Banyak pasien Gout bertanya, "dok apakah saya boleh puasa ramadhan?". Pada dasarnya semua pasien Gout aman menjalani ibadah puasa, namun ada beberapa kondisi yang harus dijaga agar pasien gout artritis bisa menjalani puasa secara aman dan tidak kambuh.
Puasa telah diteliti mampu memberikan dampak baik bagi kesehatan, terutama pada sebagian penyakit yang berhubungan dengan metabolisme. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan metabolik adalah gout artrtis. Artikel ini selanjutnya sekilas akan membahas mengenai gout artritis dan efek puasa pada penyakit ini.
Puasa Dan Problem Kesehatan
Ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi kaum Muslim di seluruh Indonesia. Dengan datangnya bulan ini, Muslim di seluruh dunia berkewajiban untuk berpuasa selama tiga puluh hari penuh. Bersama dengan Muslim lain, pasien penyakit kronis sebagian juga memilih untuk berpuasa walau Islam telah mengeluarkan keringanan bagi yang sakit dan tidak mampu untuk tidak berpuasa dan membayar Fidyah.
Isu ini penting untuk diketahui dokter secara baik karena penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim. Dokter harus mengetahui hal-hal yang bisa terjadi pada pasien penyakit kronis yang melakukan puasa pada bulan Ramadhan.
Gout artritis adalah radang sendi yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat di sendi. Para ahli menganalogikan asam urat seperti korek api. Semua orang memang memiliki kadar asam urat pada darah, namun jika asam urat terlalu tinggi asam urat akan menumpuk pada sendi berperan seperti “korek api†dan menyebabkan reaksi inflamasi yang berat dan mendadak.
Diagnosis Gout Artritis
Amerika serikat melaporkan gout paling banyak diderita oleh laki-laki dengan 13,6 kasus per 1000 laki-laki. Lebih rendah jika dibandingkan perempuan yang hanya 6,4 kasus per 1000 perempuan. Selain itu prevalensi gout juga tinggi pada pasien usia muda yang pernah mengalami transplantasi ginjal dan diobat dengan siklosporin.
Secara umum gout didiagnosis dari pemeriksaan fisik saja dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar asam urat darah. Namun pemeriksaan baku emasnya yaitu dengan menginspirasi sendi dengan jarum dan menemukan adanya kristal asam urat. Selain itu juga terdapat tiga belas kriteria minor yang dapat diperiksa oleh dokter. Kriteria tersebut adalah
- Lebih dari satu serangan artritis akut
- Muncul dalam sehari
- Monoartrtis
- Kemerahan di atas sendi
- Nyeri atau bengkak pada sendi metatarsophalangeal pertama
- Serangan akut pada sendi metatarsophalangeal pertama yang bersifat unilateral
- Serangan akut pada sendi tarsal
- Tophus
- Hiperurisemia
- Pembengkakan sendi yang dilihat secara radiologis yang bersifat asimptomatis
- Kista subkortikal tanpa erosi di pemeriksaan radiografi
- Kristal asam urat di cairan synovial saat serangan
- Kultur bakteri yang negatif pada cairan sendi saat serangan
Jika terdapat 6 kriteria yang positif dari ketiga belas kriteria tersebut, diagnosis gout artritis dapat ditegakkan.
Terapi Gout
Terapi pada gout harus berfokus pada pengurangan faktor yang dapat menyebabkan serangan gout. Penting untuk membedakan terapi untuk menurunkan inflamasi akut pada gout, dan terapi untuk hiperurisemia, terutama pada pasien dengan gout kronik.
Terdapat tiga tahap dalam tatalaksana gout
- Mengobati serangan akut
- Menurunkan kelebihan asam urat untuk menghindari serangan selanjutnya dan mengurangi kristal asam urat pada jaringan
- Memberikan profilaksis untuk serangan selanjutnya
Terapi gout terdiri dari farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis yang bisa dilakukan pada gout adalah:
- Menghindari makanan yang mengandung banyak purin
- Menurunkan berat badan jika berat badan berlebih (Obesitas adalah faktor risiko gout)
- Menghindari konsumsi alkohol
- Jika mengkonsumsi obat diuretik, dapat berkonsultasi ke dokter untuk mengganti dengan obat jenis lain
- Berikan kompres dingin untuk meringankan nyeri akibat gout
Selanjutnya, setelah terapi non farmakologis, terapi farmakologis bisa diberikan, yaitu pemberian medikamentosa berupa
- Kolkisin 1 mg kemudian dilanjutkan dosis separuhnya setiap 2-3 jam
- NSAID oral, Indometasin 50 mg 3 x sehari
- Kortikosteroid oral, prednisone 30 mg per hari selama 1-3 hari
Selain menggunakan panduan singkat di atas, ada diagram alir yang dapat digunakan saat melakukan terapi pada gout artritis. Diagram alir ini didapat dari American College of Rheumatology.
Algoritma 1. Tatalaksana Manajemen Serangan Gout Akut Menurut American Gollege of Rheumatology
Pertama nilai keparahan dari nyeri dan gout atritis, setelah itu berikan monoterapi. Monoterapi yang bisa diberikan akan dirangkum di bagian selanjutnya dari artikel. Opsi yang bisa diberikan adalah NSAID (non steroidical anti inflammation drugs), kortikosteroid sistemik, atau kolkisin.
Kemudian jika respon terapi membaik segera edukasi pasien untuk diet makanan yang kaya purin, edukasi mengenai peran asam urat dalam tubuh dan terbentuknya gout, terapi yang dapat dialkukan sendiri jika terdapat serangan gout di masa dpean, kemudian berikan obat penurun asam urat seperti Allupurinol mulai dengan dosis rendah sebesar 1×100 mg per hari (Jangan berikan allopurinol pada fase akut).
Jika tidak didapatkan perbaikan klinis setelah perbaikan monoterapi, dapat diberikan terapi alternatif lain yang berbeda dengan yang awal telah diberikan. Misal telah dieberi NSAID, terapi dapat diganti dengan kolkisin atau kortikosteroid. Opsi yang lain adalah memberikan kombinasi terapi.
Prinsip umum yang harus dilakukan ada tiga, pertama serangan gout akut harus diberikan terapi medika mentosa. Selanjutnya, untuk terapi yang optimal, terapi harus dilakukan paling lambat 24 jam setelah onset akut dari penyakit. Prinsip ketiga yang sering salah kaprah, jika pasien sedang diberikan obat penurun asam 1urat, terapi tersebut tidak perlu dihentikan.
Apakah Pasien Gout Boleh Berpuasa?
Efek puasa pada asam urat memberikan dampak positif. Menurut penelitian yang dilakukan Babei, puasa Ramadan dapat menurunkan konsentrasi asam urat serum. Studi lain yang dilakukan oleh Akanji, puasa Ramadhan dapat memperbaiki keadaan hiperlipidemia dan juga menurunkan konsentrasi asam urat.
Efek ini juga dilaporkan Boobes pada pasien-pasien yang menjalani transplantasi ginjal. Pada penelitian ini dilaporkan adanya penurunan asam urat dan tidak ditemukan kenaikan BUN (blood urea nitrogen). Studi lain yang dilakukan Bernieh juga melaporkan tidak adanya efek fluktuatif pada kadar asam urat di pasien transplantasi ginjal yang melakukan puasa Ramadhan.
Temuan lain yang berbeda dilaporkan di studi yang dilakukan di universitas di Sudan. Penelitan ini melaporkan enam belas subyek penelitian yang kesemuanya laki-laki dan melakukan puasa Ramadhan. Enam belas subyek ini pun kemudian dilakukan tes darah untuk memperiksa kadar asam urat. Pada penelitian ini ditemukan adanya peningkatan serum asam urat pada subyek.
Meskipun jumlah sampel tidak cukup untuk menyimpulkan generalisasi, penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu dapat terjadi peningkatan serum asam urat pada pasien yang menjalani puasa ramadhan. Misalnya, pasien yang mengalami dehidrasi karena asupan cairan yang kurang dapat mengalami peningkatan kadar asam urat. Selain itu pola makan yang berlebihan saat berbuka puasa juga dapat menyebabkan peningkatan asam urat serum.
dr Decsa Medika H, SpPD menjelaskan tentang tatalaksana pasien Gout Akut Relaps yang sedang menjalani puasa.
"Kalau relaps terapi utama adalah colchicine, kalau tidak ada di FKTP bisa diganti NSAID (eg Asam Mefenamat, meloxicam, dsb). Jika pasien punya riwayat gastritis boleh diberi sucralfat. Allopurinol tetap diberikan jika sebelumnya minum itu. Kalau sebelumnya tidak pernah minum allopurinol, jangan diberi allopurinol pada saat Gout Akut. Kalau pasien kontraindikasi terhadap NSAID (eg pasien tukak lambung) bisa diganti terapi steroid."
Misal pasien ingin tetap puasa, untuk penggunaan NSAID topikal apakah cukup?
"Untuk topikal saya rasa tidak banyak membantu." Jawab dr Decsa, SpPD
Secara umum, puasa baik untuk pasien dengan gout artritis karena dapat menurunkan kadar asam urat pada tubuh. Namun, peningkatan kadar asam urat pada kasus tertentu tetap perlu diwaspadai. (Rizki Nur Rachman Putra Gofur-RPG)
Sponsored Content
BUKU PERSIAPAN PUASA
Sebelum puasa biasanya banyak pertanyaan dari pasien seputar,
"Dok, saya sakit Diabetes. Saya mau puasa. Bisakah? Obat-nya tetap diminum?"
Dan banyak pertanyaan lain seputar hipertensi, maag dan penyakit kronik yang lain.
Ditulis oleh dr Decsa, SpPD dan tim…
Dibahas secara ringan dan mudah dipahami.
Mau dikabari kalau sudah ready? WA Yahya 085608083342 atau klik link ini untuk masuk waiting list ya