Dislipidemia adalah silent killer yang sering menjadi faktor resiko utama stroke dan penyakit jantung koroner (PJK). Mengendalikan kadar kolesterol dan trigliserida adalah strategi yang direkomendasikan untuk menurunkan angka kejadian stroke dan PJK.
Pengendalian kadar kolesterol dan trigliserida darah dapat dilakukan dengan pendekatan non-farmakologis dan farmakologis. Pendekatan non-farmakologis meliputi diet redah lemak, aktivitas fisik dan berhenti merokok. Sedangkan, pendekatan farmakologis dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan penurun kadar kolesterol dan trigliserida.
Terapi Non-Farmakologis Dislipidemia
Ada beberapa pola perubahan gaya hidup yang dapat diterapkan untuk mengendalikan kadar kolesterol dan trigliserida. Salah satunya adalah terapi nutrisi medis.
Pasien dengan hiperkolesterolemia dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak trans tidak jenuh sampai < 7-10% total energi. Pasien dianjurkan mengurangi asupan kolesterol sampai < 250 mg/hari.
Penggantian makanan sumber kolesterol dan lemak jenuh dengan makanan alternatif lainnya (misal produk susu rendah lemak atau karbohidrat dengan indeks glikemik rendah). Pasien disarankan mengonsumsi makanan padat gizi dan kardioprotektif (sayuran, kacang-kacangan, buah, ikan dan sebagainya).
Pasien dianjurkan untuk menghindari makanan tinggi kalori (makanan berminyak dan soft drink). Konsumsi makanan suplemen (contohnya asam lemak omega 3, makanan tinggi serat dan sterol sayuran) bermanfaat dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida. Semua upaya diet sehat diatas sebaiknya didukung upaya penurunan berat badan yang sistematis dan peningkatan aktivitas fisik.
Pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah ulang dapat dilakukan setelah 3-4 minggu menjalani terapi nutrisi medis. Periode pemeriksaan selanjutnya didasarkan pada respon perbaikan kadar lipid yang berkisar 3-4 minggu. Meskipun begitu, upaya perubahan pola diet harus dilakukan secara bertahap dan tidak mendadak.
Terapi nutrisi harus didukung dengan perubahan gaya hidup untuk meningkatkan angka keberhasilan pengendalian kadar kolesterol dan trigliserida. Perubahan gaya hidup yang dianjurkan diantaranya adalah memperbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik dan tidak merupakan olah raga berat, contoh berjalan atau jogging.
Berhenti merokok dan minum alkohol adalah upaya yang berat bagi sebagian besar orang. Namun, langkah nyata untuk menghindari dua faktor resiko tersebut akan meningkatkan angka keberhasilan pengendalian kadar kolesterol dan trigliserida.
Bila dalam 6 minggu sampai 8 minggu terapi non-farmakologis tidak berhasil menurunkan kadar dislipidemia secara signifikan, maka terapi farmakologis mulai diberikan dengan tetap meneruskan terapi nutrisi medis dan perubahan gaya hidup.
Target Terapi Dislipidemia
Sebelum memulai terapi farmakologis, penting untuk diketahui target terapi dislipidemia. Target terapi dislipidemia pada seorang pasien sangat ditentukan oleh klasifikasi resiko pasien. Setidaknya ada lima faktor resiko utama yang menentukan sasaran kolesterol LDL, yaitu:
-
Perokok sigaret
-
Hipertensi (Tekanan Darah > 140/90 mmHg atau sedang menjalani terapi hipertensi)
-
Kolesterol HDL-C < 40 mg/dL
-
Riwayat keluarga memiliki penyakit PJK dini (orang tua pria < 55 tahun, orang tua wanita < 65 tahun)
-
Umur (Pria < 45 tahun, wanita > 55 tahun)
Nb: Kolesterol HDL > 60 mg/dL dihitung sebagai faktor resiko negatif, oleh karena itu dapat mengurangi satu dari faktor resiko di atas.
Selanjutnya kita dapat membagi kondisi pasien menjadi 4 klasifikasi resiko: Resiko Rendah, Resiko Multiple, Resiko Tinggi dan Resiko Sangat Tinggi.
Resiko Rendah adalah pasien-pasien yang hanya memiliki 0-1 faktor resiko. Pada pasien Resiko Rendah target kolesterol LDL adalah < 160 mg/dL. Resiko Multipel adalah pasien yang memiliki lebih dari 1 faktor resiko. Target kolesterol LDL pada kelompok pasien ini adalah < 130 mg/dL.
Resiko Tinggi adalah pasien dengan pasien dengan riwayat PJK dan atau memiliki resiko yang disamakan dengan PJK (Diabetes Mellitus, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta abdominalis, faktor resiko multiple). Pada kelompok pasien resiko tinggi, target kolesterol LDL yang dianjurkan adalah < 100 mg/dL.
Resiko Sangat Tinggi "disematkan" pada pasien paska penyakit kardiovaskuler dengan keadaan khusus yaitu memiliki faktor resiko multipel (terutama diabetes mellitus), masih merokok, memiliki sindroma metabolik dan memiliki riwayat sindroma koroner akut.
Terapi Farmakologis Dislipidemia
Terapi farmakologis dislipidemia secara sederhana dapat dibagi menjadi terapi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia. Terapi hiperkolesterolemia untuk pencegahan primer dimulai dengan obat golongan statin, bile acid sequestrant atau nicotinic acid.
Monitoring kadar kolesterol LDL dilakukan setiap 6 minggu.
Daftar Obat Hiperkolesterolemia -Golongan Statin 1. Simvastatin 5-40 mg 2. Lovastatin 10-80 mg 3. Pravastatin 10-40 mg 4. Fluvastatin 20-80 mg 5. Atorvastatin 10-80 mg 6. Rosuvastatin 10-40 mg 7. Pitavastatin 1-4 mg -Golongan Bile Acid Sequestrant 1. Kolestiramin 4-16 mg -Golongan Nicotinic Acid 1. Nicotinic Acid (Immediate Release) 2x100 mg
Simvastatin adalah obat anti-kolesterol yang paling populer di era BPJS. Harga yang relatif murah dibanding golongan obat statin yang lain. Atorvastatin yang memiliki merk dagang lipitor memiliki harga yang relatif lebih mahal. Namun yang menarik, hasil penelitian multisenter di USA menyebutkan bahwa penggunaan simvastatin dalam dosis yang lebih tinggi memiliki efek yang lebih superior dalam meningkatkan kadar HDL yang bersifat protektif dibanding atorvastatin (Illingworth dkk, 2001).
Semoga bermanfaat.
Referensi
- Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakti Dalam, PAPDI, 2015
- Clinical Pathway, PAPDI, 2015
=
Sponsored Content
Apa yang terjadi jika anda memiliki buku panduan lengkap bagaimana mendiagnosis dan menerapi penyakit-penyakit yang 80% anda temui dalam praktek sehari-hari???
Anda akan menjadi dokter yang Super!!
Yuk, dipesan sekarang. Buku yang ditulis oleh konsulen-konsulen ahli anggota PAPDI ini sangat cocok untuk sejawat yang:
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- PPDS Penyakit Dalam
- Caon PPDS Penyakit Dalam yang rencana daftar tahun ini
- Manajemen Rumah Sakit (20% persen pembeli buku ini adalah manajemen RS yang akan menghadapi Akreditasi karena wajib memiliki PPK dan Clinical Pathway)
- Dokter Umum yang Praktek mandiri (sulit konsul ke Spesialis: PTT, praktek pribadi dsb)
Bagaimana cara pesannya?
Gampang kok, sekarang klik aja https://goo.gl/UAePty
Jangan sampai kehabisan… 🙂