30 Jul 2015 • Internal Medicine
Banyak orang tua di Indonesia yang beranggapan bahwa anak yang demam tinggi bila tidak segera diturunkan suhunya akan mengalami kejang (step). Sehingga saat anak mereka demam sedikit,mereka akan sangat ketakutan (dan akhirnya datang ke tempat praktek dokter). Pada perkembangannya, anggapan sebagian orang tua tersebut kurang tepat.
Faktanya, kejang demam hanya dialami 5-10% anak di Asia Tenggara. Kami belum mendapat data dari Indonesia, namun kira-kira frekuensi kejadian kejang demam di Indonesia berada dalam rentang nilai tersebut.
Itu adalah pertanyaan yang sering diajukan saat kita melakukan edukasi pada orang tua pasien. Kejang demam pada dasarnya selalu diawali dengan kondisi demam tinggi, bisa karena infeksi atau paska imunisasi.
Namun, sering beberapa "oknum" mengkambinghitamkan vaksin atau imunisasi sebagai penyebab kejang demam. Kalau itu jelas salah besar! Vaksin tidak pernah menyebabkan kejang tanpa didahului demam. Banyak anak divaksin, tapi tidak pernah kejang seumur hidupnya. Jadi sekali lagi, bukan vaksin yang menyebabkan kejang, tetapi demam.
Memang ada beberapa populasi anak yang lebih rentan mengalami kejang demam. Faktor resiko yang berpengaruh terjadinya kejang demam adalah: Usia dan Keturunan.
Kejang demam adalah sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar orang tua, meskipun sebagian besar memiliki prognosis yang baik. Kejang demam hampir selalu memiliki outcome klinis yang baik: kecacatan kognitif (-), retardasi mental (-) dan gangguan belajar (-). Namun, mengambil tindakan segera untuk dibawa ke dokter anak atau dokter umum terdekat adalah pilihan terbaik untuk mencegah kejang demam dikemudian hari.
Pencegahan kejang demam akan kami bahas pada artikel selanjutnya.
Perubahan Diagnosis Dengue ICD 11
9 May 2020
Rangkuman Webinar PAPDI 30 April 2020
2 May 2020
Bergabung dengan Dokter Post Untuk Karier Anda 🌟