuk menghindari kebingungan visual atau diplopia. Supresi yang berkepanjangan ini menghambat perkembangan jalur visual normal untuk mata tersebut, mengakibatkan penurunan tajam penglihatan terbaik yang tidak dapat dikoreksi penuh dengan kacamata, meskipun struktur mata secara fisik normal. Risiko ambliopia meningkat secara signifikan seiring dengan derajat anisometropia; misalnya, perbedaan hiperopia >1.50 D atau perbedaan miopia >3.00 D pada anak usia dini sudah dianggap ambliogenik.
Lingkaran Sebab-Akibat Anisometropia-Ambliopia: Hubungan antara anisometropia dan ambliopia bersifat kompleks. Secara tradisional, anisometropia dianggap sebagai penyebab ambliopia. Bayangan kabur kronis pada satu mata akibat anisometropia mengganggu interaksi binokular normal dan memicu supresi kortikal, yang berujung pada ambliopia. Namun, bukti dari studi lain, termasuk pada hewan model, menunjukkan arah sebaliknya juga mungkin terjadi. Ambliopia yang disebabkan oleh faktor lain (misalnya strabismus atau deprivasi visual akibat katarak kongenital) dapat mengganggu proses emetropisasi yang normalnya dipandu oleh input visual yang jernih. Kurangnya umpan balik visual yang jelas dari mata yang ambliop dapat menyebabkan pertumbuhan bola mata yang asimetris, sehingga menyebabkan atau memperburuk anisometropia. Ada juga kemungkinan adanya faktor ketiga yang mendasari, yang secara bersamaan mengganggu pertumbuhan mata dan fungsi kortikal visual. Kompleksitas hubungan ini menekankan pentingnya skrining dini pada anak tidak hanya untuk kelainan refraksi signifikan seperti anisometropia, tetapi juga untuk kesejajaran mata (strabismus), karena keduanya merupakan faktor risiko yang saling terkait erat untuk ambliopia. Penatalaksanaan seringkali memerlukan koreksi kelainan refraksi sekaligus terapi untuk ambliopianya.
Kacamata, menggunakan lensa sfero-silindris (juga dikenal sebagai lensa torik dalam konteks kacamata), merupakan standar koreksi lini pertama yang efektif untuk sebagian besar kasus astigmatisme reguler (simpleks, kompositus, mikstus) dan anisometropia derajat rendah hingga sedang.
Untuk astigmatisme reguler derajat rendah (<2.00 D), koreksi dengan kacamata (bahkan terkadang hanya dengan ekuivalen sferis atau desain kacamata khusus seperti S-Glasses) umumnya dapat memberikan tajam penglihatan yang baik (misalnya, lebih baik dari 6/18).
Pada astigmatisme reguler sedang (2.00-2.99 D), kacamata dengan koreksi silinder yang tepat dapat mencapai tajam penglihatan yang baik, jauh lebih superior dibandingkan hanya menggunakan koreksi sferis.
Meskipun efektif dalam banyak kasus, kacamata memiliki keterbatasan signifikan yang perlu dipahami oleh dokter umum:
Astigmatisme Tinggi dan Tidak Teratur:
Kacamata seringkali kurang optimal dalam mengoreksi astigmatisme reguler derajat tinggi (≥3.00 D), di mana pasien mungkin masih merasakan adanya sisa kekaburan meskipun sudah memakai kacamata dengan ukuran terbaik.
Kacamata pada umumnya tidak mampu memberikan koreksi visual yang memuaskan untuk astigmatisme ireguler. Kondisi ini, yang sering disebabkan oleh penyakit kornea (seperti keratokonus), bekas luka kornea, trauma, atau pasca-bedah refraktif, menciptakan permukaan kornea yang tidak beraturan dengan banyak meridian kekuatan yang berbeda dan aberasi tingkat tinggi (higher-order aberrations). Lensa kacamata standar (sfero-silindris) hanya dapat mengoreksi dua meridian utama yang saling tegak lurus. Akibatnya, pasien dengan astigmatisme ireguler sering mengeluhkan kualitas penglihatan yang buruk, silau (glare), bayangan ganda (ghosting), atau distorsi meskipun telah menggunakan kacamata. Kegagalan kacamata untuk memberikan penglihatan yang jernih pada pasien, terutama jika disertai riwayat yang sugestif atau perubahan refraksi yang progresif, harus menimbulkan kecurigaan adanya astigmatisme ireguler. Pasien seperti ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, khususnya topografi kornea, untuk mengevaluasi bentuk permukaan kornea dan menyingkirkan kondisi seperti keratokonus.
Anisometropia Tinggi: Tantangan Aniseikonia dan Adaptasi:
Pada anisometropia, terutama derajat tinggi (>2.00-3.00 D), koreksi penuh dengan kacamata seringkali menimbulkan masalah aniseikonia. Lensa kacamata dengan kekuatan berbeda akan menghasilkan pembesaran bayangan yang berbeda pula di retina kedua mata. Perbedaan persepsi ukuran bayangan ini (aniseikonia) dapat menyebabkan gejala yang signifikan seperti mata lelah (astenopia), sakit kepala, pusing, gangguan persepsi ruang, dan intoleransi terhadap kacamata itu sendiri. Anisometropia di atas 2.00 D seringkali sulit ditoleransi dengan kacamata , dan derajat yang lebih tinggi (>3.00 D atau >6.0 D) sangat berisiko menyebabkan ambliopia dan sulit ditangani hanya dengan kacamata.
Meskipun otak memiliki kemampuan adaptasi terhadap aniseikonia (neuroadaptasi), terutama pada anak-anak, proses ini seringkali tidak sempurna atau bahkan tidak mungkin terjadi jika perbedaan ukuran bayangan terlalu besar (misalnya, aniseikonia >5%). Akibatnya, pasien tetap merasakan ketidaknyamanan atau gangguan penglihatan binokular.
Menghadapi tantangan aniseikonia ini, terkadang klinisi memilih untuk memberikan koreksi kacamata yang tidak penuh (under-correction) pada mata dengan kelainan refraksi lebih tinggi untuk mengurangi perbedaan kekuatan lensa dan meminimalkan aniseikonia. Namun, strategi ini memiliki konsekuensi. Undercorrection berarti membiarkan adanya sisa kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, yang dapat mengorbankan ketajaman penglihatan dan, yang lebih penting pada anak-anak, dapat menghambat efektivitas terapi ambliopia yang justru membutuhkan bayangan retina sejelas mungkin. Dilema ini menyoroti mengapa pasien dengan anisometropia tinggi seringkali memerlukan alternatif koreksi selain kacamata, seperti lensa kontak, yang dapat meminimalkan aniseikonia secara signifikan.
Secara ringkas, kacamata mungkin tidak lagi menjadi solusi yang memadai dalam beberapa skenario berikut:
Astigmatisme reguler derajat tinggi (≥3.00 D) yang tidak terkoreksi penuh dan masih menyisakan keluhan visual.
Adanya astigmatisme ireguler akibat kelainan kornea (misalnya keratokonus, pasca trauma/infeksi/bedah).
Anisometropia derajat tinggi (>2.00-3.00 D) yang menyebabkan gejala aniseikonia, intoleransi kacamata, atau berisiko tinggi menyebabkan/mempertahankan ambliopia.
Dokter Umum memegang peranan krusial dalam diagnosis dan terapi astigmatisme dan anisometropia tahap awal, terutama dalam deteksi dini dan menentukan perlunya rujukan.
Pentingnya deteksi dini tidak dapat dilebih-lebihkan, khususnya pada populasi anak-anak. Periode kritis perkembangan visual terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan (terutama <7 tahun), di mana kelainan refraksi yang tidak terkoreksi seperti astigmatisme signifikan dan anisometropia dapat menyebabkan ambliopia permanen. Semakin dini kondisi ini terdeteksi dan ditangani, semakin baik prognosis visualnya.
Peran Dokter Umum dalam skrining meliputi:
Anamnesis: Menanyakan riwayat keluarga (ambliopia, strabismus, katarak kongenital, riwayat pemakaian kacamata tebal), keluhan visual pasien (penglihatan kabur, mata lelah, sakit kepala saat membaca, sering menyipit), dan observasi perilaku (sering mengucek mata, memiringkan kepala, kesulitan fokus).
Pemeriksaan Dasar: Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus) dasar pada anak yang kooperatif. Mengobservasi adanya tanda-tanda strabismus (mata juling) atau nistagmus (gerakan mata involunter).
Identifikasi Faktor Risiko: Mengenali derajat kelainan refraksi yang berisiko menyebabkan ambliopia (ambliogenik). Tabel berikut menyajikan panduan sederhana berdasarkan usia, yang diadaptasi dari pedoman klinis, untuk membantu Dokter Umum mengidentifikasi anak yang memerlukan rujukan segera.
Tabel 1: Ambang Batas Kelainan Refraksi Ambliogenik pada Anak (Adaptasi dari Pedoman AAPOS )
Usia (Age) | Isoametropia Ambliogenik (Amblyogenic Isometropia) | Anisometropia Ambliogenik (Amblyogenic Anisometropia) |
Hiperopia (Hyperopia ≥) | Astigmatisme (Astigmatism ≥) | |
< 1 tahun | +6.00 D | 3.00 D |
1 - <2 tahun | +5.00 D | 2.50 D |
2 - <3 tahun | +4.50 D | 2.00 D |
3 - <4 tahun | +3.50 D | 1.50 D |
Catatan: Angka ini merupakan panduan umum; rujukan sebaiknya tetap mempertimbangkan tajam penglihatan dan kondisi klinis lainnya. |
Dokter Umum harus merujuk pasien ke dokter spesialis mata jika ditemukan kondisi berikut:
Kecurigaan ambliopia (penurunan visus pada satu atau kedua mata yang tidak dapat dijelaskan oleh kelainan struktural) atau strabismus pada anak.
Penurunan tajam penglihatan yang tidak terkoreksi secara adekuat dengan kacamata yang sudah diresepkan.
Pasien dewasa atau anak yang mengeluhkan gejala aniseikonia signifikan (astenopia berat, sakit kepala persisten, pusing, diplopia, intoleransi kacamata) meskipun telah menggunakan kacamata untuk anisometropia.
Astigmatisme derajat tinggi (misalnya ≥3.00 D) yang koreksinya dengan kacamata kurang memuaskan.
Kecurigaan astigmatisme ireguler (visus buruk meski dengan kacamata, riwayat penyakit/trauma/operasi kornea).
Anisometropia derajat tinggi (misalnya >2.00-3.00 D), terutama pada anak (risiko ambliopia tinggi) atau jika menimbulkan keluhan aniseikonia pada dewasa.
Pasien yang menginginkan atau memerlukan alternatif koreksi selain kacamata, seperti lensa kontak atau bedah refraktif.
Dokter spesialis mata akan melakukan pemeriksaan refraksi yang detail, pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata, serta pemeriksaan penunjang seperti keratometri dan topografi kornea untuk diagnosis pasti dan menentukan derajat serta jenis astigmatisme atau anisometropia. Penatalaksanaan selanjutnya akan disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien, yang mungkin melibatkan peresepan kacamata, lensa kontak, terapi ambliopia, atau pilihan bedah refraktif.
Ketika kacamata tidak lagi memadai, beberapa alternatif koreksi dapat dipertimbangkan oleh dokter spesialis mata:
Lensa Kontak:
Keunggulan: Sangat efektif untuk anisometropia tinggi karena secara signifikan mengurangi atau mengeliminasi aniseikonia yang diinduksi kacamata. Juga merupakan pilihan utama untuk astigmatisme ireguler karena lensa kontak (terutama RGP dan sklera) dapat menciptakan permukaan refraktif baru yang reguler di atas kornea yang ireguler.
Jenis:
Lensa Kontak Lunak Torik (Soft Toric): Pilihan nyaman untuk astigmatisme reguler, termasuk derajat tinggi (tersedia dalam rentang silinder yang luas).
Lensa Kontak Rigid Gas Permeable (RGP): Pilihan utama untuk astigmatisme ireguler (misalnya keratokonus) karena kemampuannya menetralisir iregularitas kornea. Memerlukan adaptasi.
Lensa Kontak Sklera (Scleral Lenses): Lensa RGP berdiameter besar yang bertumpu pada sklera dan melengkung di atas kornea. Sangat efektif untuk astigmatisme ireguler berat atau kornea yang sangat sensitif/kering.
Lensa Kontak Hibrida (Hybrid Lenses): Menggabungkan pusat RGP (untuk optik jernih) dengan tepi lensa lunak (untuk kenyamanan). Pilihan untuk astigmatisme ireguler atau intoleransi RGP.
Bedah Refraktif:
Bedah Laser Kornea (LASIK, PRK, SMILE): Efektif untuk mengoreksi astigmatisme reguler (biasanya hingga batas tertentu, misal <6D) dan anisometropia dengan merubah bentuk kornea. Tidak cocok untuk astigmatisme ireguler signifikan atau kornea tipis.
Phakic Intraocular Lenses (pIOLs/ICL): Lensa buatan yang ditanam di dalam mata tanpa mengangkat lensa asli. Pilihan yang sangat baik untuk ametropia (termasuk astigmatisme hingga 6D ) dan anisometropia derajat tinggi yang tidak cocok untuk bedah laser.
Refractive Lens Exchange (RLE): Prosedur penggantian lensa jernih asli dengan lensa intraokular (IOL) buatan. Dipertimbangkan untuk ametropia dan anisometropia sangat tinggi, pasien presbiopia, atau mereka yang tidak cocok untuk bedah laser maupun pIOL. Dapat mengoreksi astigmatisme menggunakan IOL Torik (hingga sekitar 4D atau lebih tergantung IOL).
Pemilihan alternatif koreksi ini menunjukkan adanya suatu tingkatan atau hierarki penatalaksanaan. Kacamata adalah lini pertama. Jika gagal atau tidak memadai (karena derajat tinggi, iregularitas, atau aniseikonia), lensa kontak menjadi pilihan berikutnya, dengan jenis lensa disesuaikan tingkat keparahan dan regularitas astigmatisme.
Bedah refraktif dipertimbangkan bagi pasien yang menginginkan koreksi permanen atau tidak toleran terhadap lensa kontak, dengan pilihan prosedur (laser kornea, pIOL, RLE) bergantung pada derajat kelainan refraksi, usia, kondisi kornea, kedalaman bilik mata depan, dan status lensa kristalin.
Pemahaman hierarki ini membantu Dokter Umum mengerti alasan di balik perlunya rujukan ketika kacamata tidak lagi cukup dan memberikan gambaran mengenai jalur penatalaksanaan selanjutnya oleh spesialis mata.
Kacamata merupakan modalitas koreksi lini pertama yang efektif dan luas digunakan untuk astigmatisme dan anisometropia. Namun, efektivitasnya terbatas pada kasus astigmatisme reguler derajat tinggi, astigmatisme ireguler, dan anisometropia derajat tinggi yang dapat menimbulkan aniseikonia simptomatik atau risiko ambliopia yang signifikan.
Peran Dokter Umum sangatlah vital dalam diagnosis dan terapi astigmatisme dan anisometropia tahap awal. Skrining tajam penglihatan dan identifikasi faktor risiko pada anak-anak merupakan kunci pencegahan ambliopia.
Kemampuan untuk mengenali tanda-tanda bahaya dan keterbatasan koreksi kacamata, seperti keluhan visual persisten meskipun sudah memakai kacamata, kecurigaan astigmatisme ireguler, atau gejala aniseikonia pada anisometropia tinggi, menjadi dasar untuk melakukan rujukan yang tepat waktu ke dokter spesialis mata.
Dengan deteksi dini dan rujukan yang sesuai, Dokter Umum dapat memastikan pasien mendapatkan diagnosis yang akurat dan penatalaksanaan yang optimal, baik dengan kacamata maupun alternatif koreksi lainnya, demi menjaga kualitas penglihatan dan mencegah komplikasi jangka panjang.
Astigmatism - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35881747/
The Relationship between Anisometropia and Amblyopia - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3773531/
Amblyopia - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430890/
Aniseikonia - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585108/
Refractive errors: Epidemiology, Effects and Treatment Options - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5143802/
Visual and Ocular Characteristics of Anisometropic Children - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11267141/
Refractive Surgery in Myopic Children - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11313164/
Astigmatism (Concept Id: C0004106) - NCBI, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/medgen/2473
Visual Improvement With Wavefront-Guided Scleral Lenses for Irregular Corneal Astigmatism - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11753440/
Keratoconus - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470435/
Myopia - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK580529/
Prevalence and associations of anisometropia with spherical ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11698341/
Clinical Aniseikonia in Anisometropia and Amblyopia - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8269785/
Management of amblyopia in pediatric patients: Current insights - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8727565/
THE RELATIONSHIP BETWEEN ANISOMETROPIA, PATIENT AGE, AND THE DEVELOPMENT OF AMBLYOPIA - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1447580/
Spectacle Correction of Ametropias - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585037/
A method for the prescription of inexpensive spectacles by non ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3625996/
Synergeyes Versus Soft Toric Lenses: Vision-Related Quality of Life | Request PDF - ResearchGate, diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/6206647_Synergeyes_Versus_Soft_Toric_Lenses_Vision-Related_Quality_of_Life
Evaluation of Aniseikonia in Patients with Successfully Treated Anisometropic Amblyopia Using Spatial Aniseikonia Test - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10253754/
The Relationship between Axis Length Difference and Refractive Error in Unilateral Myopic Anisometropic Children Treated with Orthokeratology - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10495229/
Contact Lenses - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK580554/
Quality of Life After Laser Vision Correction: A Systematic Review and Meta-Analysis - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11730016/
Laser Refractive Surgery for Vision Correction: A Review of Clinical ..., diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532537/
Contact lens in keratoconus - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3775075/
Contact Lens Visual Rehabilitation in Keratoconus and Corneal ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3265106/
Phakic Intraocular Lenses and their Special Indications - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5139554/
(PDF) Refractive lens exchange in modern practice: when and when ..., diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/280771424_Refractive_lens_exchange_in_modern_practice_when_and_when_not_to_do_it
high myopic astigmatism: Topics by Science.gov, diakses Mei 8, 2025, https://www.science.gov/topicpages/h/high+myopic+astigmatism
Efficacy of small-incision lenticule extraction surgery in ... - Frontiers, diakses Mei 8, 2025, https://www.frontiersin.org/journals/medicine/articles/10.3389/fmed.2022.1100241/full
Review of current status of refractive lens exchange and role of ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7856935/
(PDF) Correction of moderate to high refractive astigmatism with extended range toric soft contact lenses in patients with different patterns of astigmatism - ResearchGate, diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/359473727_Correction_of_moderate_to_high_refractive_astigmatism_with_extended_range_toric_soft_contact_lenses_in_patients_with_different_patterns_of_astigmatism