29 Apr 2025 • Kulit
1. Pendahuluan: Tantangan Diagnosis Ruam Merah Gatal di Layanan Primer
Ruam kulit yang disertai rasa gatal dan kemerahan merupakan keluhan yang sangat sering dijumpai dalam praktik dokter umum sehari-hari. Di antara berbagai kemungkinan diagnosis, Miliaria Rubra (MR), atau yang awam kenal sebagai biang keringat merah, dan Kandidiasis Kutaneus (CC), infeksi jamur pada kulit, seringkali menunjukkan gambaran klinis yang tumpang tindih, terutama di area lipatan kulit.
Kedua kondisi ini, meskipun tampak serupa, memiliki dasar patofisiologi yang berbeda secara fundamental: MR disebabkan oleh sumbatan saluran kelenjar keringat ekrin 1, sedangkan CC merupakan infeksi oportunistik oleh jamur Candida.3 Perbedaan mendasar ini menuntut pendekatan diagnosis dan terapi yang berbeda pula. Kegagalan membedakan MR dan CC dapat berujung pada pemilihan terapi yang tidak tepat, penundaan kesembuhan, atau bahkan perburukan kondisi pasien.
Artikel ini bertujuan menyajikan panduan praktis berbasis bukti dari literatur terindeks PubMed untuk membantu dokter umum dalam menegakkan diagnosis banding dan memberikan tatalaksana awal yang sesuai untuk MR dan CC, dengan fokus pada Diagnosis dan Terapi Miliaria Rubra serta Dosis Obat Kandidiasis.
2. Mengenal Miliaria Rubra (Biang Keringat Merah)
Definisi & Patofisiologi:
Miliaria Rubra adalah bentuk miliaria yang paling sering dijumpai, terjadi akibat adanya sumbatan pada duktus (saluran) kelenjar keringat ekrin di lapisan epidermis yang lebih dalam (setingkat lapisan subkorneal atau mid-epidermis).1 Sumbatan ini, yang dapat disebabkan oleh debris kulit atau biofilm bakteri seperti Staphylococcus epidermidis, menyebabkan keringat tidak dapat keluar ke permukaan kulit.1 Akibatnya, keringat merembes ke jaringan epidermis atau dermis di sekitarnya, memicu respons peradangan lokal.1 Lokasi sumbatan yang lebih dalam ini menjelaskan mengapa lesi MR bersifat inflamatorik dan berbeda dari miliaria kristalina, di mana sumbatan terjadi lebih superfisial (stratum korneum) dan hanya menimbulkan vesikel jernih tanpa peradangan signifikan.1 Pemahaman bahwa MR adalah proses inflamasi akibat sumbatan mekanis, bukan infeksi primer, menjadi dasar penatalaksanaannya.
Gambaran Klinis Khas:
Manifestasi klinis MR berupa munculnya papul (bintik menonjol) atau papulovesikel (bintik menonjol berisi cairan) berwarna kemerahan (eritematosa), berukuran kecil (sekitar 2-4 mm), terpisah-pisah (diskret), dan penting untuk dicatat, lesi ini tidak berpusat pada folikel rambut (non-folikuler), yang membedakannya dari folikulitis.1 Keluhan utama adalah rasa sangat gatal (pruritus) atau sensasi seperti tertusuk-tusuk (prickling sensation), yang sering disebut "prickly heat".1 Gejala ini khasnya memberat saat pasien berkeringat.1 Pada beberapa kasus, dapat ditemukan pustul (bintik berisi nanah) di atas lesi MR yang sudah ada; kondisi ini disebut miliaria pustulosa dan seringkali mengindikasikan adanya infeksi bakteri sekunder.1
Gambar 1. Gambaran Klinis Miliaria2
Lokasi Tipikal:
MR cenderung muncul di area kulit yang tertutup pakaian, mengalami gesekan, atau di lipatan kulit di mana evaporasi keringat terhambat.1 Pada bayi baru lahir (usia 1-3 minggu), lokasi tersering adalah leher, ketiak (aksila), dan selangkangan (inguinal).1 Pada orang dewasa, MR sering ditemukan di badan bagian atas, leher, area gesekan pakaian (misalnya, di bawah tali bra), dan lipatan kulit (fleksura).1 Wajah umumnya tidak terkena pada orang dewasa.1
Gambar 2. Gambaran klinis miliaria 1
Pemicu:
Faktor utama pemicu MR adalah kondisi yang meningkatkan produksi keringat dan/atau menghambat penguapannya. Ini termasuk lingkungan yang panas dan lembab (iklim tropis, musim panas), aktivitas fisik berat, demam, dan oklusi kulit akibat pakaian yang terlalu ketat atau tidak menyerap keringat, penggunaan plester, atau popok yang basah.1 Neonatus lebih rentan karena saluran keringatnya belum berkembang sempurna.1 Orang dewasa yang baru pindah ke daerah tropis juga berisiko lebih tinggi.2 Adanya komponen inflamasi pada MR menjelaskan mengapa gejala gatal dan rasa tertusuk begitu dominan dan mengapa kortikosteroid topikal potensi ringan dapat membantu meredakan gejala tersebut.
3. Mengenal Kandidiasis Kutaneus
Definisi & Etiologi:
Kandidiasis Kutaneus (CC) adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh ragi dari genus Candida.3 Spesies penyebab tersering adalah Candida albicans, meskipun spesies non-albicans lain juga dapat terlibat.3 Penting diingat bahwa Candida merupakan bagian dari flora normal kulit, mulut, saluran cerna, dan vagina pada banyak individu sehat.3 Infeksi baru terjadi ketika keseimbangan mikroflora terganggu atau kondisi pejamu berubah (oportunistik), memungkinkan Candida berkembang biak secara berlebihan dan menginvasi jaringan.3
Faktor Risiko:
Identifikasi faktor risiko sangat membantu dalam mencurigai CC. Faktor-faktor ini meliputi kondisi yang menciptakan lingkungan lembab dan hangat atau menurunkan imunitas pejamu:
Kelembaban berlebih: Oklusi (misalnya, popok, pakaian ketat, alas kaki tertutup), maserasi kulit akibat keringat atau inkontinensia.4
Obesitas: Lipatan kulit yang dalam menciptakan area intertriginosa yang lembab.13
Diabetes Melitus: Kadar gula darah yang tinggi dapat mendukung pertumbuhan jamur.3
Kehamilan: Perubahan hormonal dapat meningkatkan kerentanan.3
Penggunaan Antibiotik Spektrum Luas: Mengganggu keseimbangan flora bakteri normal, memungkinkan Candida tumbuh.3
Penggunaan Kortikosteroid (Topikal atau Sistemik): Menekan respons imun lokal atau sistemik.3
Imunosupresi: Kondisi seperti HIV/AIDS, keganasan (leukemia, limfoma), kemoterapi, atau terapi imunosupresif lainnya.3
Faktor Lain: Kebersihan yang buruk, usia (bayi dan lansia), penggunaan gigi palsu, kateter intravena.3
Gambaran Klinis Khas:
CC biasanya muncul sebagai plak kemerahan yang cerah (bright erythema) di area lipatan kulit.4 Kulit di dasar lipatan sering tampak basah, mengelupas (maserasi), dan terkadang pecah-pecah (fisura).4 Tanda yang sangat khas dan membantu diagnosis adalah adanya lesi satelit, yaitu papul atau pustul kecil-kecil yang tersebar di sekitar tepi plak eritematosa utama.4 Pustul ini biasanya superfisial dan mudah pecah.4
Lokasi Tipikal:
CC memiliki predileksi kuat untuk area intertriginosa, yaitu area lipatan kulit yang hangat dan lembab. Lokasi umum meliputi ketiak (aksila), bawah payudara (inframammary), selangkangan (inguinal), lipatan perut, lipatan bokong (intergluteal), dan sela-sela jari tangan atau kaki.4 Pada bayi, area popok adalah lokasi yang sangat umum (diaper candidiasis).23
Gambar 3. Area intertriginosa pada lipatan inframammary yang terinfeksi Candida. Perhatikan papula satelit dan pustula.13
Gejala:
Pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal (pruritus) yang bisa hebat, rasa terbakar, atau nyeri pada area yang terkena.3 Bau yang tidak sedap juga dapat menyertai, terutama pada kasus intertrigo.13 Karena gejala ini juga dapat ditemukan pada MR dan kondisi kulit lainnya, diagnosis tidak dapat hanya mengandalkan gejala subjektif.
Karena Candida adalah flora normal, hasil kultur positif dari kulit tidak selalu berarti infeksi aktif.4 Diagnosis CC harus didasarkan pada korelasi antara faktor risiko, gambaran klinis yang khas (terutama eritema terang, maserasi, dan lesi satelit), dan jika perlu, dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis langsung (KOH) untuk melihat elemen jamur dari lesi aktif.4
4. Kunci Diagnosis Banding untuk Dokter Umum
Membedakan MR dan CC di layanan primer memerlukan perhatian pada detail klinis dan pemanfaatan pemeriksaan penunjang sederhana.
Perbedaan Klinis Utama:
Morfologi Lesi: MR ditandai oleh papul atau vesikel kecil (<5mm), eritematosa, diskret, dan tidak melibatkan folikel rambut.1 Sebaliknya, CC khas dengan plak eritematosa berwarna merah terang, sering disertai maserasi di dasar lipatan, dan yang paling penting, adanya lesi satelit berupa papul atau pustul kecil di pinggiran plak utama.4 Jika MR disertai pustul (miliaria pustulosa), pustul tersebut biasanya berada di atas lesi papul/vesikel MR yang sudah ada dan superfisial, berbeda dengan lesi satelit CC yang terpisah.1
Lesi Satelit: Keberadaan lesi satelit sangat sugestif untuk CC dan umumnya tidak ditemukan pada MR.4 Ini adalah penanda klinis yang sangat berguna.
Lokasi: Meskipun keduanya menyukai area lembab dan lipatan, MR lebih sering mengenai badan, leher, dan area gesekan pakaian, sementara CC sangat khas pada lipatan intertriginosa mayor (ketiak, bawah payudara, selangkangan, intergluteal).1
Gejala: Rasa gatal, terbakar, atau nyeri bisa ada pada kedua kondisi. Namun, sensasi tertusuk (prickling) lebih spesifik untuk MR.1
Peran Pemeriksaan KOH:
Pemeriksaan mikroskopis langsung menggunakan larutan Kalium Hidroksida (KOH) 10-20% pada kerokan kulit merupakan alat diagnostik yang sederhana, cepat, murah, dan sangat membantu di layanan primer.27 Sampel diambil dari tepi lesi yang aktif atau dari isi pustul pada kasus yang dicurigai CC.12
Interpretasi: Pada CC, pemeriksaan KOH akan menunjukkan adanya elemen jamur berupa pseudohifa (filamen memanjang seperti benang) dan/atau sel ragi bertunas (budding yeast cells).3 Pada MR murni, h
asil KOH akan negatif karena MR bukan disebabkan oleh infeksi jamur.
Nilai Klinis: KOH sangat berguna untuk mengkonfirmasi kecurigaan CC. Hasil positif sangat mendukung diagnosis CC (spesifisitas tinggi).28 Namun, sensitivitasnya mungkin tidak sempurna; hasil negatif tidak sepenuhnya menyingkirkan CC jika gambaran klinis sangat sugestif.28 Teknik pengambilan sampel yang benar dan pengalaman pemeriksa dapat meningkatkan akurasi.28
Tabel Perbandingan Miliaria Rubra vs Kandidiasis Kutaneus:
Fitur | Miliaria Rubra (MR) | Kandidiasis Kutaneus (CC) |
Etiologi | Sumbatan duktus keringat ekrin di mid-epidermis, kebocoran keringat, inflamasi 1 | Infeksi oportunistik oleh jamur Candida spp. (umumnya C. albicans) 3 |
Pemicu/Faktor Risiko | Panas, lembab, aktivitas fisik, demam, oklusi kulit (pakaian ketat, plester) 1 | Kelembaban, obesitas, diabetes, antibiotik, steroid, imunosupresi, kehamilan, kebersihan buruk 3 |
Lokasi Tipikal | Badan, leher, area gesekan pakaian, fleksura (dewasa); Leher, ketiak, selangkangan (bayi) 1 | Area intertriginosa (ketiak, bawah payudara, selangkangan, intergluteal, sela jari), area popok 4 |
Morfologi Khas | Papul/vesikel eritematosa (<5mm), diskret, non-folikuler 1 | Plak eritematosa terang, maserasi, lesi satelit (papul/pustul) di perifer 4 |
Gejala Khas | Gatal hebat, rasa tertusuk (prickling) memberat saat berkeringat 1 | Gatal, rasa terbakar, nyeri, kadang berbau 3 |
Pemeriksaan KOH | Negatif (tidak ada elemen jamur) | Positif: menunjukkan pseudohifa dan/atau sel ragi bertunas 3 |
Perlu diingat bahwa diagnosis banding lain untuk ruam di area lipatan meliputi dermatitis kontak (iritan atau alergi), psoriasis intertriginosa, eritrasma, dan tinea kruris.13 Adanya lesi satelit merupakan petunjuk kuat untuk membedakan CC dari kondisi-kondisi ini.
5. Panduan Praktis: Diagnosis dan Terapi Miliaria Rubra
Fokus utama dalam penanganan MR adalah Diagnosis dan Terapi Miliaria Rubra yang tepat.
Diagnosis: Diagnosis MR umumnya ditegakkan secara klinis berdasarkan kombinasi anamnesis yang mengungkapkan adanya faktor pemicu (panas, lembab, oklusi) dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan morfologi lesi khas (papul/vesikel eritematosa kecil, non-folikuler) pada lokasi distribusi yang tipikal.1 Pemeriksaan KOH akan negatif.
Manajemen Non-Farmakologis (Lini Pertama):
Ini adalah pilar utama penanganan MR dan seringkali cukup untuk resolusi.1 Tujuannya adalah mengurangi produksi keringat dan memfasilitasi penguapannya:
Hindari pemicu: Pindah ke lingkungan yang lebih sejuk dan berventilasi baik (misalnya, ruangan ber-AC).1
Kurangi aktivitas fisik berat saat cuaca panas.1
Kenakan pakaian yang longgar dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat seperti katun.1
Hindari oklusi kulit: Lepaskan plester atau perban yang tidak perlu, ganti popok basah secara teratur.1
Jaga kulit tetap dingin: Mandi air dingin atau gunakan kompres dingin pada area yang terkena.2
Manajemen Farmakologis (Jika Diperlukan untuk Inflamasi/Pruritus):
Jika tindakan non-farmakologis tidak cukup meredakan gejala, terutama rasa gatal dan peradangan:
Losion Kalamin: Dapat memberikan efek menyejukkan dan mengeringkan sehingga membantu mengurangi rasa tidak nyaman dan gatal.2
Kortikosteroid Topikal Potensi Ringan: Untuk mengatasi komponen inflamasi MR, kortikosteroid topikal potensi ringan (Kelas VI atau VII) dapat digunakan.1 Contohnya termasuk krim atau losion Hidrokortison 1% atau 2.5%, atau Desonide 0.05%.36 Aplikasikan lapisan tipis pada area yang meradang, 1-2 kali sehari, untuk jangka waktu singkat, biasanya tidak lebih dari 1-2 minggu.1 Penggunaan steroid topikal juga menggarisbawahi pentingnya diagnosis yang akurat, karena dapat memperburuk infeksi jamur jika ternyata lesi tersebut adalah CC.40
Antibiotik Topikal: Jika terdapat tanda-tanda infeksi bakteri sekunder (miliaria pustulosa), pertimbangkan pemberian antibiotik topikal seperti klindamisin.1
Gambar 4. Bagan Alur Miliaria61
6. Panduan Praktis: Fokus pada Dosis Obat Kandidiasis Kutaneus
Untuk CC, fokusnya adalah eradikasi jamur Candida dengan Dosis Obat Kandidiasis yang tepat.
Non Medikamentosa :
Sebelum pemberian terapi farmakologi, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal terlebih dahulu untuk menghindari efek samping penggunaan obat anti fungal.61
Pilihan Antijamur Topikal Lini Pertama:
Beberapa agen antijamur topikal efektif untuk CC. Golongan azol (seperti Clotrimazole, Miconazole, Ketoconazole, Econazole) dan golongan polien (Nystatin) merupakan pilihan utama.4
Regimen Dosis dan Durasi Tipikal:
Clotrimazole: Krim 1% diaplikasikan tipis pada area yang terinfeksi dan sekitarnya 2 kali sehari (pagi dan malam).53 Durasi pengobatan biasanya 2 hingga 4 minggu. Penting untuk melanjutkan pengobatan setidaknya selama 1 minggu setelah semua gejala klinis menghilang untuk memastikan eradikasi jamur dan mencegah kekambuhan.52 Jika tidak ada perbaikan setelah 4 minggu, diagnosis perlu dievaluasi kembali.53
Miconazole: Krim 2% diaplikasikan 2 kali sehari.48 Durasi pengobatan umumnya serupa dengan azol lainnya, yaitu 2-4 minggu, dengan anjuran melanjutkan beberapa waktu setelah resolusi klinis.
Nystatin: Tersedia dalam bentuk krim, salep, atau bubuk. Meskipun dosis spesifik untuk aplikasi kutaneus tidak dirinci dalam sumber yang tersedia, efikasinya setara dengan azol.45 Nystatin topikal disetujui dan efektif untuk infeksi Candida pada kulit dan mukokutan, termasuk intertrigo.26 Aplikasi biasanya 2-4 kali sehari, dengan durasi serupa dengan azol.
Kapan Mempertimbangkan Terapi Sistemik (Fluconazole) atau Rujukan?
Meskipun sebagian besar kasus CC dapat ditangani dengan terapi topikal oleh dokter umum, beberapa situasi memerlukan pertimbangan terapi sistemik (seperti Fluconazole oral) atau rujukan ke dokter spesialis kulit:
Infeksi Luas (Extensive): Jika lesi sangat luas atau melibatkan area permukaan tubuh yang signifikan.54
Infeksi Dalam (Deep): Jika ada keterlibatan folikel rambut atau struktur kulit yang lebih dalam.54
Refrakter terhadap Terapi Topikal: Kasus yang tidak menunjukkan perbaikan setelah 4 minggu penggunaan antijamur topikal yang adekuat 53 atau kasus yang terbukti resisten.27
Infeksi Rekuren: Episode CC yang sering berulang meskipun telah diobati dengan benar.46
Pasien Imunokompromais: Pasien dengan kondisi imunosupresi (HIV, diabetes tidak terkontrol, keganasan, transplantasi organ, penggunaan imunosupresan jangka panjang) memiliki risiko lebih tinggi untuk infeksi yang lebih parah atau sulit diobati, sehingga sering memerlukan terapi sistemik atau evaluasi spesialis.3
Kandidiasis Mukokutan Kronis (CMC): Kondisi ini memerlukan penanganan spesialis.17
Kecurigaan Infeksi Sistemik: Jika pasien (terutama yang berisiko tinggi) menunjukkan tanda-tanda sistemik seperti demam yang tidak dapat dijelaskan, pertimbangkan kemungkinan kandidiasis invasif dan rujuk segera.3
Terapi Sistemik : Flukonazol 50mg/hari atau 150mg/minggu (2-4 minggu). Ketokonazol 200 mg/hari. (2 minggu)61 Pemberian terapi sistemik harus mempertimbangkan kondisi pasien secara keseluruhan, potensi interaksi obat, dan fungsi ginjal/hati.56
Keputusan untuk memulai terapi sistemik atau merujuk pasien harus didasarkan pada penilaian klinis yang cermat terhadap luasnya infeksi, status imunologis pasien, dan respons terhadap terapi topikal awal.
Gambar 5. Bagan alur Kandidiasis61
7. Kesimpulan: Poin Kunci untuk Praktik Sehari-hari
Membedakan Miliaria Rubra dan Kandidiasis Kutaneus adalah keterampilan diagnostik penting bagi dokter umum. MR adalah kondisi inflamasi akibat sumbatan keringat, dipicu oleh panas dan oklusi, ditandai papul/vesikel eritematosa non-folikuler yang gatal/terasa tertusuk. CC adalah infeksi jamur oportunistik, dipicu oleh kelembaban dan faktor risiko pejamu, ditandai plak eritematosa terang dengan maserasi dan lesi satelit khas di area intertriginosa.
Pemeriksaan fisik yang teliti, khususnya mencari lesi satelit, dan penggunaan pemeriksaan KOH untuk mendeteksi elemen jamur pada kasus yang dicurigai CC, adalah kunci diagnosis banding.
Strategi Diagnosis dan Terapi Miliaria Rubra berpusat pada modifikasi lingkungan untuk mengurangi keringat (menghindari panas/lembab, pakaian longgar) sebagai lini pertama. Kortikosteroid topikal potensi ringan dapat digunakan secara singkat untuk mengatasi inflamasi dan gatal yang signifikan.
Untuk Dosis Obat Kandidiasis kutis, antijamur topikal seperti clotrimazole, miconazole, atau nystatin yang diaplikasikan 1-2 kali sehari selama 2-4 minggu (dilanjutkan 1 minggu pasca resolusi klinis) merupakan terapi lini pertama yang efektif. Pertimbangkan terapi sistemik dengan fluconazole atau lakukan rujukan ke spesialis pada kasus yang luas, dalam, refrakter, rekuren, atau pada pasien imunokompromais. Edukasi pasien mengenai pencegahan, identifikasi pemicu/faktor risiko, dan pentingnya kepatuhan serta durasi pengobatan sangatlah vital untuk keberhasilan tatalaksana kedua kondisi ini.
Miliaria - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537176/
Heat rash (Miliaria): Images, Causes, and Treatment - DermNet NZ, diakses April 14, 2025, https://dermnetnz.org/topics/miliaria
Candidiasis - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560624/
Cutaneous manifestations of candidiasis - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3364512/
Miliaria Crystallina Type Rash as an Unusual Presentation of Acute Graft Versus Host Disease (GVHD) After Hematopoietic Stem Cell Transplant' - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10868965/
Heat rash - Symptoms & causes - Mayo Clinic, diakses April 14, 2025, https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heat-rash/symptoms-causes/syc-20373276
Pustular miliaria rubra: a specific cutaneous finding of type I pseudohypoaldosteronism - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12220275/
Etiology, Predisposing Factors, Clinical Features and Diagnostic Procedure of Otomycosis: A Literature Review - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10302809/
Mycotic and Bacterial Infections - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6731118/
Candida albicans—The Virulence Factors and Clinical Manifestations of Infection - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7912069/
A Clinician's Guide to the Diagnosis and Treatment of Candidiasis in Patients with Psoriasis, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4963441/
Intertrigo - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531489/
Intertrigo and Common Secondary Skin Infections - AAFP, diakses April 14, 2025, https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2005/0901/p833.html
Full article: Recurrent candidal intertrigo: challenges and solutions - Taylor & Francis Online, diakses April 14, 2025, https://www.tandfonline.com/doi/full/10.2147/CCID.S127841
The diagnosis, management and prevention of intertrigo in adults: a review | Journal of Wound Care, diakses April 14, 2025, https://www.magonlinelibrary.com/doi/10.12968/jowc.2023.32.7.411
Candida Infections, Causes, Targets, and Resistance Mechanisms: Traditional and Alternative Antifungal Agents - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3708393/
Antifungal agents commonly used in the superficial and mucosal ..., diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3858657/
Cutaneous candidiasis mimicking acute generalized exanthematous pustulosis: A case report - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10052466/
Update on therapeutic approaches for invasive fungal infections in adults - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10799587/
Epidemiology of Invasive Candidiasis: a Persistent Public Health Problem - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1797637/
Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Aspergillosis: 2016 Update by the Infectious Diseases Society of America - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4967602/
Guideline: Vulvovaginal candidosis (AWMF 015/072, level S2k) - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8248160/
Diaper Dermatitis - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559067/
Tinea Cruris - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554602/
Investigation of Intertriginous Mycotic and Pseudomycotic (Erythrasma) Infections and Their Causative Agents with Emphasize on Clinical Presentations, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6174041/
Intertrigo and secondary skin infections - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24695603/
Intertrigo and Secondary Skin Infections | AAFP, diakses April 14, 2025, https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2014/0401/p569.html
Retrospective Investigation of the Utility of Potassium Hydroxide ..., diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11642458/
Neonatal Miliaria Pustulosa—A Case Series - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11950795/
Comparison of diagnostic methods in the diagnosis of dermatomycoses and onychomycoses - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16367815/
A Comparison Between Potassium Hydroxide (KOH) Microscopy and Culture for the Detection of Post-COVID-19 Rhino-Orbital-Cerebral Mucormycosis - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38022015/
Dermatopathology and the Diagnosis of Fungal Infections - PMC - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10282148/
Clinical comparison of microscopic and culture techniques in the diagnosis of Candida vaginitis - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6368737/
Erythema Toxicum - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470222/
Pustular skin conditions - DermNet, diakses April 14, 2025, https://dermnetnz.org/topics/pustular-skin-conditions
Topical Corticosteroids - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532940/
Topical Corticosteroids: Choice and Application | AAFP, diakses April 14, 2025, https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2021/0315/p337.html
Topical Corticosteroids: Choice and Application - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33719380/
Strategies for using topical corticosteroids in children and adults with eczema - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8916090/
Topical steroids (corticosteroid creams) - DermNet, diakses April 14, 2025, https://dermnetnz.org/topics/topical-steroid
Rational and Ethical Use of Topical Corticosteroids Based on Safety and Efficacy - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3401837/
Topical steroids for chronic wounds displaying abnormal inflammation - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4132506/
The Impact of Corticosteroids on the Outcome of Fungal Disease: a Systematic Review and Meta-analysis, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9947451/
Antifungal Antibiotics - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538168/
Cutaneous candidiasis - an evidence-based review of topical and systemic treatments to inform clinical practice - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31287594/
Clinical Practice Guideline for the Management of Candidiasis: 2016 Update by the Infectious Diseases Society of America - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4725385/
Guidelines for Treatment of Candidiasis | Clinical Infectious Diseases - Oxford Academic, diakses April 14, 2025, https://academic.oup.com/cid/article/38/2/161/286280
Therapy of Skin, Hair and Nail Fungal Infections - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6162762/
Practice Guidelines for the Treatment of Candidiasis | Clinical Infectious Diseases, diakses April 14, 2025, https://academic.oup.com/cid/article/30/4/662/420263
Topical antifungal-corticosteroid combination therapy for the treatment of superficial mycoses: conclusions of an expert panel meeting - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26916648/
Cutaneous Candidiasis. A Practical Guide for Primary Care Physicians - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2336415/
Tinea Corporis - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544360/
Clotrimazole - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560643/
Tinea corporis: an updated review - PMC - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7375854/
Clinical Practice Guidelines for the Management of Candidiasis: 2009 Update by the Infectious Diseases Society of America - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7294538/
Fluconazole - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537158/
Fluconazole Dosing for the Prevention or Treatment of Invasive Candidiasis in Young Infants - PMC - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2771384/
Canadian clinical practice guidelines for invasive candidiasis in adults - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3009581/
Clinical Practice Guideline for the Management of Candidiasis: 2016 Update by IDSA, diakses April 14, 2025, https://www.idsociety.org/practice-guideline/candidiasis/
Pharmacokinetics of antifungal drugs: practical implications for optimized treatment of patients - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5696449/
Miliaria – Panduan Praktis Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia 2021
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟