Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa :
Vertigo vestibular rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.
Vertigo non vestibular rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu :
Vertigo vestibular perifer Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibular
Vertigo vestibular sentral Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri.
Anamnesis Vertigo
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing yang dikeluarkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
Beberapa anamnesis yang penting digali pada pasien vertigo adalah
Bentuk serangan vertigo : Pusing berputar atau rasa goyang atau melayang.
Sifat serangan vertigo: Periodik. Kontinu, ringan atau berat.
Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
Perubahan gerakan kepala atau posisi
Situasi: keramaian dan emosional suara
Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: Mual, muntah, keringat dingin. Gejala otonom berat atau ringan.
Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti: tinitus atau tuli.
Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, kemoterapi.
Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
Pemeriksaan sistem kardiovaskular yang meliputi pemeriksaan tekanan darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaab lebih dari 30 mmHg.
Pemeriksaan neurologis
Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
Nervus kranialis: pada vertigo vetibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,XX.
Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi)
Tes nistagmus: Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi : unilateral, perifer, bidireksional, sentral.
Tes romberg : Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
Tes romberg dipertajam (sharpen romberg): Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter.
Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
Pemeriksaan Penunjang Vertigo
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. Dapat dipertimbangkann pemeriksaan sbb
Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, kadar gula darah direkomendasikan bila ada indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis.
CT Scan atau MRI Brain
Kriteria Diagnosis Vertigo
Diagnosis Klinis vertigo ditegakkan jika memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang vertigo
Diagnosis Banding
Stroke vertebrobasilar
Penyakit demielinisasi
Meniere disease
Neuritis vestibularis
Tatalaksana Vertigo
Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode Brand Daroff.
Pasien duduk tegak dipinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali.
Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :
Dimenhidrinat lama kerja tini ialah 4–6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4–6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari.
Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.
Terapi BPPV
Komunikasi dan informasi: Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi disekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk mempercepat kompensasi