20 May 2019 • Internal Medicine
Setiap tahun, ada 1 juta lebih penduduk dunia yang berpuasa wajib selama satu bulan Ramadhan. Tentunya, ini akan menjadi permasalahan tersendiri bagi pasien dengan hipertensi, dengan adanya perubahan pola makan, minum obat, dan juga pola tidur.
Perubahan gaya hidup ini mempengaruhi waktu dan dosis asupan obat. Perubahan pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat juga dapat menjadi masalah tambahan.
Dalam Islam, ada beberapa alasan yang dapat ditolerir untuk tidak menjalani puasa Ramadhan, yaitu jika dengan berpuasa menyebabkan kerugian bagi dirinya, termasuk diperbolehkan pula bagi pasien dengan penyakit kronis untuk tidak berpuasa demi kesehatan.
Banyak faktor yang secara teori dapat mempengaruhi tekanan darah selama bulan Ramadhan, termasuk pola makan, pola tidur, dan waktu minum obat. Pada bulan ramadhan, setiap pemeluk agama Islam berpuasa kira-kira 12-18 jam dalam sehari.
Perawatan bagi pasien dengan penyakit kronis seperti hipertensi memerlukan suatu tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan. Jadwal pengobatan harus disesuaikan agar dapat dikonsumsi pada saat berbuka puasa dan sahur.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa memperbaiki tekanan sistolik, Nematy et al (2012), melakukan penelitian prospektif observasional yang dilakukan pada sekelompok pasien dengan setidaknya satu faktor risiko kardiovaskular yang menjalani minimal 10 jam puasa. Pasien diminta minimal berpuasa 10 hari, kemudian dibandingkan berbagai parameter klinis antara sebelum dan sesudah bulan Ramadhan.
Dalam penelitian tersebut, didapatkan perbaikan faktor risiko penyakit jantung koroner yang signifikan dalam 10 tahun penelitian, termasuk turunnya tekanan darah sistolik.
Berbeda dengan pelitian oleh Habbal et al. (1998) yang mempelajari konsekuensi puasa Ramadhan pada variasi tekanan darah dalam 99 pasien hipertensi selama 24 jam. Semua pasien melakukan pengukuran tekanan darah sebelum puasa dan selama puasa Ramadhan, dan didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik mengenai tekanan darah sistolik dan diastolik selama 24 jam dalam kedua periode tersebut.
Perk et al (2001) meneliti efek puasa pada 17 pasien hipertensi yang menjalani pengobatan dengan pengukuran tekanan darah sebelum puasa dan selama minggu terakhir bulan Ramadhan. Semua pasien melanjutkan pengobatannya yang diberikan sekali sehari, dan didapatkan hasil tidak ada perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum atau selama bulan Ramadhan.
Namun penelitian yang berbeda lagi oleh Salahuddin et al. (2014), diungkapkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada 15 pasien antara usia 35-65 tahun dengan hipertensi yang signifikan lebih rendah selama bulan Ramadhan ketika dibandingkan sebelum dan selama bulan Ramadhan.
Pesan Sekarang via WA Yahya 085608083342 atau klik link pesan ini
Penelitian oleh Ural et al (2007) yang menganalisis puasa pada hipertensi stage 2-3 yang terkontrol menunjukkan bahwa pada pasien yang mengonsumsi obat sekali sehari dan pasien yang menggunakan terapi kombinasi mengonsumsi obat dalam dua waktu terpisah, yaitu sebelum dan sesudah berbuka puasa dan dilakukan observasi tekanan darah selama 24 jam, pada siang dan malam hari tekanan darah tidak berubah selama puasa Ramadhan. Meskipun begitu, perubahan secara signifikan dalam analisis tiap jam, dan perubahan ini berada dalam batas normal karena terkait dengan perubahan gaya hidup seperti bangun pagi-pagi.
Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa puasa Ramadhan dapat ditoleransi dengan baik untuk pasien dengan esensial hipertensi, bahkan untuk pasien dengan hipertensi stage 2-3, kecuali pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol, dengan tetap mematuhi terapi yang diberikan.
Berdasarkan pengamatan, rekomendasi dibuat pada manajemen hipertensi dan pengelolaan terapi untuk pasien hipertensi sebagai berikut:
Sponsored Content
BUKU TIPS PUASA dr DECSA, SpPD
Sudah ready, siap kirim dari aceh-papua…
BONUS JOIN GROUP WA PUASA
Puasa hari ke tiga banyak banget yang tanya ke aku tentang tips menatalaksana pasien puasa dengan penyakit kronik.
Misal, pasien dengan asma yang sering kambuh. Perubahan pola terapi pasien diabetes. Pantangan pasien decomp cordis yang mau puasa, dsb.
Oleh sebab itu, akhirnya aku meminta dr Decsa, SpPD untuk bikin Group Support pembeli buku "Tips Puasa Pasien Penyakit Kronik" selama 30 hari ke depan.
Kenapa Group Support "Tips Puasa dr Decsa, SpPD" akan sangat aplikatif untuk praktek sehari-hari?
dr Decsa, SpPD adalah salah satu seniorku di FK Unair yang paling cemerlang, dan baru aja tahun ini terpilih sebagai 1 dari 2 PNS yang diterima sebagai Dosen FK Unair untuk (konsulen) Dept. Penyakit Dalam
dr Decsa, SpPD adalah penulis utama buku "Tips Praktis Klinis Penyakit Kronik Pasien Puasa", jadi kepakaran-nya jelas tidak dapat diragukan lagi
Kasus yang dikonsultasikan di Group adalah kasus real yang ditemui TS dalam praktek sehari-hari. So, pasti aplikatif.
Biaya Investasi: Hanya Rp 156 ribu saja.
Biasanya Group Konsultasi dokter Spesialis DokterPost biaya membership nya 299 ribu/bulan lho…
Apa lagi, kalau join sekarang kamu akan dapat
Buku Tips Praktis Klinis Penyakit Kronik Pasien Puasa (karya dr Decsa, SpPD dan Tim) => senilai 199 ribu
Akses konsultasi semua kasus klinik yang kamu temui selama bulan puasa
Tips-tips puasa terupdate dari dokter spesialis yang lain (SpA, SpOG, SpJP, SpP dsb)
Dan masih banyak manfaat yang lain…
So, murah banget kan…
Pokoknya… Join group WA Tips Puasa dr Decsa => Ditangani Dokter FKTP, Pake ilmu SpPD
Segera aja kontak Yahya 085608083342 atau klik link pesan ini
Soalnya seatnya terbatas cuma untuk 250 orang, sudah keisi 100 tinggal 150 lagi.
Semoga Bermanfaat^^
Referensi:
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟