Masih ingat kisah pasien Diabetes Mellitus usia 30-an, yang ketahuan setelah kena TB Paru? Yang datang dengan batuk darah, tapi foto thoraksnya nggak khas?
Akhirnya pasien itu tes Gula Darah lagi, setelah dua minggu menjalani terapi. Alhamdulillah, Gula Darah Puasanya turun dari 300-an jadi 155 mg/dL pagi ini.
Batuk Darah yang Tidak Terduga
Pagi itu, mas pasien kaget. Karena sekitar jam 3 pagi mas pasien kebangun, batuk-batuk. Ada sesuatu yang menyekat tenggorokannya. Dan…
"Byor… Darah segar, banyak banget sekitar setengah gelas aqua."
Mas pasien muntah darah, tidak ada tanda-tanda sakit sebelumnya.
Akhirnya, mas pasien pergi ke RS terdekat.
"Ini ada perselubungan di paru kanan bawah pak, biasanya infeksi paru. Tapi, coba saya kasih obat dulu ya pak. Kalau membaik ya nanti bapak kontrol lagi aja untuk kami evaluasi."
Pasien menunjukkan satu strip asam tranexamat dan Vitamin K.
Ternyata dua obat tadi tidak membantu. Mas pasien masih batuk darah 3 hari berturut-turut. Sudah di bawa ke dokter spesialis paru juga, tapi tetep tidak teridentifikasi.
"Kalau TBC ini nggak khas ya mas, kalau saya lebih curiga radang saluran bronkus." Jelas dokter spesialis paru.
Namun, dokter spesialis paru tetap melakukan work-up untuk menyingkirkan kemungkinan TB. Pasien diminta melakukan pemeriksaan dahak Gene Xpert. Sebenarnya, tujuannya biar membuktikan nggak ada MDR-TB. Soalnya kalau bronkiektasis, mas pasien direncanakan Bronkoskopi. Kalau MDR-TB, RS nggak mau alat bronkoskopinya dipakai.
Tapi, akhirnya hasil Gene Xpert keluar. Mycobacterium TB
Tegak, TB paru. Jadi, dimulailah terapi TB yang 6 bulan itu.
Karena tegak TB paru, akhirnya mulai curiga kemungkinan yang lain. "Kok foto thoraksnya nggak khas ya."
Dicek-lah rapid test HIV dan HbA1c. HIV non rekatif, tapi HbA1c 13%!
"Diabetes ini."
Akhirnya dimulailah terapi Diabetes Mellitus. Alhamdulillah, buku Fipchart Diabetes Mellitus sudah jadi. Media untuk edukasi pasien Diabetes di Prolanis itu, yang disusun dr Wahyudi, SpPD itu
"Terapinya harus disiplin ya mas, dibaca-baca bukunya. Sebagian besar terapinya seperti yang ada di buku."
Mengelola Diet
Pendekatan pertama yang dilakukan dalam mengelola gula darah pasien diabetes mellitus adalah diet. Diet akan sangat mempengaruhi kadar gula darah pasien. Diet yang tepat akan sangat mempengaruhi keberhasilan terapi DM, terutama kualitas hidup pasien.
Pasien harus menjalani diet yang teratur dan tepat, dihitung berapa kebutuhan kalori hariannya.
Misalnya, pada mas pasien. Berat badannya cuma 57 kg. Padahal, berat idealnya 62-67 kg. Setelah dihitung pakai rumus brocca di bawah, ketemu kebutuhan hariannya 2300 kal/hari. Lebih praktisnya, kalori dari karbohidrat (nasi) dibatasi saat sarapan 8 sendok, makan siang 12 sendok dan makan malam 12 sendok.
Kalau asupan nutrisinya tepat, gula darah pasien kemungkinan besar akan terkontrol. Berat badan ideal akan cepat tercapai. Namun, sebaliknya. Jika nutrisi tidak terkendali, kontrol gula pasien akan tinggi. Padahal pasien punya infeksi yang, tidak bisa ditawar, gula darah harus selalu terkontrol. Jika tidak terkontrol, pengobatan bisa gagal dan TB jadi resisten (MDR-TB).
Farmakoterapi Diabetes Mellitus
Bagaimana pun, farmakoterapi adalah faktor penting keberhasilan menerapi pasien Diabetes Mellitus dengan dekompensasi meatbolik seperti mas pasien (HbA1c 13%). Sesuai Guideline PERKENI 2015, kalau HbA1c > 9% adalah indikasi terapi insulin pada pasien.
Nah, ini tantangannya. Banyak pasien resisten, menolak untuk memulai terapi insulin. Salah satu alasan yang paling sering adalah, mitos-mitos yang berkembang tentang terapi insulin.
"Nanti ketergantungan dok."
"Ginjal lama-lama bisa rusak."
"Gula darah gampang drop."
Dan masih banyak mitos serta alasan yang lain. Intinya mereka tidak dapat informasi yang proporsional dan benar tentang terapi insulin.
Buku Flipchart Diabetes disusun untuk itu, mengedukasi pasien tentang hal-hal yang benar terkait pengelolaan DM. Tentang pentingnya insulin vs komplikasi yang mungkin timbul kalau tidak dikelola gula darah dengan baik. Tentang bagaimana menghindari hipoglikemia pada pasien DM. Tentang bagaimana teknik menyuntik insulin yang benar dan efektif. dsb.
Mas pasien akhirnya menggunakan insulin basal, detemir. Dosisnya dimulai dengan 10 unit suntik satu kali pagi hari. Setelah 2 hari, gula darah puasa cuma turun jadi 280 mg/dL dari 300 mg/dL. Akhirnya dosisnya dinaikkan jadi 14 unit. Gula darah puasa turun jadi 200 mg/dL.
Sambil pengobatan TB dimulai, diharapkan kalau kuman TB sudah berkurang agresivitasnya resistensi insulin akan membaik. Sambil dibantu obat-obatan untuk meningkatkan sensitivitas insulin, metformin 2×500 mg.
Dan benar, setelah dua minggu dievaluasi, gula darah puasa turun jadi 155 mg/dL dari starting point 300 mg/dL (50%).
Mas pasien bahagia banget pagi ini, dan aku yakin dia akan jadi pasien loyal di kemudian hari.
Perbanyak pasien-pasien yang puas, tinggal tunggu waktunya kamu akan jadi dokter yang paling dicari di kotamu.
Pesan Flipchart DM sekarang, klik link order ini atau WA 085608083342 (Yahya)
Semoga Bermanfaat^^