Parotitis adalah inflamasi pada kelenjar parotis yang dapat disebabkan oleh agen infeksius maupun penyakit sistemik non infeksius. Parotitis supuratif disebabkan infeksi bakteri pada neonatus dan pasien post operasi.
Parotitis epidemika disebabkan oleh virus mumps yang banyak terjadi pada era sebelum vaksinasi. Setelah maraknya vaksinasi mumps, parotitis dapat disebabkan oleh infeksi virus lain seperti Epstein-Barr virus, coxsackievirus, influenza A dan parainfluenza yang disebut parotitis viral.
Infeksi mumps merupakan infeksi virus yang paling umum pada parotitis yang bersifat self-limited dan sering menyerang anak di negara berkembang, dimana jumlah anak yang divaksinasi belum optimal. Gejala yang dapat muncul adalah demam, bengkak dan nyeri pada kelenjar parotis unilateral atau bilateral, dan sering terjadi bersama meningoensefalitis dan orchitis.
Virus mumps termasuk golongan famili Paramyxoviridae dan genus Rubulavirus. Manusia adalah host alami satu-satunya dari virus ini.
Diagnosis dan Terapi Parotitis
Mumps disebarkan dari satu orang ke orang lainnya melalui jasad percik renik saluran pernapasan (droplet). Virus berada pada air ludah 7 hari sebelum hingga 7 hari sesudah pembengkakan kelenjar parotis. Periode paling infeksius adalah 1-2 hari sebelum hingga 5 hari sesudah pembengkakan parotis. Sehingga Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan American Academy of Pediatrics merekomendasikan pasien dengan mumps untuk diisolasi selama 5 hari setelah onset.
Virus mumps dapat menyerang kelenjar ludah, sistem saraf pusat, pankreas, testis, dan dapat pula mengenai tiroid, ovarium, jantung, ginjal, hati, serta synovia sendi. Virus bereplikasi pada epitel saluran pernapasan atas, kemudian menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya melalui drainase limfatik. Selanjutnya terjadi viremia dan penyebaran virus ke target organ. Virus ini dapat menyebabkan nekrosis pada sel yang terinfeksi.
Masa inkubasi dari mumps bervariasi dari 12-25 hari, namun biasanya 16-18 hari. Anamnesis secara detail mengenai riwayat penyakit pasien dan pemeriksaan fisik sangat krusial dalam penegakan diagnosis. Perlu ditanyakan mengenai onset dan durasi dari gejala, periodisitas, dan karakteristik dari air ludah yang disekresi.
Pemeriksaan fisik kelenjar parotis paling baik dilakukan dengan melakukan palpasi secara simultan kelenjar ludah dari intraoral dan ekstraoral. Lakukan penekanan secara lembut untuk melihat adanya sekresi yang dikeluarkan.
Gejala mumps dapat bervariasi mulai dari asimtomatik atau gejala nonspesifik, hingga gejala tipikal yang biasa terjadi pada infeksi mumps. Gejala mumps diawali dengan gejala prodromal berupa demam, malaise, anoreksia, muntah dan nyeri kepala. Hari berikutnya akan timbul gejala nyeri pada telinga dan daerah parotis unilateral atau bilateral. Konsumsi makanan atau minuman yang terasa masam atau mengandung asam dapat meningkatkan nyeri pada daerah parotis.
Pembesaran dari kelenjar parotis dapat terjadi pada 2-3 hari berikutnya dan secara bertahap mengecil lebih dari 7 hari. Orifisium dari duktus Stensen dapat ditemukan eritematus dan bengkak, namun sekresi dari duktus jernih. Pembengkakan maksimal menyebabkan hilangnya sudut rahang dan daun telinga terangkat ke atas dan ke arah luar.
Pada 10% kasus, kelenjar ludah lainnya dapat ikut terkena infeksi ini, misalnya kelenjar submandibula. Manifestasi sistemik yang jarang terjadi pada mumps adalah epididimo-orchitis, meningitis, meningoensefalitis dan oophoritis. Demam dan gejala sistemik lain dapat membaik dalam 3-5 hari. Edema pada daerah sternum karena obstruksi limfatik dapat juga terjadi.
Konfirmasi dari adanya parotitis adalah dengan adanya peningkatan serum amilase. Pada parotitis viral, leukosit darah dapat normal, atau sedikit meningkat, atau dapat pula menurun dengan predominasi limfositik. Pemeriksaan virologis atau serologis dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis spesifik. Virus dapat diisolasi dari sekret saluran napas atas, cairan serebrospinal, atau urin pada masa akut.
Komplikasi paling sering dari mumps adalah meningitis dengan atau tanpa ensefalitis, dan keterlibatan gonad. Pada bayi dan anak-anak gejala yang muncul adalah demam, malaise dan letargi, sedangkan pada anak yang lebih besar atau remaja dan dewasa gejala yang muncul adalah nyeri kepala dan terdapat meningeal sign.
Orchitis dapat terjadi pada 30-40 % remaja laki-laki ataupun dewasa dengan infeksi mumps. Terdapat gejala nyeri dan bengkak pada testis. Ooforitis jarang terjadi pada wanita post puber namun dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat rancu dengan apendisitis bila berada di daerah kanan. Komplikasi yang tidak umum adalah konjungtivitis, neuritis optik, pneumonia, nefritis, pankreatitis, dan trombositopenia.
Tatalaksana Mumps Parotitis
Tidak ada terapi antivirus yang spesifik pada mumps karena merupakan penyakit self limited. Penatalaksanaannya ditujukan untuk mengurangi nyeri dengan memberikan paracetamol atau ibuprofen, dan menjaga hidrasi tetap adekuat dengan rehidrasi.
Antipiretik dapat diberikan bila terdapat demam. Hindari makanan dan minuman yang asam seperti tomat, cuka, atau jus jeruk, karena dapat menyulitkan proses menelan dan menimbulkan iritasi pada lambung. Kompres hangat atau dingin dapat meringankan gejala pada kelenjar yang membengkak.
Analgesik yang lebih kuat mungkin diperlukan untuk pasien orchitis, disarankan untuk tirah baring, scrotal support dan kompres dingin. Konsultasi pada dokter spesialis dapat dilakukan pada kasus yang melibatkan banyak organ.
Antibiotik hanya diberikan bila curiga parotitis supuratif. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap S. aureus, Streptococcus spp, organisme gram negatif, dan anaerob dapat diberikan secara empirik. Misalnya golongan penicilin resisten penicilinase, sefalosporin generasi pertama, dan klindamisin yang dikombinasi dengan aminoglikosida. Insisi dan drainase diindikasikan bila respon pengobatan lambat dan fluktuasi bertambah.
Vaksinasi (Measles Mumps Rubela) MMR merupakan usaha untuk mencegah terjadi parotitis akibat infeksi mumps. Vaksin MMR berisi virus hidup dan diberikan pada anak usia 12-15 bulan dosis pertama, dan 4-6 tahun untuk dosis kedua. MMR tidak diberikan pada anak dibawah 12 tahun karena dapat terjadi serokonversi dengan antibodi maternal.
Apabila mumps menyerang anak yang berada pada tempat penitipan anak, atau sekolah, maka perlu diperhatikan pada orang-orang di sekitar untuk selalu menjaga kebersihan dan mencuci tangan. Perlu dilihat kembali status imunisasi dari tiap anak, bila perlu lakukan imunisasi pada anak yang belum medapat imunisasi adekuat. Anak yang tidak diimunisasi karena alasan kepercayaan, maka idealnya diisolasi atau tidak masuk sekolah selama 26 hari agar tidak menjadi sumber penularan.
Seseorang yang tidak yakin dengan status imunisasinya, ataupun riwayat penyakit mumps sebelumnya perlu divaksin. Pemberiannya adalah dengan injeksi subkutan atau intramuskular. Vaksin ini dikontraindikasikan pada ibu hamil karena virus hidup dapat menginfeksi janin, walau blum ada bukti infeksi tersebut dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pemberian vaksin juga harus hati-hati pada seseorang dengan rieayat alergi telur atau neomycin karena terkandung dalam vaksin. (alv)
Semoga Bermanfaat^^
Sponsored Content
SUDAH READY…
Buku 155 Diagnosis dan Terapi di Faskes Primer
Berisi
-
Kumpulan diagnosis, terapi dan contoh resep 155 penyakit yang "wajib" ditangani di Faskes Primer
-
Ilmu praktis "Mahir Baca EKG" buat di IGD dan Puskesmas
-
Tips Evaluasi Foto Thoraks dan Fraktur
-
Dosis obat untuk anak berbasis diagnosis di Faskes Primer
-
Rangkuman intisari Diskusi Faskes Primer
Lengkap terangkum dalam buku 350 halaman, full color untuk ilustrasi penyakit dermatologi dan Gambar EKG.
Pas di taruh di laci praktek kamu
Bisa kamu dapatkan dengan biaya 199 ribu
WA aja Yahya 085608083342
Semoga Bermanfaat^^