6 May 2025 • Kulit
1. Pendahuluan
Pitiriasis Rosea (PR) dan Pitiriasis Versikolor (PV), yang juga dikenal sebagai Tinea Versikolor, merupakan dua kondisi dermatosis papuloskuamosa yang sering dijumpai dalam praktik dokter umum.1 Meskipun keduanya dapat menunjukkan gambaran klinis berupa lesi berskuama pada batang tubuh, etiologi, perjalanan penyakit, dan manajemennya sangat berbeda.
PR umumnya bersifat akut dan self-limiting, sedangkan PV merupakan infeksi jamur superfisial kronis yang memerlukan terapi antijamur spesifik.1 Kemiripan manifestasi klinis terkadang dapat menimbulkan tantangan diagnostik bagi Dokter Umum (GP).
Kesalahan diagnosis dapat berujung pada penatalaksanaan yang tidak tepat, misalnya pemberian antijamur pada PR yang tidak diperlukan, atau sebaliknya, penundaan terapi antijamur pada PV yang dapat memperlama keluhan kosmetik pasien.
Artikel ini bertujuan untuk menyajikan panduan praktis berbasis literatur ilmiah terindeks PubMed bagi para GP, khususnya yang berusia 25-35 tahun, dalam membedakan PR dan PV melalui penekanan pada fitur klinis kunci, pemeriksaan penunjang sederhana, dan algoritma perbandingan diagnosis, sehingga memungkinkan diagnosis yang akurat dan manajemen pasien yang tepat.
2. Pitiriasis Rosea (PR): Memahami Erupsi 'Pohon Natal'
Definisi dan Epidemiologi
PR adalah erupsi kulit papuloskuamosa akut yang bersifat self-limiting.1 Kondisi ini paling sering menyerang anak-anak, remaja, dan dewasa muda, dengan puncak insidensi pada usia antara 10 hingga 35 tahun.1 Beberapa studi mencatat sedikit predominansi pada wanita.16 Insidensi global diperkirakan sekitar 0.5-2% 17, meskipun sebuah studi database di Amerika Serikat menemukan prevalensi 0.13%.19 Adanya variasi musiman (seringkali musim semi, gugur, atau dingin) dan laporan kasus dalam klaster atau wabah kecil mendukung adanya komponen infeksius dalam etiologinya.2
Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi pasti PR masih belum diketahui atau bersifat enigmatik.2 Hipotesis utama yang paling banyak dikutip saat ini adalah reaktivasi dari Human Herpesvirus 6 (HHV-6) dan/atau Human Herpesvirus 7 (HHV-7).15 Bukti pendukung meliputi deteksi DNA virus dalam lesi atau plasma serta temuan serologis pada beberapa pasien, meskipun temuan ini tidak selalu konsisten di semua penelitian. Faktor pemicu lain yang mungkin berperan atau berasosiasi termasuk riwayat infeksi saluran napas atas atau gastrointestinal sebelumnya, 15 dan yang lebih jarang, faktor seperti penggunaan pakaian baru.16 Secara patofisiologis, PR tampaknya dimediasi terutama oleh sel T, yang didukung oleh adanya proliferasi sel T pada lesi kulit.16 Keterlibatan sel T ini menjelaskan sifat inflamasi yang terlihat secara klinis pada lesi PR. Teori reaktivasi HHV-6/7, meskipun belum terbukti secara definitif, dapat menjelaskan banyak fitur epidemiologis PR seperti musiman, klaster kasus, dan adanya prodromal. Penting bagi GP untuk mengkomunikasikan hal ini kepada pasien sebagai penyebab yang mungkin, namun belum terkonfirmasi secara pasti.
Manifestasi Klinis Khas
Gambaran klinis klasik PR sangat membantu diagnosis, meskipun variasi atipikal juga sering ditemukan.
Prodrome: Sekitar 5% pasien dapat mengalami gejala prodromal ringan dan non-spesifik beberapa hari hingga dua minggu sebelum munculnya ruam. Gejala ini dapat berupa sakit kepala, demam ringan, malaise, kelelahan, nyeri tenggorokan, mual, artralgia, atau limfadenopati.2 Seringkali gejala prodromal ini tidak ada atau sangat ringan sehingga tidak diingat pasien.
Herald Patch (HP): Lesi awal ini seringkali patognomonik untuk PR.3 Ditemukan pada 50-90% kasus 2, HP muncul 1-2 minggu sebelum erupsi generalisata.15 Secara tipikal, HP berupa plak tunggal, berbentuk oval atau bulat, berwarna kemerahan (eritematosa), berdiameter 2-10 cm, dengan permukaan sedikit meninggi.3 Lokasi tersering adalah batang tubuh, leher, atau ekstremitas proksimal.9 Ciri khasnya adalah adanya skuama halus yang terletak sedikit di dalam tepi lesi, membentuk gambaran seperti kerah baju ("collarette of scale").9
Gambar 1. Herald patch, lesi eritematoskuamosa, berbatas tegas, berbentuk oval atau bulat, utamanya terletak di badan atau ekstremitas proksimal22
Erupsi Sekunder: Muncul beberapa hari hingga 2 minggu setelah HP.15 Terdiri dari banyak lesi yang lebih kecil (0.5-1 cm), serupa dengan HP dalam hal bentuk oval, warna pink hingga salmon, dan dapat berupa makula, papul, atau plak tipis.2 Lesi sekunder ini juga menunjukkan adanya skuama kolaret perifer.9 Distribusi utamanya adalah pada batang tubuh dan ekstremitas proksimal.9 Lesi-lesi ini cenderung tersusun mengikuti garis Langer (garis lipatan kulit), membentuk pola khas seperti "pohon Natal" (Christmas tree pattern) di punggung dan terkadang pola V di dada bagian atas.2
Gambar 2. Pityriasis rosea klasik. Lesi eritematoskuamosa mengikuti garis lipatan kulit :Christmas tree” pattern 22
Pruritus: Gatal merupakan gejala penyerta yang umum, dialami oleh mayoritas pasien.2 Tingkat keparahannya bervariasi, seringkali ringan 2, namun bisa sedang hingga berat pada sekitar 25% pasien 9, dan dapat mengganggu kualitas hidup.13
Presentasi Atipikal: GP perlu mewaspadai bentuk atipikal PR yang cukup sering terjadi (satu studi melaporkan 40% kasus atipikal 2). Variasi ini meliputi: tidak adanya HP (bisa mencapai 20-50% kasus) 17; HP multipel 22; lokasi HP yang tidak biasa (wajah, kulit kepala, genitalia, akral) 17; morfologi lesi yang atipikal seperti papular (sering pada anak, wanita hamil, ras Afro-Karibia), vesikular, purpurik/hemoragik (bisa mengenai mukosa mulut), urtikaria, folikular, eksematosa, atau menyerupai eritema multiforme 2; serta distribusi lesi yang atipikal seperti tipe inversa (mengenai area fleksura, wajah, leher), akral (telapak tangan/kaki), terbatas pada ekstremitas (limb-girdle), atau unilateral.9
Penting untuk diingat bahwa "trias klasik" PR (Herald Patch, morfologi erupsi sekunder, dan distribusi 'Christmas tree') sangat sugestif, namun ketiadaannya tidak menyingkirkan diagnosis PR. Bentuk atipikal memerlukan indeks kecurigaan yang lebih tinggi dan pertimbangan diagnosis banding yang cermat, terutama sifilis sekunder.9 Skuama kolaret merupakan ciri morfologi kunci yang dapat ditemukan baik pada HP maupun lesi sekunder.
3. Pitiriasis Versikolor (PV) / Tinea Versikolor: Mengenali Infeksi Jamur Superfisial
Definisi dan Epidemiologi
PV, atau sering juga disebut Tinea Versikolor, adalah infeksi jamur superfisial yang umum, bersifat jinak, dan cenderung kronis pada stratum korneum kulit.4 Penyebabnya adalah ragi (yeast) lipofilik dari genus Malassezia (sebelumnya Pityrosporum), yang merupakan bagian dari mikrobiota kulit normal.4 PV tersebar di seluruh dunia, namun prevalensinya jauh lebih tinggi di daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembap (bisa mencapai 50%) dibandingkan iklim sedang (sekitar 1%).6 Penyakit ini sering kambuh atau lebih aktif di musim panas.7 Usia tersering adalah remaja dan dewasa muda (setelah pubertas), kemungkinan terkait peningkatan aktivitas kelenjar sebasea 8, meskipun dapat terjadi pada semua usia.8 Beberapa tinjauan menyebutkan prevalensi yang sama antara pria dan wanita 30, namun ada studi yang menemukan predominansi wanita.29 PV tidak dianggap menular 6; ini adalah infeksi oportunistik akibat pertumbuhan berlebih flora normal.31 Kebersihan diri yang buruk bukan faktor penyebab.6 Riwayat keluarga positif pada sekitar 21% kasus mengindikasikan kemungkinan predisposisi genetik.6
Etiologi dan Patofisiologi
PV disebabkan oleh spesies Malassezia, ragi dimorfik yang bersifat lipofilik.4 Spesies yang paling sering diisolasi adalah M. globosa, M. furfur, dan M. sympodialis.4 Penyakit timbul ketika ragi ini berubah bentuk dari bentuk blastospora komensal menjadi bentuk miselium (hifa) yang patogenik.6 Faktor pemicu perubahan ini meliputi faktor pejamu (kulit berminyak, hiperhidrosis, imunosupresi, malnutrisi, penggunaan kontrasepsi oral, predisposisi genetik) dan faktor lingkungan (suhu tinggi, kelembapan tinggi).6 Perubahan warna kulit ('versicolor') yang menjadi ciri khasnya diduga terjadi melalui mekanisme berbeda. Hipopigmentasi (bercak putih) diperkirakan akibat produksi asam azelat (suatu asam dikarboksilat) oleh Malassezia yang menghambat aktivitas tirosinase pada melanosit atau bersifat sitotoksik langsung terhadap melanosit.6 Sementara itu, hiperpigmentasi (bercak kecoklatan) mungkin disebabkan oleh reaksi inflamasi terhadap ragi atau akibat pembesaran ukuran melanosom.6 Secara fundamental, PV merupakan akibat ketidakseimbangan mikrobioma kulit yang dipicu oleh faktor pejamu dan lingkungan, menyebabkan perubahan morfologi Malassezia dan timbulnya manifestasi klinis. Pemahaman ini penting untuk menjelaskan mengapa PV sering kambuh dan mengapa terapi pemeliharaan jangka panjang seringkali diperlukan untuk mengontrol populasi ragi, bukan eradikasi permanen patogen eksternal.
Manifestasi Klinis Khas
Gambaran klinis PV cukup khas:
Lesi: Berupa makula dan patch multipel, berbatas tegas, berbentuk bulat hingga oval.4 Lesi dapat menyatu membentuk area yang lebih luas.6
Warna: Sangat bervariasi ('versicolor'), bisa hipopigmentasi (putih atau lebih terang dari kulit sekitar, tampak jelas pada kulit coklat/terpapar matahari), hiperpigmentasi (coklat muda, coklat tua, hingga hitam keabuan), atau eritematosa/pink.4 Warna yang berbeda dapat muncul bersamaan pada satu pasien.6
Gambar 3. PV menunjukkan macula hipopigmentasi multiple4
Skuama: Ciri khasnya adalah skuama halus, superfisial, terkadang seperti tepung atau dedak ('bran-like').4 Skuama mungkin tidak jelas terlihat dan baru tampak setelah lesi digaruk perlahan (tanda 'scratch sign', 'coup d'ongle', atau Zileri's sign positif – meskipun reliabilitas Zileri's sign dipertanyakan dalam satu studi. 29,10 Jika skuama sudah tidak ada, ini menandakan infeksi tidak aktif lagi, meskipun perubahan warna kulit mungkin masih menetap.12
Gambar 4. Macula hiperpigmentasi dengan deskuamasi minimal pada punggung atas setelah digaruk4
Distribusi: Memiliki predileksi kuat pada area kulit yang kaya kelenjar sebasea, yaitu batang tubuh bagian atas (dada, punggung), leher, dan lengan atas.4 Jarang ditemukan di wajah (kecuali pada anak-anak 8), area lipatan (PV inversa jarang 10), atau ekstremitas distal.
Gejala: Umumnya asimtomatik atau bergejala minimal.4 Gatal ringan kadang dilaporkan, terutama saat cuaca panas atau berkeringat.4 Keluhan utama pasien biasanya terkait aspek kosmetik karena perubahan warna kulit.10
Kombinasi dari perubahan warna kulit yang khas (bercak hipo- atau hiperpigmentasi), adanya skuama halus (seringkali perlu dieksaserbasi dengan garukan), dan distribusi tipikal di area seboroik sangat mengarahkan pada diagnosis PV. Sifatnya yang kronis dan cenderung kambuh, terutama pada kondisi hangat dan lembap, juga merupakan ciri khas.
4. Membedakan PR dan PV: Algoritma Diagnosis untuk Praktik Sehari-hari
Tantangan Diagnosis Banding
Kedua kondisi ini perlu dibedakan satu sama lain dan dari penyakit kulit lain. Diagnosis banding utama PR meliputi sifilis sekunder (wajib disingkirkan, terutama pada kasus atipikal atau pasien aktif secara seksual), psoriasis gutata, eksema numular, tinea korporis (terutama HP), pitiriasis likenoides kronika, erupsi obat, dan dermatitis seboroik.9 Diagnosis banding PV meliputi vitiligo, hipopigmentasi pasca-inflamasi, dermatitis seboroik, pitiriasis alba, papilomatosis konfluens retikulata, sifilis sekunder, dan mikosis fungoides.4 Fokus bagian ini adalah membedakan PR dari PV.
Pemeriksaan Penunjang Kunci
Untuk membedakan PR dan PV secara pasti, terutama pada kasus yang tidak khas, pemeriksaan penunjang sederhana sangat membantu:
Pemeriksaan KOH (Kerokan Kulit dengan Kalium Hidroksida): Ini adalah pemeriksaan paling esensial dan praktis untuk membedakan keduanya. Teknik: Kerok skuama dari tepi lesi (skuama kolaret pada PR, skuama halus pada PV) menggunakan skalpel tumpul atau kaca objek, letakkan kerokan di atas kaca objek, tetesi larutan KOH 10-20%, tutup dengan kaca penutup, hangatkan sebentar (opsional, untuk mempercepat pelarutan keratin), lalu periksa di bawah mikroskop.
Temuan PV: Akan tampak gambaran khas berupa kelompokan sel ragi berbentuk bulat/oval (spora) yang bercampur dengan hifa pendek, tebal, terkadang melengkung – dikenal sebagai gambaran "spaghetti and meatballs".4
Temuan PR: Hasil pemeriksaan KOH akan negatif, tidak ditemukan elemen jamur.9 Jika ditemukan hifa bersepta, diagnosis mengarah ke tinea korporis.
Pemeriksaan Lampu Wood: Pemeriksaan ini menggunakan sinar ultraviolet gelombang panjang (black light) dalam ruangan gelap. Teknik: Ruangan harus benar-benar gelap, nyalakan lampu Wood beberapa saat sebelum pemeriksaan.35 Kulit pasien sebaiknya tidak baru dicuci atau menggunakan kosmetik/losion.35
Temuan PV: Lesi PV dapat menunjukkan fluoresensi khas berwarna kuning keemasan, kuning kehijauan, atau oranye tembaga.5
Temuan PR: Lesi PR tidak menunjukkan fluoresensi spesifik.
Keterbatasan: Lampu Wood memiliki spesifisitas tinggi jika positif untuk PV, namun sensitivitasnya rendah; fluoresensi tidak ditemukan pada lebih dari 50% kasus PV.6 Pemeriksaan ini juga dapat membantu melihat luas lesi PV yang tidak jelas terlihat dengan mata telanjang dan membedakannya dari vitiligo (yang berfluoresensi putih terang).
Dermoskopi: Alat ini mungkin belum tersedia luas di layanan primer. Pada PR, dermoskopi dapat menunjukkan skuama kolaret perifer, latar belakang merah difus, dan pembuluh darah berbentuk titik (dotted vessels).2 Pada PV, dapat terlihat skuama halus, pigmentasi tidak merata, dan pola spesifik seperti "pagar kawat berduri" atau "bola kapas".7
Biopsi Kulit: Jarang diperlukan untuk kasus PR atau PV tipikal. Diindikasikan hanya untuk kasus atipikal, resisten terhadap pengobatan, atau jika diagnosis banding serius seperti Limfoma Sel T Kutaneus (untuk PR 9) atau Mikosis Fungoides (untuk PV) dicurigai kuat. Histopatologi PR menunjukkan gambaran dermatitis perivaskular superfisial dengan spongiosis, parakeratosis, eksositosis limfosit, dan ekstravasasi eritrosit.2 Histopatologi PV menunjukkan elemen jamur (ragi dan hifa) di stratum korneum.6
Bagi GP, kombinasi penilaian klinis yang cermat dan pemeriksaan KOH merupakan pendekatan paling praktis dan andal untuk membedakan PR dan PV. Lampu Wood menjadi alat bantu yang berguna jika hasilnya positif untuk PV, tetapi hasil negatif tidak dapat menyingkirkan diagnosis PV.
Tabel Perbandingan / Algoritma Diagnosis Tabel berikut merangkum perbedaan kunci antara PR dan PV untuk membantu diagnosis di praktik sehari-hari:
Fitur (Feature) | Pitiriasis Rosea (PR) | Pitiriasis Versikolor (PV / Tinea Versicolor) |
Etiologi | Dugaan: Reaktivasi HHV-6/7 15 | Jamur Malassezia spp. (flora normal) 4 |
Usia Umum | 10-35 tahun 1 | Remaja, Dewasa Muda 8 |
Prodrome | Kadang ada (5%), mirip flu 2 | Biasanya tidak ada |
Herald Patch | Ada pada 50-90% kasus 2 | Tidak ada |
Morfologi Lesi | Oval, plak/papul eritematosa 2 | Makula/patch bulat/oval 4 |
Warna Lesi | Pink/Salmon 15 | Hipo/Hiperpigmentasi (putih, coklat, pink) 4 |
Skuama (Scale) | Kolaret perifer 9 | Halus, superfisial (kadang perlu digaruk) 4 |
Distribusi | Batang tubuh, proksimal ekstremitas 17 | Batang tubuh atas, leher, lengan atas 4 |
Pola Khas | 'Christmas tree' di punggung 2 | Biasanya tidak ada pola spesifik |
Pruritus | Umum, bisa ringan-berat 1 | Biasanya tidak ada / ringan 4 |
Pemeriksaan KOH | Negatif 9 | Positif ('spaghetti & meatballs') 4 |
Lampu Wood | Tidak berfluoresensi | Bisa fluoresensi kuning-hijau/oranye (<50%) 6 |
Perjalanan Penyakit | Self-limiting (6-12 minggu) 1 | Kronik / Rekuren 4 |
5. Manajemen Terkini: Fokus pada Praktik Dokter Umum
Diagnosis dan Terapi Pitiriasis Rosea
Manajemen PR di tingkat layanan primer berfokus pada diagnosis yang tepat, edukasi pasien, dan penanganan gejala.
Konfirmasi Diagnosis: Diagnosis PR sebagian besar ditegakkan secara klinis berdasarkan anamnesis dan temuan fisik khas (HP jika ada, erupsi sekunder oval dengan skuama kolaret, distribusi 'Christmas tree').2 Lakukan pemeriksaan KOH untuk menyingkirkan tinea korporis, terutama jika HP menyerupai lesi tinea.9 Pertimbangkan pemeriksaan serologi sifilis (VDRL/RPR atau TPHA) jika presentasi klinis atipikal atau pada pasien dengan risiko infeksi menular seksual.9
Edukasi dan Reassurance: Pilar utama manajemen adalah memberikan pemahaman kepada pasien bahwa PR adalah penyakit yang umumnya jinak dan akan sembuh sendiri (self-limiting) dalam waktu 6 hingga 12 minggu tanpa meninggalkan bekas permanen.1 Reassurance ini sangat penting untuk mengurangi kecemasan pasien.15
Topikal
Bila gatal sangat mengganggu:
Larutan anti pruritus seperti calamine lotion(1A)
Kortikosteroid topikal. (1A) 41
Sistemik
Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti cetirizin 1x10 mg per hari.(1A)
Kortikosteroid sistemik.(1C)
Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.(1A)
Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari4,5 diindikasikan sebagai terapi pada awal perjalanan penyakit yang disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas.(1A)
Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.(1B) 41
Gambar 5. Bagan alur tatalaksana Pitiriasis Rosea
Terapi dan Dosis Obat Tinea Versikolor
Manajemen PV bertujuan untuk mengeliminasi bentuk miselium/hifa Malassezia dari kulit.31
Terapi Topikal (Lini Pertama): Merupakan pilihan utama karena efektif untuk kasus terbatas, memiliki profil keamanan yang baik (efek samping minimal, jarang interaksi obat), dan biaya lebih rendah dibandingkan terapi oral.4 Obat topikal harus diaplikasikan ke seluruh area yang terkena dan sedikit melebar ke kulit sehat di sekitarnya, serta dilanjutkan beberapa waktu setelah lesi tampak membaik untuk mengurangi rekurensi. Berikut adalah Dosis Obat Tinea Versikolor topikal yang umum digunakan:
Ketoconazole Shampoo 2%: Aplikasikan pada kulit yang basah, diamkan selama 5 menit, lalu bilas. Regimen yang umum adalah 1 kali seminggu selama 3 minggu 14, atau digunakan beberapa kali dalam seminggu (misalnya 3 hari berturut-turut atau 2-3 kali per minggu).14
Ketoconazole Cream/Foam 1-2%: Aplikasikan 1 hingga 2 kali sehari selama 14 hari.14
Selenium Sulfide Shampoo 2.5%: Aplikasikan pada kulit basah, diamkan 10 menit, lalu bilas. Digunakan setiap hari selama 7 hari; atau alternatif lain, aplikasikan dan biarkan semalaman, 1-2 kali per minggu selama 2-4 minggu.14 Efektif juga untuk profilaksis jika digunakan secara rutin 1-2 kali per bulan, terutama saat musim panas atau bagi pasien yang sering kambuh.4
Zinc Pyrithione Shampoo 1%: Digunakan setiap hari selama 2 minggu.31
Antijamur Azole Topikal Lainnya (misal, Clotrimazole, Miconazole, Bifonazole, Econazole Cream/Lotion 1-2%): Aplikasikan 1-2 kali sehari selama 2 hingga 4 minggu.14
Terbinafine Cream/Solution 1%: Aplikasikan 1-2 kali sehari selama 1 hingga 2 minggu.4
Khusus untuk daerah wajah dan genital digunakan vehikulum solutio atau golongan azol topikal (krim mikonazol 2 kali/hari).41
Terapi Oral (Lini Kedua): Diindikasikan untuk PV yang luas, sering kambuh (>2-3 kali per tahun), resisten terhadap terapi topikal, atau jika ada masalah kepatuhan atau preferensi pasien.4 Perlu perhatian terhadap potensi efek samping sistemik dan interaksi obat.4 Dosis Obat Tinea Versikolor oral yang direkomendasikan:
Itraconazole: Dosis 200 mg per hari selama 5 hingga 7 hari.14 Untuk profilaksis rekurensi, dosis 200 mg dua kali sehari, diberikan selama 1 hari setiap bulan selama 6 bulan terbukti efektif.14
Fluconazole: Dosis 300 mg sekali seminggu selama 2 minggu 14; ATAU dosis tunggal 400-450 mg.14
Alternatif: dapat diberikan terapi sistemik ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari. Penting diperhatikan jika terjadi resiko gangguan fungsi hepar, maka pemakaian ketokonazol tablet tidak dianjurkan. 41
Obat dihentikan bila pemeriksaan klinis, lampu Wood, dan pemeriksaan KOH 2 minggu berturut-turut telah negatif. 41
Edukasi Pasien: Sangat penting untuk memberikan edukasi kepada pasien mengenai beberapa hal:
PV disebabkan oleh jamur yang normal ada di kulit, bukan karena kebersihan yang buruk.6
Faktor pemicu seperti panas, kelembapan, dan keringat berlebih berperan dalam kekambuhan, sehingga menjaga kulit tetap sejuk dan kering dapat membantu.6
Pengobatan harus diselesaikan sesuai anjuran meskipun lesi tampak membaik untuk mengurangi risiko kambuh.31
Rekurensi (kekambuhan) sangat umum terjadi 4, dan terapi profilaksis (misalnya, penggunaan sampo antijamur secara berkala) mungkin diperlukan, terutama pada musim panas atau bagi penderita yang sering kambuh.4
Perubahan warna kulit (hipo- atau hiperpigmentasi) akan memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk kembali normal setelah infeksi aktif (yang ditandai dengan adanya skuama) teratasi.12 Ini bukan berarti pengobatan gagal.
Manajemen PV oleh GP sebaiknya dimulai dengan terapi topikal, di mana sampo antijamur seperti Ketoconazole atau Selenium Sulfide merupakan pilihan praktis untuk area lesi yang luas. Jika terapi topikal gagal atau pada kasus yang sangat luas atau sering kambuh, terapi oral dengan Itraconazole (200mg/hari selama 5-7 hari) atau Fluconazole (300mg/minggu selama 2 minggu atau dosis tunggal 400-450mg) merupakan alternatif efektif dengan regimen dosis yang jelas. Edukasi pasien mengenai sifat penyakit, faktor pemicu, tingginya angka kekambuhan, dan pemulihan warna kulit yang lambat adalah komponen krusial dalam manajemen PV.
6. Kesimpulan dan Pesan Kunci
Pitiriasis Rosea dan Pitiriasis Versikolor adalah dua dermatosis umum yang seringkali dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang sederhana.
PR biasanya diawali dengan herald patch, diikuti erupsi lesi oval eritematosa dengan skuama kolaret dalam pola 'Christmas tree', bersifat self-limiting, dan sering disertai pruritus. Sebaliknya, PV ditandai dengan makula/patch hipo atau hiperpigmentasi dengan skuama halus di area seboroik, bersifat kronis-rekuren, dan umumnya asimtomatik atau hanya gatal ringan.
Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH merupakan alat diagnostik kunci yang paling berguna bagi GP untuk membedakan keduanya: PR menunjukkan hasil negatif, sementara PV menunjukkan gambaran hifa pendek dan spora ('spaghetti and meatballs'). Lampu Wood dapat membantu mengkonfirmasi PV jika menunjukkan fluoresensi kuning-hijau/oranye, namun hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis.
Pendekatan manajemen sangat berbeda. Diagnosis dan Terapi Pitiriasis Rosea umumnya berfokus pada reassurance mengenai sifat self-limiting penyakit dan terapi simtomatik untuk mengatasi pruritus menggunakan emolien, kortikosteroid topikal, dan antihistamin oral. Acyclovir oral dapat dipertimbangkan secara off-label untuk kasus berat atau persisten setelah diskusi risiko-manfaat.
Sementara itu, terapi PV memerlukan antijamur spesifik. Dosis Obat Tinea Versikolor lini pertama adalah agen topikal seperti sampo ketoconazole atau selenium sulfide. Terapi oral dengan itraconazole atau fluconazole diindikasikan untuk kasus yang luas, rekuren, atau gagal terapi topikal. Edukasi pasien mengenai sifat rekuren PV dan pemulihan pigmen yang lambat sangatlah penting.
Selalu pertimbangkan diagnosis banding penting, terutama sifilis sekunder, ketika mencurigai PR, khususnya pada presentasi atipikal. Dengan memahami perbedaan kunci dan alur diagnosis ini, GP diharapkan dapat lebih percaya diri dalam mendiagnosis dan mengelola kedua kondisi kulit yang sering dijumpai ini secara tepat dan efektif.
Interventions for pityriasis rosea - PMC - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6819167/
A Cross-Sectional Study of Epidemiological and Clinical Aspects of Pityriasis Rosea along with Dermoscopic Analysis and Histopathology Correlation - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11149824/
Pityriasis Rosea - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28846360/
Tinea versicolor: an updated review - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9677953/
Tinea Versicolor - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29494106/
Tinea Versicolor - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/
Pityriasis Versicolor—A Narrative Review on the Diagnosis and Management - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10608716/
Uncommon presentations of tinea versicolor - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4132011/
Pityriasis Rosea: An Update on Etiopathogenesis and Management ..., diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4966395/
PITYRIASIS VERSICOLOR: A CLINICOMYCOLOGICAL AND EPIDEMIOLOGICAL STUDY FROM A TERTIARY CARE HOSPITAL - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2763761/
Beyond the Surface: Decoding Pityriasis Versicolor Through Clinical, Dermoscopic and Microbiological Exploration - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11784979/
Pityriasis versicolor. Tinea versicolor - DermNet, diakses April 14, 2025, https://dermnetnz.org/topics/pityriasis-versicolor
A Case of Persistent Pityriasis Rosea Successfully Treated by a Short Course of Therapy with Abrocitinib - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11020286/
Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5770013/
Pityriasis Rosea: An Updated Review - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32964824/
Evaluation of clinico-epidemiological and histopathological features of pityriasis rosea, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4171665/
Pityriasis Rosea - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448091/
Pityriasis rosea: an update with a critical appraisal of its possible herpesviral etiology - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19615540/
Beyond the Herald Patch: Exploring the Complex Landscape of Pityriasis Rosea - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11850427/
Effectiveness of acyclovir in the treatment of pityriasis rosea. A systematic review and meta-analysis - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6106661/
Pityriasis Rosea: Diagnosis and Treatment - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29365241/
Clinical variants of pityriasis rosea - PMC - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5480068/
Herald Patch - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513301/
Pityriasis Rosea With Multiple Herald Patches Resulting in a V-shaped Pattern and a Christmas Tree Distribution - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10857846/
Pityriasis Rosea With Multiple Herald Patches Resulting in a V-shaped Pattern and a Christmas Tree Distribution - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38344554/
Beyond the Herald Patch: Exploring the Complex Landscape of Pityriasis Rosea - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39798062/
A position statement on the management of patients with pityriasis ..., diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27406919/
The use of antivirals in severe or recalcitrant cases of pityriasis rosea: A case series - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9489874/
Pityriasis versicolor: clinical-epidemiological characterization of patients in the urban area of Buerarema-BA, Brazil, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3750883/
Overview: Tinea versicolor - InformedHealth.org - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK293710/
Interventions for the treatment of pityriasis versicolor - PMC - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6513390/
Epidemiological characterization of pityriasis versicolor and distribution of Malassezia species among students in Hai Phong city, Vietnam - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7888515/
Pityriasis versicolor: a systematic review of interventions - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20956647/
Tinea InVersicolor: A Rare Distribution of a Common Eruption - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32104626/
Wood's Light - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537193/
Interventions for pityriasis rosea - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31684696/
Therapy of Skin, Hair and Nail Fungal Infections - PMC, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6162762/
Tinea versicolor: Learn More – Treatment for tinea versicolor ... - NCBI, diakses April 14, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK293716/
Pityriasis versicolor: an update on pharmacological treatment options - PubMed, diakses April 14, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24991691/
Recurrent tinea versicolor: treatment with itraconazole or fluconazole? - PubMed Central, diakses April 14, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2083600/
Pitiriasis Rosea – Panduan Praktik Klinis Perhimpunan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia Tahin 2021