Tau nggak sih, kenapa beta blocker bisa mengurangi mortality rate pasien Gagal Jantung dengan fraksi Ejeksi rendah (HFrEF)?
Ada penjelasan sangat bagus di buku terbaru Prof Idrus Alwi, SpPD-KKV (ketua PAPDI 2015-2018)
"Pada pasien gagal jantung, transduksi sinyal beta-adrenergik akan mengalami penurunan, potensinya hilang hingga 50-60%. Terapi penyekat beta (beta blocker) membantu mengembalikan sebagian efikasi pengiriman sinyal adrenergik tersebut. Sehingga, terapi penyekat beta jangka panjang memberikan perbaikan pada parameter selular, hemodinamika dan klinis (menurunkan mortalitas dan morbiditas)."
Namun, yang jadi masalah adalah sering kali pasien di Indonesia "tidak cocok" dengan dosis beta blocker yang direkomendasikan jurnal-jurnal di luar negri.
Misalnya nih, dosis bisoprolol kalau di jurnal luar itu 1×10 mg. Waduh, kalau belum apa-apa sudah mulai dengan dosis sebesar itu yang ada malah keluhan efek sampingnya yang muncul duluan.
Kalau pasiennya nggak cerita, paling langsung "2019 ganti dokter"
Untungnya kita punya prof Idrus dengan segala pengalaman klinisnya selama puluhan tahun.
Begini pesan prof Idrus terkait dosis beta blocker untuk pasien gagal jantung…
"Prinsip terapi peenyekat beta sebaiknya di awali dengan dosis paling rendah dan dilakukan upitration setiap dua hingga empat minggu sesuai dengan toleransi pasien (start low, go slow)…"
Jadi mulai dulu dengan dosis awal (rendah) trus ditingkatkan terus sampai batas dosis yang dapat ditoleransi pasien. Targetnya dosis sesuai uji klinis di jurnal luar (dosis target), tapi kalau baru setengah dosis target efek samping yang tidak menyenangkan sudah muncul, turunkan dosisnya ke dosis sebelumnya saat efek samping belum muncul.
Di bukunya prof Idrus juga sudah dikasih tabel untuk memandu kamu memulai terapi beta bloker
Mudah kan?
Btw, cuma mau kasih info aja kalau hari ini terakhir pre-order buku Gagal Jantung prof Idrus Alwi…
Ditunggu sampai nanti malam jam 23:59 WIB
Pemesanan, klik link order ini atau WA Yahya 085608083342