Penyakit infeksi soil-transmitted helminth (STH) atau cacing yang ditularkan melalui tanah merupakan salah satu masalah penting yang terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia. Prevalensi infeksi cacing pada anak sekolah dasar di Indonesia adalah berkisar 60-90%. Empat spesies cacing yang sering menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale.
Diagnosis dan Terapi Infeksi Cacing Pada Anak
Infeksi STH terjadi apabila terdapat kontak antara anak dengan tanah yang terkontaminasi dengan feces yang terinfeksi. Biasanya didapatkan pada daerah dengan sanitasi yang buruk. Telur cacing juga dapat ditemui pada sayur-sayuran dan buah-buahan yang termakan tanpa melalui proses memasak dan mencuci yang baik dan benar.
Sumber air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung telur juga bisa menjadi jalur penularan. Selain itu, telur cacing tambang yang menetas di tanah menghasilkan larva yang matur dan dapat menembus kulit bila anak-anak berjalan tanpa menggunakan alas kaki.
Anak-anak yang terinfeksi akan mengalami gangguan dalam penyerapan nutrisi dan tumbuh kembang. Cacing akan menyerap darah sehingga menimbulkan defisiensi besi dan protein. Cacing tambang menyebabkan perdarahan usus yang kronik sehingga dapat menyebabkan anemia. Malabsorpsi dari nutrisi menyebabkan kekurangan berbagai jenis nutrien termasuk vitamin A dan vitamin C. Pada pasien dengan infeksi cacing, nafsu makan juga berkurang sehingga mengganggu pertumbuhan fisik dan kognitif anak.
Seseorang yang menderita ascariasis biasanya tidak menunjukkan gejala. Apabila ada gejala yang muncul hanya gejala ringan termasuk rasa tidak enak di perut. Gejala lainnya adalah batuk, sesak, mengi, nyeri dada yang disebabkan migrasi cacing ke paru-paru, diare, dan kolik akut pada daerah epigastrium. Jumlah cacing yang banyak menyebabkan anak merasa perutnya penuh sehingga mengurangi makan. Bila cacing menumpuk di usus maka dapat pula terjadi obstruksi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ronki, wheezing, dan takipneu pada fase migrasi paru, urtikaria dan demam juga dapat terjadi pada akhir masa migrasi. Distensi abdomen, kaku pada daerah perut kanan atas, hipogastrium, atau kanan bawah dapat ditemukan pada anak.
Diagnosis dari ascariasis adalah dengan mengambil sampel feces dan diperiksa menggunakan mikroskop keberadaan telur cacing. Pada beberapa orang cacing dewasa dapat ditemui di feces maupun saat dibatukkan.
Cacing Trichuris trichiura atau cacing cambuk dapat menimbulkan gejala diare kronik berat, dan hilangnya perdarahan dalam jumlah besar. Gejala diare diikuti dengan rasa nyeri saat defekasi dengan konsistensi feces yang cair, terdapat mukus dan darah.
Prolaps rektum dapat juga terjadi. Gejala anemia dapat muncul bila infeksi menimbulkan banyak perdarahan. Namun infeksi ringan dapat tidak menimbulkan gejala. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya telur cacing di feces pasien.
Infeksi cacing tambang seperti Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale dapat menimbulkan anemia dan defisiensi protein seperti nitrogen dan juga vitamin B12. Gejala awal yang dapat terjadi adalah iritasi lokal pada lokasi infeksi yaitu gatal, eritema, vesikel pada tangan atau kaki yang ditembus oleh cacing. Cacing tambang juga mengalami fase migrasi paru sehingga dapat menimbulkan gejala batuk, sesak, dengan atau tanpa demam.
Selanjutnya cacing berpindah ke saluran cerna. Cacing ini menyebabkan laserasi pada kapiler vili usus halus dan menyebabkan perdarahan lokal pada usus. Sebagian darah akan ditelan oleh cacing dan sebagian keluar melalui tinja.
=
Sponsored Content
Buku Nelson Essensial IDAI adalah buku rekomendasi PPDS Pediatri
Pesan sekarang via WA Yahya 085608083342
=
Gejala klinis yang muncul dapat berupa anoreksia, mual, muntah, diare, flatulens, dispepsia, nyeri perut. Bila pendarahan mencapai jumlah besar, maka gejala anemia akan muncul yaitu nyeri kepala, palpitasi, sesak bila beraktivitas, atau pingsan.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lesi pada kulit, nyeri midepigastrium, pasien tampak pucat, kuku seperti sendok, edema bila terdapat hipoproteinemia. Diagnosis didapatkan dengan memeriksakan feces di bawah mikroskop untuk melihat telur cacing.
Untuk mencegah terjadinya infeksi, hal-hal yang harus dilakukan adalah hindari kontak dengan tanah yang terkontaminasi feces manusia. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan, ajarkan anak-anak pentingnya mencuci tangan.
Selalu cuci bersih, kupas dan masak semua sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan, terutama yang tumbuh di tanah dengan pupuk feces manusia. Pencegahan transmisi ke orang lain dapat dilakukan dengan tidak buang air besar di sembarang tempat dan sistem pembuangan yang baik dan efektif.
Terapi Infeksi Cacing pada Anak
Terapi dari ascariasis adalah dengan menggunakan obat-obatan antihelmintik seperti albendazole dan mebendazole sebagai obat pilihan. Dosis yang diberikan sama pada anak-anak dengan dewasa. Albendazole diberikan 400 mg sekali secara oral bersamaan dengan makanan.
Albendazole untuk ascariasis masih belum direkomendasikan oleh FDA (food and drug association), namun dalam guideline WHO albendazole dapat digunakan pada anak sejak usia 1 tahun.
Mebendazole 100 mg dua kali sehari untuk 3 hari atau 500 mg satu kali dapat juga digunakan sebagai terapi ascariasis. Ivermectin dapat menjadi alternatif terapi medikamentosa dengan dosis 150-200 mcg/kgBB dosis tunggal, namun keamanannya untuk anak < 15kg masih belum jelas. Untuk gejala paru-paru yang dapat terjadi pada ascariasis, dapat diterapi dengan bronkodilator inhalasi maupun kortikosteroid.
Terapi medikamentosa pada infeksi cacing tambang adalah dengan menggunakan albendazole dan mebendazole dengan dosis yang sama dengan terapi ascariasis, atau pyrantel pamoate 11 mg/kgBB (maksimal 1 gram) setiap harinya selama 3 hari.
Petunjuk dari WHO membolehkan penggunaan pyrantel pamoate pada anak usia 1-12 tahun. Untuk trichuriasis, albendazole dan mebendazole dengan dosis yang sama dengan infeksi STH lainnya dapat digunakan sebagai terapi.
Terapi preventif (terapi medikamentosa sebelum dilakukan pemeriksaan feces) dapat diberikan di negara berkembang, kelompok dengan risiko infeksi STH yang lebih besar. Kelompok yang berisiko tinggi termasuk anak-anak pra sekolah, dan anak usia sekolah.
WHO merekomendasikan terapi periodik (deworming) tanpa diagnosis individu sebelumnya pada semua kelompok yang berisiko pada daerah endemik. Terapi harus diberikan sekali sehari ketika prevalensi infeksi STH pada komunitas tersebut lebih dari 20%, dan dua kali sehari bila prevalensinya lebih dari 50%.
Suplemen besi dapat diberikan sebagai terapi yang melengkapi obat-obatan antihelmintik, terutama pada daerah endemis infeksi cacing tambang. Dosis yang diberikan adalah 12,5 mg besi ditambahkan 50 µg asam folat pada bayi usia 6-24 bulan, 2 mg/kgBB/hari pada anak 2-5 tahun atau berkisar 20-30 mg, 30-60 mg pada anak 6-11 tahun, dan 60 mg pada remaja (alv).
Semoga Bermanfaat^^
Sponsored Content
Buku paling dicari dokter puskesmas, IGD dan Klinik Pratama dari aceh-papua ini sudah mau terbit lagi. Versi update tahun 2018 "BUKU 155 DIAGNOSIS DAN TERAPI FASKES PRIMER"
Harganya 155 ribu. Tapi, kalau kamu ikut pre-order, kamu akan dapat bonus DVD TERAPI CAIRAN DI IGD DAN PUSKESMAS senilai 156 ribu.
Tanggal 21-28 Februari ini kita buka pre-order. Langsung aja WA 085608083342 Yahya atau klik link order ini.
Buku akan dikirim ke rumahmu tanggal 18-04-18
Jangan sampai nggak kebagian kayak kemarin^^