Kasus yang harus dihadapi dokter Intalasi Gawat Darurat sering tak terduga, dan terkadang aneh. Kali ini ada sejawat yang bercerita mendapatkan kasus pasien tergigit anjing liar. Sejawat tersebut mewaspadai jika pasien terinfeksi rabies. Lantas bagaimana tatalaksananya? Kapan serum anti-rabies diberikan?
Diagnosis Klinis Rabies
Rabies adalah infeksi virus rabies pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia melalui air liur hewan yang terinfeksi virus rabies. Patogenesis penyakit rabies terjadi dengan mekanisme infeksi virus rabies yang dapat menyebabkan disfungsi hebat susunan saraf pusat.
Gejala Klinis Rabies
Gejala klinis rabies penting untuk diketahui oleh dokter di Instalasi Gawat Darurat karena pasien sering berakhir dengan kematian. Manifestasi klinis penyakit rabies dapat berupa hidrofobia, emosi yang labil, sesak napas, demam, hipersalivasi, disfagia dan kejang.
Gejala prodormal mulai timbul ketika virus masuk susunan saraf pusat, biasanya pada ganglia spinalis. Gatal atau parestesia pada daerah luka bekas gigitan didapatkan pada 40% pasien.
Gejala lain berupa demam, perubahan perilaku, gejala non-spesifik pada traktus respiratorius bagian atas dan gastrointestinal. Dapat didapatkan juga malaise umum, mual dan rasa nyeri di tenggorok selama beberapa hari.
Pada pasien dapat ditemukan reaksi berlebihan terhadap rangsang sensorik yang dinamakan stimulus sensitive myoclonus. Pada kondisi tersebut tonus otot dan aktivasi simpatik naik dengan gejal hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Pada stadium ini ada gejala khas yaitu sianosis, konvulasi, takikardia sampai mati. Pada saat menjelang kematian, otot pasien menjadi lemas sampai parestesia.
Dalam beberapa minggu, progresivitas penyakit rabies akan memberat dan dapat muncul rabies paralisa. Pada tahap ini, sejawat bisa menemukan tanda-tanda patognomonik dan hidrofobia. Pada kondisi ini terjadi ensefalitis rabies paralisa yaitu malfungsi batang otak sistem limbik dan spasime hidrofobia.
Gejala hidrofobia dapat diperiksa dengan menginduksi refleks kontraksi otot inspirasi melalui provokasi dengan memaksa minum. Bahkan pada beberapa pasien, kondisi tersebut dapat dicapai hanya dengan mendengar kata-kata air atau perikan air, cahaya terang dan suara keras. Kadang-kadang dapat terjadi kejang atau opistotonus yang diikuti cardiac atau respiratory arrest.
Pemeriksaan Laboratorium Rabies
Diagnosis Pasti infeksi rabies ditegakkan dengan kultur sel neuroblastoma dalam 2-4 hari, namun teknik ini jarang dilakukan di Indonesia. Pemeriksaan yang lebih mudah dapat dilakukan dengan pemeriksaan antibodi rabies dalam serum darah pasien atau cairan serebrospinal, kecuali pasien sudah mendapat vaksin sebelumnya.
Diagnosis Banding Rabies
Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan rabies
- Tetanus. Dapat dibedakan dengan anamnesis onset gejala (masa inkubasi < 15 hari), kekakuan otot konstan, tanpa relaksasi di antara spasme. Pemeriksaan cairan serebrospinal akan bersifat normal.
- Intoksikasi. Dapat dibedakan dengan anamnesis riwayat minum obat atau percobaan bunuh diri sebelumnya.
- Rabies Phobia. Adalah ketakutan histeris (biasanya langsung setelah gigitan anjing) dengan perilaku agresif.
- Guillan-Barre Syndrome. Sindroma ini mungkin timbul pada paralisa rabies.
- Post Vaccination Encephalitis. Adalah respon alergi pada jaringan saraf yang memakai vaksin rabies.
- Ensefalitis akibat virus lain.
Rabies adalah penyakit dengan prognosis yang buruk. Jika sejawat mendapatkan kasus rabies dan berhasil menegakkan diagnosisnya, edukasi pada pasien dan keluarga sangat penting. Hampir semua pasien meninggal, hanya 10 pasien yang berhasil sembuh (sejak 1875). Pasien yang dapat bertahan hidup akan mengalami sequele yang berat.
Tatalaksana Rabies
Prinsip umum tatalaksana rabies adalah meminimalkan jumlah virus di tempat inokulasi dengan terapi lokal pada luka dan menginduksi neutralizng titer antibody sedini mungkin dan selama mungkin terhadap virus rabies.
Perawatan Luka
Perawatan luka adalah hal terpenting yang perlu dokter lakukan untuk mencegah pasien tergigit anjing terinfeksi rabies. Luka harus dibersihkan/disikat dengan sabun dan detergen dan dibilas dengan air kurang lebih 5 menit. Pembersihan secara mekanis dan kimia sangat penting. Sejawat bisa menggunakan Benzalkonium Chlorida atau Centrimonium bromida 1%. Kedua obat di atas sangat berguna karena dapat menginaktivasi virus rabies. Tetanus toksoid dan antibiotika dapat diberikan, untuk mencegah tetanus.
Tatalaksana Rabies Rekomendasi PAPDI
Tidak ada terapi spesifik untuk rabies. Profilaksis pada individu yang terpapar (pembersihan dan irigasi luka) dilakukan secepat mungkin. Imunisasi aktif dan pasif efektif dalam 72 jam setelah terpapar.
Penatalaksanaan setelah terpapar virus rabies pada individu yang belum divaksinasi.
- Kasus tergigit anjing adalah kasus emergensi sehingga penatalaksanaan harus dimulai secara dini, baik pembersihan luka maupun pemberian vaksinasi tanpa menunggu hasil laboratorium atau mengobservasi binatang jika dicurigai terinfeksi virus rabies.
- Sebaiknya luka tidak dijahit terlebih dahulu, jika menjahit luka pastikan sudah memberikan RIG terlebih dahulu pada luka tersebut.
- WHO membagi kategori paparan dan penatalaksanaan menjadi 3 yaitu
Tatalaksana pasien posrt-exposure rabies pada individu yang sudah divaksin dan pencegahan pada individu beresiko tinggi dapat sejawat baca lebih lanjut di PPK Penatalaksanaan PAPDI
Semoga Bermanfaat^^
=
Sponsored Content
Pemesanan SMS/WA Buku Best Seller PAPDI
- PPK Penatalaksanaan PAPDI
- EIMED Kegawatdaruratan Biru PAPDI
- Diagnosis Klinis Macleod