Oleh: Rizki Nur Rachman Putra Gofur, dr.
Salah satu komplikasi diabetes melitus baik tipe 1 maupun tipe 2 adalah koma diabetikum, atau dalam nama lain disebut ketoasidosis diabetikum. Komplikasi ini merupakan sebuah gawat darurat dan harus segera ditangani di unit gawat darurat.
Ketoasidosis diabetikum dapat menyebabkan koma, pasien tidak sadarkan diri, dan menyebabkan pasien meregang nyawa. Terdapat juga kondisi lain yang lebih ringan akibat hiperglikemia yang disebut hiperglikemia hyperosmolar non ketotik. Sedangkan komplikasi lain dari diabetes melitus adalah kondisi hipoglikemia yang juga dapat menyebabkan gawat darurat serta penurunan kesadaran.
Kedua kondisi ini harus ditangani dengan segera karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia. Oleh karena itu penanganan kegawatdaruratan ini harus dapat dilakukan dengan cepat dan tepat karena banyaknya jumlah kasus.
Diagnosis juga harus dibuat dengan cepat dan tepat karena sekilas kedua gejala penyakit ini mirip dan memiliki anamnesis yang serupa.
Tatalaksana Emergency Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan di saat glukosa darah mencapai level tertentu. Terdapat dua definisi dari hipoglikemia, definisi tersebut adalah
- Glukosa darah berada di tingkat < 60 mg/dl
atau
- Glukosa darah berada di tingkat < 80 mg/dl dengan adanya gejala klinis.
Hipoglikemia rentan terjadi pada pasien diabetes melitus atau pasien geriatri. Keadaan ini dapat terjadi akibat tidak adekuatnya asupan makanan, dan diperparah dengan konsumsi obat diabetes yang menyebabkan tingkat glukosa pasien menjadi sangat rendah. Penyebab lain adalah adanya kelebihan dosis obat, terutama jika pasien menggunakan obat yang memang rentan hipoglikemia seperti insulin, atau sulfonilura.
Pada pasien yang telah lama menderita diabetes juga kemungkinan didapatkan gagal ginjal kronik, yang dapat menyebabkan insulin tersirkulasi pada darah sehingga terus menerus menurunkan glukosa darah.
Hal lain yang juga dapat menyebabkan hipoglikemia adalah aktivitas fisik yang berlebihan. Kondisi ini perlu dicurigai pada pasien diabetes melitus yang menjalani diet dan olahraga yang berlebihan.
Pada pemeriksaan subyektif pasien hipoglikemia didapatkan berbagai macam gejala seperti gemetar, lapar, pusing, keringat dingin, jantung berdebar, dan gelisah. Pada tahap yang lanjut dapat ditemukan koma atau penurunan kesadaran.
Perlu ditanyakan juga mengenai riwayat diabetes, riwayat pengobatan terhadap diabetes, pemakaian terakhir dari obat tersebut, perubahan dosis, waktu makan terakhir, jumlah asupan makanan, dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Pada pemeriksaan obyektif ditemukan, adanya pucat, keringat dingin, tekanan darah menurun, dengan nadi yang meningkat, penurunan kesadaran, dan pada beberapa kasus dapat ditemukan defisit neurolgois fokal, yaitu reflek patologis yang positif pada satu sisi tubuh.
Penegakan diagnosis pada hipoglikemia ditegakkan melalui trias whipple. Untuk menegakkan diagnosis hipoglikemia, lakukan pemeriksaan dengan stick glucose atau pemeriksaan serupa yang dapat mengidentifikasi gula darah secara cepat. Krirteria diagnosis hipoglikemia yang disebut trias whipple adalah
- Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia (seperti yang sudah disebutkan di atas)
- Kadar glukosa plasma yang rendah
- Setelah pemerberian glukosa, kadar glukosa plasma kemudian meningkat
Untuk tatalaksana pada hipoglikemia, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
- Jika pasien sadar, lakukan pemberian gula murni sebanyak 30 gram (dua sendok makan) atau sirup/permen atau gula murni. Pastikan yang diberikan bukan pengganti gula, atau gula diabetes, atau makanan yang mengandung karbohidrat.
- Hentikan pemberian obat diabetes atau yang menyebabkan hipoglikemia, dan periksa gula darah tiap 1-2 jam
- Pertahankan glukosa darah tetap 200 mg/dl, dan cari penyebab hipoglikemia
Jika pasien datang dengan tidak sadar, berikan
- Berikan larutan dekstrose 40% sebanyak 50 ml berikan bolus IV
- Berikan cairan dekstrose 10% per 6 jam/kolf
- Periksa gula darah sewaktu tiap satu jam setelah bolus dekstrosa 40%, Bila gula darah < 50 mg/dl berikan 50 ml dekstrosa 40%, jika < 100 mg/dl berikan dekstrosa 40% sebanyak 25 ml
- Jika gula darah sudah di atas 100 mg/dl sebanyak 3 kali pemeriksaan, ganti cairan dekstrosa dengan natrium klorida, dan protocol hipoglikemia dapat dihentikan.
Terapi awal tersebut dilakukan sambil mempersiapkan perujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut yang memiliki dokter spesialis penyakit dalam. Kompetensi penyakit ini adalah 3B yang menunjukkan bahwa perujukan harus dilaksanakan untuk penanganan lebih lanjut.
Perujukan juga perlu dilakukan untuk dilakukan edukasi serta pengaturan ulang dari dosis obat diabetes untuk mencegah kejadian ini berulang di masa depan.
(RPG).
Tulisan di atas disadur dari Buku Lecture Notes: Simposium Kegawatdaruratan Dokter Umum 2019
Berisi rangkuman materi simposium emergency untuk dokter umum yang dilaksanakan tahun 2019.
Meliputi materi-materi di bawah ini
Pemesanan bisa langsung WA Yahya 085608083342 atau klik link WA ini untuk proses lebih cepat
Semoga Bermanfaat^^