Dokter Post - Panduan Praktis untuk Dokter Umum: Menilai Keamanan dan Dosis Obat TB pada Ibu Hamil Berdasarkan Bukti Ilmiah Terkini

Panduan Praktis untuk Dokter Umum: Menilai Keamanan dan Dosis Obat TB pada Ibu Hamil Berdasarkan Bukti Ilmiah Terkini

25 Jul 2025 • Pulmonologi , Obgyn

Deskripsi

Panduan Praktis untuk Dokter Umum: Menilai Keamanan dan Dosis Obat TB pada Ibu Hamil Berdasarkan Bukti Ilmiah Terkini

Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) selama kehamilan menghadirkan tantangan klinis yang signifikan, membawa risiko substansial bagi ibu maupun janin jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu. Pengelolaan TB pada populasi khusus ini seringkali menimbulkan kekhawatiran di kalangan klinisi mengenai keamanan obat anti-tuberkulosis (OAT), terutama potensi dampaknya pada perkembangan janin. 

Dokter Umum (GP), sebagai lini pertama pelayanan kesehatan, memegang peranan penting dalam identifikasi dan manajemen awal kasus ini. Namun, informasi yang tersedia mengenai pengobatan TB pada kehamilan bisa jadi kompleks dan terkadang terdapat perbedaan panduan.

Artikel ilmiah populer ini bertujuan untuk menyajikan ringkasan komprehensif dan praktis mengenai aspek keamanan dan penentuan dosis obat TB pada ibu hamil, yang didasarkan secara eksklusif pada tinjauan literatur dari jurnal ilmiah terindeks PubMed. Panduan ini dirancang khusus untuk GP, terutama yang berusia 25-35 tahun, agar dapat menavigasi pengobatan TB pada pasien hamil dengan lebih percaya diri dan berbasis bukti. 

Fokus utama pembahasan meliputi keamanan OAT lini pertama, rekomendasi regimen pengobatan dan dosis, pemantauan efek samping, serta pertimbangan khusus seperti keamanan menyusui dan penanganan infeksi TB laten (LTBI).

Gambar 1. Wanita hamil didiagnosa TB harus memulai pengubatan dengan cara yang tepat

African American pregnant woman holding TB medicine and a glass of water

Risiko TB yang Tidak Diobati Selama Kehamilan

Penting untuk dipahami bahwa risiko akibat penyakit TB aktif yang tidak diobati selama kehamilan jauh lebih besar dibandingkan potensi risiko dari pengobatan OAT itu sendiri. TB aktif pada ibu secara signifikan meningkatkan risiko morbiditas maternal, termasuk kemungkinan admisi antenatal dan anemia, dengan peningkatan risiko hingga tiga kali lipat. 

Lebih jauh lagi, TB merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian pada wanita usia reproduktif (15-45 tahun) di daerah dengan beban TB tinggi. Dampak negatif TB tidak hanya terbatas pada ibu. Penyakit ini juga berkorelasi kuat dengan luaran perinatal yang buruk, seperti peningkatan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia saat lahir, dan kematian perinatal. 

Penyakit TB aktif pada ibu menciptakan lingkungan intrauterin yang tidak optimal melalui proses inflamasi kronis, status nutrisi yang buruk, dan potensi hipoksia maternal. Faktor-faktor ini secara langsung mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, serta dapat memicu persalinan prematur. 

Meskipun jarang, transmisi vertikal dapat terjadi, menyebabkan TB kongenital pada bayi baru lahir, suatu kondisi serius dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Salah satu tantangan dalam diagnosis adalah gejala TB seperti kelelahan dan takipnea dapat tumpang tindih dengan keluhan umum selama kehamilan. Hal ini berpotensi menyebabkan keterlambatan diagnosis dan penanganan. 

Keterlambatan ini memungkinkan penyakit untuk berkembang lebih lanjut, sehingga memperburuk prognosis bagi ibu dan bayi. Oleh karena itu, GP perlu memiliki indeks kecurigaan yang tinggi dan menekankan kepada pasien bahwa penundaan pengobatan TB aktif membawa konsekuensi yang jauh lebih serius daripada pengobatan itu sendiri.

Prinsip Umum Pengobatan TB pada Kehamilan

Pengambilan keputusan untuk mengobati TB pada kehamilan didasarkan pada prinsip bahwa manfaat pengobatan TB aktif secara signifikan melebihi potensi risiko OAT terhadap janin. Oleh karena itu, menunda pengobatan TB aktif tidak direkomendasikan dan idealnya terapi dimulai sesegera mungkin, bahkan pada trimester pertama, untuk meminimalkan risiko luaran perinatal yang buruk.

Skrining TB pada wanita hamil yang memiliki risiko tinggi sangat dianjurkan pada awal perawatan antenatal. Faktor risiko ini mencakup kontak erat dengan pasien TB aktif, berasal dari negara dengan beban TB tinggi, status HIV positif, bekerja sebagai petugas kesehatan, atau tinggal/bekerja di lingkungan risiko tinggi lainnya (misalnya, lembaga pemasyarakatan, panti sosial). 

WHO bahkan merekomendasikan skrining TB pada setiap kunjungan antenatal (ANC) di negara dengan beban TB tinggi.Manajemen kasus TB pada kehamilan sebaiknya dikoordinasikan dengan program TB lokal atau melibatkan konsultasi dengan dokter spesialis paru untuk memastikan penanganan yang optimal. 

Implementasi Pengawasan Langsung Minum Obat (PMO) atau Directly Observed Therapy (DOT) menjadi standar perawatan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, yang merupakan kunci keberhasilan terapi.

Keamanan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama Selama Kehamilan

Secara umum, OAT lini pertama yang terdiri dari Isoniazid (H), Rifampicin (R), Ethambutol (E), dan Pyrazinamide (Z) dianggap relatif aman untuk digunakan selama kehamilan, didukung oleh data keamanan yang terkumpul selama beberapa dekade. Obat-obat ini diketahui dapat melintasi plasenta. Namun, Streptomycin (S) merupakan pengecualian dan dikontraindikasikan.

Berikut adalah profil keamanan masing-masing OAT lini pertama:

  • Isoniazid (H): Obat ini tidak terbukti bersifat teratogenik, bahkan jika diberikan pada trimester pertama kehamilan. Isoniazid dianggap sebagai pilihan yang aman. Risiko utama bagi ibu adalah potensi hepatotoksisitas, yang mungkin insidensinya sedikit meningkat selama kehamilan dan periode postpartum dini. Oleh karena itu, pemantauan fungsi hati yang ketat sangat direkomendasikan. Suplementasi Piridoksin (Vitamin B6) dengan dosis 25-50 mg/hari atau 10-25 mg/hari wajib diberikan bersama Isoniazid untuk mencegah neuropati perifer, mengingat ibu hamil lebih rentan mengalami defisiensi vitamin B6.

  • Rifampicin (R): Umumnya dianggap aman digunakan selama kehamilan. Meskipun beberapa studi awal mengindikasikan adanya risiko teratogenik yang sangat kecil (misalnya, anomali sistem saraf pusat, reduksi ekstremitas) , pengalaman klinis yang luas selama bertahun-tahun mendukung penggunaannya. Studi lain bahkan menyatakan tidak ada efek teratogenik yang diketahui. Risiko utama terkait Rifampicin adalah potensinya menyebabkan gangguan metabolisme vitamin K pada neonatus, yang dapat meningkatkan risiko penyakit perdarahan. Oleh karena itu, pemberian vitamin K parenteral pada bayi baru lahir sangat dianjurkan. Perlu diingat bahwa Rifampicin adalah induser kuat enzim CYP450, sehingga dapat menurunkan efektivitas obat lain yang dimetabolisme oleh sistem ini, seperti beberapa obat antiretroviral (ARV) dan kontrasepsi hormonal.

  • Ethambutol (E): Dianggap aman selama kehamilan dan tidak terbukti teratogenik pada manusia. Risiko utama terkait Ethambutol adalah toksisitas okular berupa neuritis optik pada ibu. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi penglihatan (ketajaman visual dan tes buta warna) sebelum memulai terapi dan secara berkala selama pengobatan. Tidak ada laporan mengenai toksisitas okular pada janin akibat penggunaan Ethambutol oleh ibu.

  • Pyrazinamide (Z): Penggunaan Pyrazinamide selama kehamilan masih menjadi subjek perdebatan. Organisasi internasional seperti WHO, IUATLD, BTS, serta program TB nasional di India mendukung penggunaannya sebagai bagian dari regimen standar pengobatan TB. Penggunaan Pyrazinamide memungkinkan durasi pengobatan yang lebih singkat (6 bulan). Namun, pedoman dari Amerika Serikat (ATS/CDC/IDSA) cenderung menghindarinya karena kurangnya data definitif mengenai keamanannya pada janin dan adanya potensi teratogenisitas berdasarkan studi hewan (meskipun belum terbukti pada manusia). Di AS, penggunaannya dipertimbangkan secara kasus per kasus, terutama pada kondisi TB ekstrapulmoner berat, TB diseminata (milier), atau koinfeksi HIV, di mana manfaatnya dinilai lebih besar daripada potensi risiko. Seperti Isoniazid dan Rifampicin, Pyrazinamide juga berpotensi hepatotoksik. Adanya perbedaan panduan ini (WHO vs AS) menyoroti pentingnya bagi GP di Indonesia untuk merujuk pada pedoman nasional yang berlaku atau melakukan konsultasi dengan dokter spesialis paru dalam memutuskan penggunaan Pyrazinamide.

  • Streptomycin (S): Obat ini mutlak dikontraindikasikan selama kehamilan. Streptomycin dapat menyebabkan ototoksisitas permanen pada janin, yang bermanifestasi sebagai ketulian kongenital atau gangguan keseimbangan. Risiko ini dilaporkan terjadi pada sekitar 1 dari 6 bayi yang terpapar Streptomycin in utero.

  • Obat Lini Kedua: Penggunaan OAT lini kedua selama kehamilan umumnya dihindari karena data keamanannya yang sangat terbatas dan potensi risiko yang lebih tinggi. Aminoglikosida lain seperti Kanamycin, Amikacin, dan Capreomycin juga membawa risiko ototoksisitas. Golongan Fluorokuinolon (Levofloxacin, Moxifloxacin) dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan tulang rawan janin berdasarkan data hewan, meskipun data pada manusia masih terbatas. Obat-obat baru seperti Bedaquiline, Linezolid, Clofazimine, dan Terizidone menunjukkan potensi keamanan, namun data pada kehamilan masih sangat langka. Penanganan TB resistan obat (MDR-TB) pada kehamilan sangat kompleks dan memerlukan keahlian khusus serta konsultasi dengan tim ahli.

Perlu diperhatikan bahwa risiko hepatotoksisitas dari OAT (terutama H, R, dan Z) dapat diperburuk oleh perubahan fisiologis fungsi hati yang terjadi selama kehamilan. Hal ini menggarisbawahi betapa pentingnya melakukan pemantauan fungsi hati secara cermat dan teratur pada ibu hamil yang menerima OAT.

Tabel 1: Ringkasan Keamanan OAT Lini Pertama pada Kehamilan dan Menyusui


Nama Obat

Risiko Teratogenik

Risiko Maternal Utama

Risiko Fetal/Neonatal Utama

Keamanan Menyusui

Perlu Suplementasi B6

Isoniazid (H)

Tidak ada

Hepatotoksisitas

Pantau ikterus bayi (jarang)

Aman

Ya

Rifampicin (R)

Minimal/Tidak ada

Hepatotoksisitas

Gangguan metabolisme Vit. K (beri Vit. K)

Aman

Tidak

Pyrazinamide(Z)

Data terbatas/Kontroversial

Hepatotoksisitas

Data terbatas

Data terbatas

Tidak

Ethambutol (E)

Tidak ada

Toksisitas okular

Tidak ada laporan

Aman

Tidak

Streptomycin(S)

Ototoksisitas

-

Ketulian, gangguan keseimbangan

Kontraindikasi

Tidak relevan

Tabel ini merangkum informasi kunci dari berbagai sumber untuk panduan cepat GP.

Rekomendasi Regimen dan Dosis Obat TB pada Ibu Hamil

Pemilihan regimen pengobatan TB paru yang sensitif obat pada wanita hamil bergantung pada panduan yang diikuti, terutama terkait penggunaan Pyrazinamide.

  • Regimen Pilihan:

  • Regimen 9 Bulan (Tanpa Pyrazinamide - Sesuai Preferensi ATS/CDC): Terdiri dari fase intensif 2 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampicin (R), dan Ethambutol (E), diikuti oleh fase lanjutan 7 bulan dengan Isoniazid (H) dan Rifampicin (R). Regimen ini ditulis sebagai 2HRE/7HR. Obat dapat diberikan setiap hari atau dua kali seminggu selama fase lanjutan.

  • Regimen 6 Bulan (Dengan Pyrazinamide - Sesuai Standar WHO/Internasional): Terdiri dari fase intensif 2 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pyrazinamide (Z), dan Ethambutol (E), diikuti oleh fase lanjutan 4 bulan dengan Isoniazid (H) dan Rifampicin (R). Regimen ini ditulis sebagai 2HRZE/4HR. Obat dapat diberikan setiap hari atau 3-5 kali seminggu.

  • Catatan Penting: Mengingat kontroversi penggunaan Pyrazinamide, sangat penting bagi GP untuk merujuk pada pedoman TB nasional yang berlaku di Indonesia dan/atau berkonsultasi dengan dokter spesialis paru sebelum memutuskan regimen.

  • Dosis Obat TB pada Ibu Hamil:

  • Prinsip Dasar: Dosis obat TB pada ibu hamil umumnya menggunakan dosis standar dewasa yang disesuaikan berdasarkan berat badan aktual pasien. Saat ini, belum ada bukti ilmiah kuat yang mendukung perlunya penyesuaian dosis rutin OAT lini pertama berdasarkan trimester kehamilan, meskipun diketahui bahwa perubahan fisiologis selama kehamilan dapat memengaruhi farmakokinetik obat.

  • Contoh Dosis Harian Standar Dewasa (berdasarkan ):

  • Isoniazid (H): 5 mg/kg berat badan (dosis maksimal 300 mg per hari)

  • Rifampicin (R): 10 mg/kg berat badan (dosis maksimal 600 mg per hari)

  • Pyrazinamide (Z): 25 mg/kg berat badan (dosis disesuaikan dengan rentang berat badan)

  • Ethambutol (E): 15-20 mg/kg berat badan (dosis disesuaikan dengan rentang berat badan)

  • Penting: Penyesuaian dosis harus selalu didasarkan pada berat badan pasien saat itu.

  • Kepatuhan: Pengobatan TB selama kehamilan harus selalu dilakukan di bawah Pengawasan Langsung Minum Obat (PMO/DOT) untuk memastikan kepatuhan pasien, yang merupakan faktor krusial untuk keberhasilan terapi dan pencegahan resistansi obat.

Pemantauan Efek Samping Obat

Pemantauan ketat terhadap potensi efek samping OAT sangat penting selama kehamilan.

  • Hepatotoksisitas: Merupakan risiko utama yang terkait dengan penggunaan Isoniazid, Rifampicin, dan Pyrazinamide. Pemantauan fungsi hati (tes LFT seperti SGOT/SGPT) secara berkala sangat direkomendasikan, terutama pada wanita yang menerima Isoniazid. Meskipun sumber yang tersedia tidak merinci frekuensi pemantauan spesifik (misalnya, bulanan) atau nilai ambang batas LFT yang mengharuskan penghentian OAT pada kehamilan, pemeriksaan baseline sebelum memulai terapi dan pemantauan reguler selama pengobatan dianjurkan. Edukasi pasien mengenai gejala hepatitis (mual, muntah, kehilangan nafsu makan, urin berwarna gelap, ikterus, nyeri perut kanan atas) menjadi sangat penting agar pasien dapat segera melapor jika mengalaminya. GP perlu merujuk pada pedoman lokal atau berkonsultasi ahli mengenai protokol pemantauan LFT yang spesifik.

  • Toksisitas Okular Ethambutol: Mengingat risiko neuritis optik, pemeriksaan ketajaman visual dan tes buta warna (terutama warna merah-hijau) perlu dilakukan sebelum memulai Ethambutol dan dipantau secara periodik selama terapi. Pasien harus diinstruksikan untuk segera melapor jika mengalami gangguan penglihatan.

  • Neuropati Perifer Isoniazid: Risiko ini dapat dicegah secara efektif dengan pemberian suplementasi Piridoksin (Vitamin B6) secara rutin bersamaan dengan Isoniazid.

  • Efek Samping Lain: Pasien perlu diinformasikan bahwa Rifampicin dapat menyebabkan perubahan warna cairan tubuh (urin, keringat, air mata) menjadi kemerahan atau oranye, yang tidak berbahaya. Interaksi obat Rifampicin juga perlu diwaspadai. Pyrazinamide dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) dan nyeri sendi (artralgia).

  • Pelaporan: Semua kejadian efek samping obat harus didokumentasikan dengan baik dan dilaporkan sesuai dengan sistem farmakovigilans yang berlaku.

Keamanan Menyusui Saat Mengonsumsi OAT

Menyusui umumnya dianggap aman dan sangat dianjurkan bagi ibu yang sedang menjalani pengobatan TB dengan OAT lini pertama.

  • Ekskresi ke ASI: Konsentrasi OAT lini pertama seperti Isoniazid, Rifampicin, Ethambutol, dan bahkan beberapa obat lini kedua seperti Kanamycin dan Cycloserine, yang diekskresikan ke dalam ASI umumnya sangat rendah. Kadar ini dianggap tidak menimbulkan toksisitas pada bayi yang disusui. Namun, data mengenai ekskresi Pyrazinamide, Ethionamide, dan Capreomycin ke dalam ASI masih terbatas.

  • Dosis Terapeutik Bayi: Jumlah OAT yang diterima bayi melalui ASI tidak cukup untuk memberikan efek profilaksis maupun terapeutik terhadap TB. Jika bayi terindikasi memerlukan pengobatan atau profilaksis TB, maka ia harus menerima dosis OAT tersendiri sesuai berat badannya.

  • Minimalisasi Paparan: Untuk meminimalkan paparan OAT pada bayi, ibu dapat disarankan untuk minum obat segera setelah selesai menyusui dan idealnya sebelum periode tidur terpanjang bayi.

  • Suplementasi B6: Ibu menyusui yang mengonsumsi Isoniazid harus terus mendapatkan suplementasi Piridoksin (B6). Bayi yang disusui oleh ibu yang mengonsumsi Isoniazid juga mungkin memerlukan suplementasi B6, meskipun kadar Isoniazid dalam ASI rendah.

  • Kontraindikasi Menyusui: Satu-satunya kontraindikasi absolut terkait TB adalah jika ibu menderita TB aktif yang belum diobati dan masih menular. Menyusui dapat dimulai setelah ibu menerima terapi OAT lini pertama selama minimal 2 minggu dan dinyatakan tidak lagi menular (misalnya, dengan hasil pemeriksaan BTA sputum negatif). Ibu dengan LTBI dianjurkan untuk menyusui.

  • Pemantauan Bayi: Meskipun efek samping pada bayi jarang dilaporkan, pemantauan terhadap potensi tanda-tanda toksisitas, seperti ikterus (terutama jika ibu mengonsumsi Isoniazid), tetap dianjurkan.

Pengobatan Infeksi TB Laten (LTBI) pada Kehamilan

Pengobatan LTBI merupakan strategi penting dalam pencegahan dan eliminasi TB. Keputusan untuk mengobati LTBI selama kehamilan bergantung pada penilaian risiko individu.

  • Prioritas Pengobatan: Wanita hamil dengan risiko tinggi untuk berkembang menjadi TB aktif harus mendapatkan prioritas pengobatan LTBI. Kelompok risiko tinggi ini meliputi wanita dengan infeksi HIV, mereka yang baru terinfeksi TB (misalnya, konversi tes tuberkulin dalam 2 tahun terakhir), atau yang memiliki kontak erat dengan pasien TB aktif.

  • Waktu Pengobatan:

  • Kelompok Risiko Tinggi: Pengobatan LTBI harus dimulai sesegera mungkin tanpa penundaan, bahkan jika kehamilan berada di trimester pertama.

  • Kelompok Risiko Rendah: Bagi wanita hamil dengan LTBI namun tidak termasuk dalam kelompok risiko tinggi, umumnya direkomendasikan untuk menunda pengobatan LTBI hingga 2-3 bulan setelah melahirkan. Penundaan ini bertujuan untuk menghindari potensi peningkatan risiko hepatotoksisitas terkait Isoniazid yang mungkin lebih tinggi selama masa kehamilan dan periode postpartum dini.

  • Regimen Pengobatan yang Direkomendasikan:

  • Pilihan Utama: Regimen standar dan yang paling direkomendasikan untuk LTBI pada kehamilan (jika diindikasikan) adalah Isoniazid (H) dosis 300 mg diminum setiap hari selama 9 bulan (9H).

  • Alternatif Lain (berdasarkan pedoman CDC 2020): Pilihan lain yang dapat dipertimbangkan adalah Rifampicin (R) setiap hari selama 4 bulan (4R) atau kombinasi Isoniazid (H) dan Rifampicin (R) setiap hari selama 3 bulan (3HR).

  • Regimen 3HP (Isoniazid 900 mg + Rifapentine 900 mg sekali seminggu selama 3 bulan): Meskipun data keamanan awal pada kehamilan yang terpapar secara tidak sengaja dalam studi tampak menjanjikan (tidak menunjukkan peningkatan risiko kelainan kongenital atau keguguran dibandingkan 9H atau populasi umum) , regimen ini belum direkomendasikan secara rutin untuk ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh data keamanan yang masih terbatas dan adanya potensi interaksi Rifapentine (yang terkait dengan Rifampicin) dengan kontrasepsi hormonal. Penggunaannya pada kehamilan memerlukan studi lebih lanjut.

  • Suplementasi Vitamin B6: Pemberian suplementasi Piridoksin (B6) wajib dilakukan pada semua wanita hamil yang menerima regimen pengobatan LTBI yang mengandung Isoniazid.

Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Dokter Umum

Pengelolaan TB pada kehamilan memerlukan pendekatan yang hati-hati namun proaktif. Penyakit TB aktif yang tidak diobati membawa risiko yang jauh lebih besar bagi ibu dan janin dibandingkan dengan potensi risiko pengobatan OAT lini pertama. 

OAT lini pertama seperti Isoniazid, Rifampicin, dan Ethambutol umumnya dianggap aman digunakan selama kehamilan. Penggunaan Pyrazinamide masih kontroversial antara panduan internasional dan AS, sehingga memerlukan pertimbangan cermat berdasarkan pedoman nasional dan konsultasi ahli. Streptomycin mutlak dikontraindikasikan.

Dosis obat TB pada ibu hamil umumnya mengikuti dosis standar dewasa yang disesuaikan dengan berat badan, tanpa penyesuaian rutin berdasarkan trimester. Kepatuhan terapi melalui DOT/PMO adalah kunci utama. Suplementasi Piridoksin (B6) wajib diberikan bersama Isoniazid. Pemantauan efek samping, terutama fungsi hati (untuk H, R, Z) dan fungsi penglihatan (untuk E), harus dilakukan secara teratur. 

Menyusui umumnya aman dan dianjurkan bagi ibu yang menerima OAT lini pertama. Pengobatan LTBI pada kehamilan diprioritaskan untuk kelompok risiko tinggi dan dimulai sesegera mungkin, sementara pada kelompok risiko rendah dapat ditunda hingga pascapersalinan.

Dokter Umum berada di posisi strategis untuk melakukan skrining TB pada ibu hamil, memulai pengobatan jika terindikasi (bekerja sama dengan spesialis), memastikan kepatuhan pasien, memantau efek samping, dan memberikan edukasi yang komprehensif. 

Mengingat kompleksitas kasus, terutama terkait pemilihan regimen (khususnya penggunaan Pyrazinamide) dan penanganan MDR-TB, konsultasi dengan dokter spesialis paru atau merujuk ke pusat layanan TB sangat dianjurkan untuk memastikan manajemen pasien yang optimal dan aman.

Referensi

  1. Tuberculosis in Pregnancy - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7975823/

  2. TB and pregnancy - World Health Organization (WHO), diakses Mei 8, 2025, https://www.who.int/teams/global-tuberculosis-programme/tb-reports/global-tuberculosis-report-2024/featured-topics/tb-and-pregnancy

  3. Drug Treatment for Tuberculosis during Pregnancy | Request PDF - ResearchGate, diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/11896155_Drug_Treatment_for_Tuberculosis_during_Pregnancy

  4. Analysis of prevalence of adverse events connected with anti-tuberculosis drugs during pregnancy - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10687699/

  5. Tuberculosis in Pregnant and Postpartum Women: Epidemiology, Management, and Research Gaps | Request PDF - ResearchGate, diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/230784069_Tuberculosis_in_Pregnant_and_Postpartum_Women_Epidemiology_Management_and_Research_Gaps

  6. Drug treatment for tuberculosis during pregnancy: safety ... - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11444726/

  7. Tuberculosis Clinical Care and Treatment During Pregnancy - CDC, diakses Mei 8, 2025, https://www.cdc.gov/tb/hcp/clinical-care/pregnancy.html

  8. (PDF) Tuberculosis in Pregnancy: A Review - ResearchGate, diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/51844755_Tuberculosis_in_Pregnancy_A_Review

  9. Tuberculosis in pregnancy - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8169139/

  10. Examining family planning and adverse pregnancy outcomes for women with active tuberculosis disease: a systematic review - ResearchGate, diakses Mei 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/359543962_Examining_family_planning_and_adverse_pregnancy_outcomes_for_women_with_active_tuberculosis_disease_a_systematic_review

  11. The maternal and fetal effects of tuberculosis therapy - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9266585/

  12. A population-based case-control study of the safety of oral anti-tuberculosis drug treatment during pregnancy - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11409585/

  13. Treatment of tuberculosis patients - Implementing the WHO Stop TB Strategy - NCBI, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK310759/

  14. Antitubercular Medications - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557666/

  15. Treatment for Drug-Susceptible Tuberculosis Disease - CDC, diakses Mei 8, 2025, https://www.cdc.gov/tb/hcp/treatment/tuberculosis-disease.html

  16. Feto-Maternal Effects of Adding Rifampicin to Ursodeoxycholic Acid ..., diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9840412/

  17. a phase 2b study to evaluate the efficacy, safety and pharmacokinetics of a combination of bictegravir, emtricitabine and tenofovir alafenamide fumarate for the treatment of HIV-1 infection in patients with drug-susceptible tuberculosis on a rifampicin-based treatment regimen, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9660663/

  18. Ethambutol - StatPearls - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559050/

  19. Authors' response - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3767261/

  20. A review of antibiotic safety in pregnancy—2025 update - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11998890/

  21. Drug-resistant tuberculosis and pregnancy: Management and treatment outcomes of 38 cases in Lima, Peru, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4824949/

  22. Pregnancy Outcomes in Multidrug-Resistant Tuberculosis in TB-PRACTECAL - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11327778/

  23. Pharmacokinetics and Safety of Group A and B Anti-Tuberculosis Drugs Used in Treatment of Rifampicin-Resistant Tuberculosis during Pregnancy and Post-Partum: A Narrative Review, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10745846/

  24. Pharmacokinetics and Safety of Group A and B Anti-Tuberculosis Drugs Used in Treatment of Rifampicin-Resistant Tuberculosis during Pregnancy and Post-Partum: A Narrative Review - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38133270/

  25. The safety of antituberculosis medications during breastfeeding - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10205455/

  26. Updates on the Treatment of Drug-Susceptible and Drug-Resistant Tuberculosis: An Official ATS/CDC/ERS/IDSA Clinical Practice Guideline - PMC - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11755361/

  27. Updated considerations in the diagnosis and management of tuberculosis infection and disease: integrating the latest evidence-based strategies - PubMed Central, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10227769/

  28. Evidence for Implementation: Management of TB in HIV and Pregnancy - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9617238/

  29. Breastfeeding in women living with tuberculosis - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33156754/

  30. Vitamin B6 - Drugs and Lactation Database (LactMed®) - NCBI Bookshelf, diakses Mei 8, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK593298/

  31. Exposure to Latent Tuberculosis Treatment during Pregnancy. The PREVENT TB and the iAdhere Trials - PMC, diakses Mei 8, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6624829/

  32. Pharmacokinetics and Safety of 3 Months of Weekly Rifapentine and Isoniazid for Tuberculosis Prevention in Pregnant Women - PubMed, diakses Mei 8, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34323955/