25 Apr 2016 • Internal Medicine
Sindroma koroner akut (SKA) masih merupakan salah satu "pembunuh no. 1" di Indonesia. Percutaneous Coronary Intervention (PCI) masih merupakah modalitas terapi utama SKA dengan elevasi segmen ST (STEMI). Namun, sayang masih banyak rumah sakit di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas PCI.
SKA dengan elevasi segmen ST adalah salah satu spektrum sindrom klinis dari SKA yang berkaitan dengan peningkatan segmen ST yang menetap disertai pelepasan petanda kerusakan miokard.
Infark miokard akut yang terjadi pada SKA merupakan suatu nekorsis miokard yang disebabkan oleh sumbatan mendadak aliran darah koroner. Hal ini disebabkan sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak aterom yang kemudian dilanjutkan dengan proses vasokontrikisi, reaksi inflamasi, trombosis dan embolisasi.
Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran EKG (elektrokardiografi) dan pemeriksaan marka jantung (cardiac biomarkers).
"Trias" gejala klinis Sindroma Koroner Akut dengan STEMI adalah
Perlu pula diperhatikan gambaran EKG yang khas pada pasien SKA dengan STEMI adalah
Pemeriksaan marka jantung yang paling spesifik adalah troponin T atau troponin I. Bila tidak tersedia pemeriksaan troponin, maka dapat dilakukan pemeriksaan CKMB.
Kadar Troponin mulai meningkat 3 jam setelah onset nyeri dada khas dan bertahan hingga 14 hari. CKMB mulai meningkat setelah 3 jam setelah onset dan bertahan 48-72 jam.
Bila pemeriksaan pertama hasilnya negatif maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang bila gejala klinis mencurigakan infark mikoard akut. Diagnosis STEMI dapat ditegakkan tanpa menunggu hasil pemeriksaan marka jantung sehingga terapi revaskularisasi atau reperfusi dapat secepatnya dilakukan bila memungkinkan.
Pemeriksaan marka jantung perlu dilakukan secara serial untuk menentukan prognosis pasien.
Pada layanan kesehatan yang mempunyai fasilitas ekokardiografi, pemeriksaan ekokardiografi dilakukan bila ada kecurigaan diseksi aorta, emboli paru, efusi perikard massif atau kompliasi mekanik. Pemeriksaan ekokardiografi tidak boleh sampai menyebabkan penundaan terapi yang diberikan.
Tatalaksana Sindroma Koroner Akut dengan ST Elevasi (STEMI) terdiri dari tatalaksanan pra-rumah sakit, tatalaksana di rumah sakit dan tatalaksana rutin medika mentosa. Tatalaksana di rumah sakit dapat dibedakan menjadi tatalaksana di rumah sakit dengan fasilitas Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dan tanpa PCI. Dalam artikel ini akan dibahas tatalaksana rumah sakit tanpa PCI. Talalaksana rumah sakit dengan PCI dapat anda baca lebih lanjut di buku Emergency in Internal Medicine Biru (EIMED Biru).
Preparat nitrat
Opioid Intravena
Opioid intravena (morfin 2-4 mg) dengan dosis tambahan 2 mg dengan interval 5-15 menit. (hati-hati efek samping dengan hipotensi, bradikaradia, depresi napas). Dosis maksimal tidak lebih dari 20 mg.
Terapi trombolitik diberikan pada pasien STEMI dengan onset kurang dari 12 jam.
Obat trombolik yang dapat digunakan:
Kontraindikasi Absolut Terapi Trombolitik
Kontraindikasi Relatif Terapi Fibrinolitik
Indikasi Keberhasilan Terapi Fibrinolitik
Tanda Kegagalan Terapi Fibrinolitik
Bila nyeri dada terus berlanjut dan eleasi segmen ST menetap. Komplikasi gagal jantung atau aritmia banyak trerjadi sehingga harus dipertimbangkan recue PCI yaitu strategi reperfusi PCI yang dilakukan pada pasien yang telah mendapat terapi fibrinolitik tapi dicurigai tidak berhasil yaitu bila ditemukan kondisi-kondisi sebagai berikut
Antitrombin
Antikoagulan
TATALAKSANA RUTIN MEDIKAMENTOSA
Penyekat beta diberikan dalam 24 jam bila tidak ada kontraindikasi terutama pada pasien SKA dengan hipertensi dan takiaritmia.
Perhatikan kontraindikasi penyekat beta:
a. Hipotensi atau tanda syok
b. Tanda gagal jantung akut
c. Gejala atau riwayat Asma bronkial
d. Penyakit saluran napas perifer
e. Interval PR memanjang > 0,24 dan blok AV derajat dua atau tiga
f. Riwayat pemakaian kokain sebelumnya
Pemberian ACE Inhibitor diberikan 24 jam pada pasien infark inferior, gagal jantung atau fungsi ventrikel kiri yang rendah dengan fraksi ejeksi (FE) < 40%. Dan dapat dipertimbangkan pada semua pasien STEMI.
Pemberian Angiotensin Receptor Blacker (ARB) bila pasien intoleran dengan ACE inhibitor
Antagonis aldosterone diberikan pada EF < 40%, gejala gagal jantung, diabetes. Pada pasien dengan kreatinin < 2,5 mg, kalium < 5 mEq/L.
Spironolactone 1 x 25-50 mg atau eplerenon 1 x 25-50 mg.
High intensity statin
Diberikan pada semua pasien kecuali bila terdapat kontraindikasi (kontraindikasi miopati dan gangguan fungsi hati).
Atorvastatin dosis tinggi 1 x 80 mg
Simvastatin 1 x 20-40 mg
Pravastatin 1 x 40 mg
Pemberian transquilizaer pada mereka yang cemas. Pemberian Laksatif untuk memperlancar defekasi.
Semoga bermanfaat.
=
Sponsored Content
Kamu bisa pelajari Tatalaksana Infark Miokard Akut lebih lanjut di DVD Sindroma Koroner Akut (dr Ragil, SpJP). Ada sebuah video 60 menit yang menjelaskan tentang
Harganya cuma Rp 156.000,00 (Belum Ongkir)
Berita baiknya, setiap pembelian DVD Sindroma Koroner Akut dan DVD Cardiac Prevention (312 ribu) via Yahya, kamu akan dapat bonus
DVD Cardiac Emergency (Review singkat ACLS dengan Metode Pembahasan Kasus yang Menarik)
Ebook Diagnosis Decomp Cordis
Ebook Tatalaksana Gagal Jantung Akut
Ebook Tatalaksana Gagal Jantung Kronik
DVD Kumpulan Poster Prolanis (Bisa kamu cetak sendiri buat Puskesmas atau Rumah Sakitmu)
Mau pesan? SMS/WA saja ke 0856 0808 3342 (YAHYA)
Bisa juga WA Yahya via klik link order ini
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟