Varicella-zoster virus (VZV) merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili herpesviridae, subfamili alphaherpesvirinae. Penyakit ini didahului oleh infaksi primer VZV pada kulit, kemudian virus menetap atau dorman di ganglia dorsalis atau ganglia sensorik saraf kranial.
VZV dalam bentuk laten dapat mengalami reaktivasi dan membentuk virion di neuron sensorik. Virion tersebut akan berjalan dari ganglia sensorik menuju ke saraf kulit terminal, yang kemudian menginfeksi dan bereplikasi di sel keratinosit dan epitel, serta menyebabkan polikariositik. Ketika reaktivasi terjadi, timbul lesi erupsi vesikular yang biasanya disertai rasa nyeri pada lokasi dermatomal tertentu yang disebut herpes zoster (HZ).
Herpes zoster umumnya membaik tanpa komplikasi. Namun, sekitar 25% pasien HZ dapat mengalami komplikasi yang dapat berakibat fatal. Salah satu komplikasi tersering yaitu neuralgia pascaherpetik (NPH) dengan insidens sebesar 19%. Insidens NPH juga meningkat dengan bertambahnya usia, yaitu berkisar antara 5-30% pada populasi dewasa, bahkan mencapai 25-50% pada kelompok usia ≥ 50 tahun.
NPH sering kali sulit di atasi dengan obat-obatan anti-nyeri yang ada. Akibatnya terjadi penurunan kualitas hidup pasien.
Oleh sebab itu, pencegahan HZ dan NPH menjadi penting, terutama pada kelompok usia tua karena tingginya insidens HZ dan NPH pada usia tersebut. Selain itu, populasi usia lanjut lebih sulit menoleransi obat dan prosedur terapi anti-nyeri NPH. Di bawah ini akan diulas 3 vaksin herpes zoster yang bisa didapatkan di Indonesia.
Vaksin Herpes Zoster
Di Indonesia setidaknya ada 3 jenis vaksin herpes zoster yang bisa didapatkan di market. Namun, vaksin jenis live attenuated adalah jenis vaksin yang paling direkomendasikan.
Vaksin Zostavax® adalah vaksin HZ jenis live attenuated yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk pencegahan HZ pada usia ≥60 tahun. Shingles Prevention Study (SPS) melaporkan bahwa zostavax® dapat menurunkan insidens HZ sebesar 51,3% dan insidens NPH sebesar 66,5% pada subyek ≥60 tahun.
Imunitas spesifik terhadap VZV akan meningkat 5 minggu setelah vaksinasi. Respons imun seluler tinggi didapatkan pada kelompok usia 60-69 tahun dan 50-59 tahun. Imunitas yang diinduksi vaksin ini akan menurun menjadi 21,1% ntuk HZ dan 35,4% untuk NHP dalam waktu 7-10 tahun.Vaksin HZ sama dengan vaksin varisela. Vaksin HZ diberikan sebagai dosis tunggal sebanyak 0,65mL secara subkutan di regio deltoid lengan atas dan tidak memerlukan dosis ulang.
Secara umum, pemberiaan bersamaan pada sebagian besar vaksin Zostavax® (live attenuated) dan inactivated tidak menyebabkan gangguan respons imun ataupun meningkatkan angka kejadian efek samping. Oleh karena itu, vaksin Zostavax® dapat diberikan bersama vaksin lain pada saat yang sama tetapi harus diberikan pada lokasi anatomis yang berbeda. Apabila pemberian bersamaan tidak dimungkinkan, maka vaksin Zostavax® dapat diberikan kapan saja sebelum atau sesudah vaksin inactivated, dengan jarak minimal 4 minggu sebelum atau sesudah vaksin live attenuated.
Pemesanan via link order ini atau WA 085608083342 (Yahya)
Vaksin Zostavax® dikontraindikasikan pada seseorang yang memiliki riwayat alergi terhadap komponen vaksin, termasuk gelatin dan neomisin. Menifestasi alergi neomisin biasanya bermanifestasi sebagai dermatitis kontak yang merupakan respons imun tipe lambat. Namun, riwayat dermatitis kontak terhadap neomisin bukanlah kontraindikasi mendapatkan vaksin Zostavax®
Pasien imunokompromais, yaitu pasien leukimia, limfoma, atau atau keganasan sumsum tulang maupun sistem limfatik boleh diberikan vaksin apabila penyakitnya sudah remisi dan tidak mendapatkan radioterapi maupun kemoterapi selama 3 bulan. Penderita acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dengan kadar CD4 ≤ 200 sel/mm3 atau limfosit total ≤ 15% tidak boleh diberikan vaksin. Demikian halnya dengan pasien yang sedang mendapatkan terapi imunosupresan, misalnya kortikosteroid dosis tinggi (≥ 20 mg/hari prednison) selama ≥ 2 minggu, juga tidak diperbolehkan. Vaksin baru dapat diberikan 1 bulan setelah terapi berhenti.
Pasien dengan gangguan atau imunodefisiensi seluler nonspesifik tidak boleh diberikan vaksin, sedangkan pasien dengan imunitas humoral tetap dapat diberikan vaksin Zostavax®. Pasien yang akan mendapatkan transplantasi stem cell hematopoietik dapat diberikan vaksin 24 bulan setelah transplantasi. Pasien yang mendapatkan agen imunomediator rekombinan manusia dan imunomodulator, terutama anti-TNF, tidak boleh diberikan vaksin.
Pasien dengan riwayat HZ tetap dapat diberikan vaksin. Hal ini disebabkan karena HZ dapat berulang sekalipun pada pasien imunokompeten. Pasien yang akan mendapatkan terapi imunosupresan dapat diberikan vaksin saat imunitas masih baik, yaitu paling tidak 14 hari sebelum dimulainya terapi imunosupresan.Walaupun beberapa ahli lain menyatakan sebaiknya diberikan 1 bulan sebelumnya.
Pasien yang mendapatkan terapi antivirus (asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir) jangka panjang sebaiknya dihentikan paling tidak 24 jam sebelum pemberian vaksin HZ dan tidak boleh digunakan 14 hari setelah vaksinasi.
Pasien yang menerima produk darah dapat diberikan vaksin kapan saja, baik sebelum, saat, maupun sesudah mendapatakan produk darah atau produk darah lain yang mengandung antibodi. Ibu menyusui dapat diberikan vaksin HZ karena vaksin hidup tidak disekresikan di air susu ibu. Pada kehamilan, vaksin HZ tidak boleh diberikan karena efek vaksin pada fetus tidak diketahui dan setelah vaksin tidak diperbolehkan hamil dalam 4 minggu kedepan. Namun target usia vaksin sangatlah jarang pada kelompok tersebut mengingat vaksin HZ direkomendasikan untuk individu ≥60 tahun.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan individu yang baru divaksin untuk menghindari kontak dengan pasien berisiko tinggi mendapatkan komplikasi varisela, misalnya imunokompromais. DNA virus yang infeksius ditemukan disaliva pada individu yang diberikan vaksin HZ sampai 4 minggu pascavaksin.
Pemberian vaksin HZ sangat penting dianjurkan pada kelompok beresiko terutama dengan usia > 60 tahun. Pasien dengan pengalaman NPH yang lebih "traumatis" biasanya lebih mungkin untuk menerima anjuran vaksinasi mengingat pengalaman NPH yang sangat tidak menyenangkan.
Semoga Bermanfaat
Dirangkum dari: Arnold N, Messaoudi I. Herpes zoster and the search for an effective vaccine. Clin Exp Immunol. 2016;25:82-92.
Sponsored Content
DVD VIRAL EXANTHEMA SUDAH READY, DVD terbaru dari dr Agustina, SpKK…
Materinya aplikatif banget
-
Diagnosis dan Terapi Measles
-
Diagnosis dan Terapi Rubella
-
Diagnosis dan Terapi Varicella
-
Diagnosis dan Terapi HFMD (Flu Singapore)
yang dijelasin dengan oke banget sama dr Agustina SpKK
Harganya cuma Rp 156.000,00
Bonus Webinar (tanya jawab online) sama dr Agustina, SpKK tentang "Diagnosis dan Terapi Viral Exanthema" untuk 100 pembeli pertama
Tadi pagi sih sudah ada 150++ TS yang bilang mau pesen…
Keren kan?
Pesannya langsung aja klik link order ini atau WA 085608083342 (Yahya)
Jangan sampai kehabisan bonusnya^^