Transfusi darah adalah salah satu terapi medis yang sering harus dilakukan di Instalasi Gawat Darurat. Kasus trauma dan perdarahan saluran cerna yang trensnya meningkat mengharuskan dokter umum di Instalasi Gawat Darurat untuk menguasai pedoman transfusi darah.
Dalam artikel ini kami coba rangkumkan beberapa hal penting yang bersifat praktis klinis dalam melakukan transfusi darah. Referensi utama dalam penulisan artikel ini adalah mengacu pada Buku EIMED MERAH PAPDI.
Kapan Transfusi Darah Dilakukan?
Transfusi darah selain memiliki konsekuensi terapeutik juga memiliki efek samping (mis. reaksi transfusi, infeksi, overload cairan). Sehingga saran terbaik adalah transfusi darah hanya dilakukan jika ada indikasi yang signifikan.
Menurut WHO (1998) transfusi darah donor yang aman kepada pasien hanya dilakukan bila terdapat kondisi yang berpotensi meningkatkan morbiditas dan mortalitas andaikata tidak dicegah atau tidak diobati secara efektif dengan transfusi darah.
Sementara itu American Nation Red Cross (2002) menyarankan bahwa sebelum diberikan transfusi darah donor pada setiap pasien harus dilakukan penilaian individual untuk menentukan perlu tidaknya transfusi darah. Penentuan transfusi darah kepada pasien harus didasarkan atas penilaian klinis dan tidak semata-mata hanya merujuk kepada hasil laboratorium saja.
Transfusi Darah Pada Perdarahan Akut
Tidak semua pasien dengan anemia harus diberikan transfusi darah kecuali pasien dengan perdarahan akut. Pasien dengan perdarahan akut dikategorikan ke dalam 4 kelompok, yakni (Asumsi pasien dengan berat badan 70 kg) :
- Perdarahan kelas 1 : kehilangan darah s/d 750 ml = s/d 15% volume cairan tubuh
- Perdarahan kelas 2 : kehilangan darah 750-1500 ml = 15 – 30 % volume cairan tubuh
- Perdarahan kelas 3 : kehilangan darah s/d 1500 – 2000 ml = 30 – 40 % volume cairan tubuh
- Perdarahan kelas 4 : kehilangan darah > 2000 ml = > 40 % volume cairan tubuh
Pada pasien dengan perdarahan kelas 3 dan 4, transfusi darah donor merupakan keharusan, sambil ditentukan apakah perdarahan yang terjadi bersifat perdarahan surgikal (yang memerlukan penghentian perdarahan dengan pembedahan) atau bukan.
Pada pasien dengan perdarahan kelas 1 dan 2, transfusi darah donor harus dimintakan tetapi disimpan dahulu di bank darah rumah sakit.
Permintaan ini dibuat lebih awal, karena proses penyediaan darah donor untuk pemeriksaan golongan darah ABO-Rhesus dan uji cross matching memerlukan waktu minimal 90 menit.
Begitu terjadi perubahan status kelas perdarahan dari kelas 1 atau 2 ke kelas 3 atau 4, maka darah donor yang telah dipesan dan disimpan tersebut dapat segera diberikan.
Apakah Boleh Memberikan Golongan Darah O dalam Kondisi Gawat Darurat?
BOLEH. Syaratnya pasien mengalami syok hipovolemik dengan perdarhan akut yang aktfif. Hal ini ditoleransi karena persiapan transfusi membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Persiapan tes ABO Rhesus (berkisar antara 10 – 15 menit) dan cross matching (berkisar antara 90 menit).
Dalam kondisi gawat darurat yang memerlukan darah donor yang segera, untuk mengatasi kedaruratan (syok akibat perdarahan), maka idealnya kantung pertama yang diberikan terlebih dahulu adalah darah donor tanpa ABO-Rhesus typing dan cross matching, yakni darah donor golongan O dan Rhesus (-).
Tetapi mengingat di Indonesia Rh (-) ditemukan hanya pada 0,05 %, HTA Kementrian Kesehatan (2010) merekomendasikan darah donor universal pada keadaan darurat adalah darah donor golongan O dengan Rhesus (+).
Namun demikian, walaupun telah diberikan darah donor universal golongan O, bank darah rumah sakit tetap harus memproses penyediaan darah donor kantung berikutnya dengan melakukan ABO-Rhesus typing dan cross matching.
Indikasi Transfusi Trombosit
Transfusi trombosit konsentrat diberikan pada situasi sebagai berikut tanpa pembatasan (resktriksi) :
- Perdarahan aktif dan hitung trombosit < 50,000 uL, atau adanya defek fungsi trombosit (uremia, known storage pool defect, dan setelah operasi bypass jantung).
- Perdarahan aktif akibat efek mielosupresi (karena obat-obat sitostatika) dan trombosit < 10,000/uL (atau < 20,000/uL bila ada febril atau perdarahan minor)
- Perdarahan intrakarnial atau penderita yang akan menjalani bedah saraf dengan trombosit < 100.000/uL
Transfusi trombosit sebaiknya dihindari pada keadaan
- Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP)
- Ideopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
- Trombositopenia akibat heparin
Transfusi Darah Pada Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Dengan Peradarahan Spontan
Perdarahan spontan dan masif pada pasien DBD dewasa adalah
- Perdarahan hidung (epistaksis) yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung
- Perdarahan Saluran Cerna (hematemesis, melena atau hematoskesia)
- Perdarahan saluran kencing (hematuria)
- Perdarahan otak
- Perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5 mL/kgBB/jam
Pada kondisi seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD tanpa syok yang lain. (Algoritma Terapi Cairan Pada DBD Tanpa Syok Dapat Kamu Lihat di Video di Bawah Ini)
Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, hematokrit, trombosis serta hemostasis harus dilakukan dan pemeriksaan Hb, hematokrit dan trombosit sebaiknya dilakukan setiap 4-6 jam.
Pemberian heparin dapat dipertimbangkan jika secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda-tanda koagulas intravaskular diseminata (DIC). Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi. FFP dapat diberikan bila ditemukan defisiensi faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang).
PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g/dL. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm3 dengan atau tanpa DIC.
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
HARI INI TERAKHIR…
Sejawat, tau nggak… 1 dari 100 pasien DBD yang kamu dapatkan akan meninggal. Admin sih berharap kamu dapat 99 pasien yang selamat. Tapi, pernah nggak kebayang kamu dapat 1 pasien yang gagal diselamatkan?
Yuk, update ilmu tatalaksana pasien demam berdarah dengue.
Ada video 50 menit dari dr. Musofa Rusli, SpPD. Bagus banget, meliputi
- Epidemiologi DBD
- Patogenesis DBD
- Gejala Klinis DBD
- Diagnosis Banding DBD
- Diagnosis Klinis DBD
- Diagnosis Pasti DBD
- Tatalaksana DBD
- Monitoring Terapi DBD
- Komplikasi DBD
- Kriteria Pemulangan Pasien DBD
ini salah satu potongan video yang membahas Diagnosis Banding DBD…
Sayangnya, filenya terlalu besar (HD 3.5 GB) untuk dikirim via email. Kasihan sejawat yang internet di daerah kurang bagus.
Solusinya, admin akan copy-kan video ke DVD, lengkap dengan transkripnya.
DVD-nya GRATIS LHO… (periode promo cuma sampai 13 Maret 2017) => HARI INI!!!
Kamu cukup ganti ongkirnya saja (Rp 50.000,00 ke seluruh Indonesia).
CARA PEMESANANNYA?
Cara pesannya cukup transfer Rp 50.000 ke rekening mandiri 1400005047288 an Akbar Fahmi (Bank Mandiri).
Setelah transfer mohon konfirmasi (WA / SMS) ke 085608083342 (Yahya)
Butuh bantuan lebih lanjut? Inbox admin ya^^