23 Apr 2025 • Kulit
Pendahuluan
Alopecia Androgenetik (AGA), atau yang lebih dikenal sebagai kebotakan pola pria dan wanita, merupakan kondisi kerontokan rambut progresif yang sangat umum dijumpai. Prevalensinya yang tinggi, mencapai hingga 50% pada pria dan wanita, menjadikannya masalah kesehatan yang signifikan 1.
Meskipun tidak mengancam jiwa, AGA dapat memberikan dampak psikologis yang mendalam, terutama pada individu usia muda dan wanita, yang seringkali mengalami penurunan kepercayaan diri, kecemasan, hingga depresi akibat perubahan penampilan rambut 3.
Mengingat tingginya angka kejadian AGA, dokter umum sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan memiliki peran krusial dalam mengenali, memberikan edukasi, dan memulai penatalaksanaan yang tepat, serta merujuk kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis 2. Pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosis dan terapi AGA akan membekali dokter umum untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien mereka.
Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab alopesia androgenik melibatkan dua faktor utama, yaitu faktor genetik dan hormonal. Secara genetik, kondisi ini dapat diturunkan secara autosomal dominan, terutama jika kedua orang tua mengalami alopesia androgenik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gen reseptor androgen yang terletak pada lokus AR/EDA2R serta gen pada lokus PAX1/FOXA2 di kromosom 20 berperan dalam predisposisi genetik terhadap kondisi ini.
Dari sisi hormonal, hormon dihidrotestosteron (DHT) memiliki peran penting. DHT merupakan hasil konversi hormon testosteron dengan bantuan enzim 5 alfa-reduktase tipe II, yang banyak ditemukan di bagian akar rambut. DHT berikatan kuat dengan reseptor androgen di folikel rambut, memicu perubahan ekspresi gen dan menghambat faktor pertumbuhan rambut.
Hal ini menyebabkan miniaturisasi folikel, fase anagen memendek, fase telogen memanjang, serta rasio rambut anagen terhadap telogen menurun. Folikel rambut yang awalnya tebal dan berpigmen berubah menjadi tipis dan tidak berwarna. Kelenjar sebasea membesar, kulit kepala menjadi berminyak, dan aliran darah ke folikel berkurang, yang memperparah kerontokan hingga folikel berhenti memproduksi rambut sepenuhnya.
Selain itu beberapa faktor lain seperti kekurangan nutrisi (protein, asam amino, karbohidrat, lemak, dll), proses penuaan, gangguan sirkulasi darah ke folikel rambut serta faktor patologis, dan penggunaan obat-obatan tertentu juga berdampak pada siklus pertumbuhan rambut.
Diagnosis
Diagnosis AGA seringkali dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas. Pada pria, kerontokan rambut umumnya mengikuti pola yang dimulai dari penipisan di area temporal (garis rambut yang mundur) dan vertex (mahkota kepala), yang progresif membentuk pola seperti huruf M atau V. Tingkat keparahan kebotakan pada pria dapat diklasifikasikan menggunakan skala Norwood-Hamilton 1.
Sementara itu, pada wanita, pola kerontokan rambut lebih sering berupa penipisan difus di bagian atas dan mahkota kepala, dengan garis rambut frontal yang cenderung tetap utuh. Pelebaran garis rambut tengah (bagian rambut) sering menjadi tanda awal kerontokan pada wanita, dan tingkat keparahannya dapat dinilai menggunakan skala Ludwig atau Savin 1.
Tabel 1. Klasifikasi Norwood-Hamilton
Klasifikasi Norwood-Hamilton (Pria) | Deskripsi |
Tipe I | Rambut masih tampak penuh, belum ada tanda kebotakan. |
Tipe II | Mulai ada penipisan rambut di garis fronto-temporal berbentuk segitiga dan simetris. |
Tipe IIa | Garis rambut mundur sekitar 2 cm di depan garis korona (antara kedua telinga). |
Tipe III | Penipisan rambut semakin nyata pada daerah fronto-temporal; batas antara bagian depan dan samping mulai terlihat. |
Tipe IIIa | Garis rambut mencapai pertemuan garis korona dan antara kedua telinga. |
Tipe III Vertex | Kebotakan dominan terjadi di area puncak kepala (vertex), sedangkan bagian depan hanya sedikit menipis. |
Tipe IV | Penipisan rambut lebih parah di area fronto-temporal dan vertex, dipisahkan oleh jembatan rambut yang menipis. |
Tipe IVa | Garis rambut mundur melewati garis korona, tetapi belum menyatu dengan kebotakan di vertex. |
Tipe V | Kebotakan di vertex dan fronto-temporal hampir menyatu, jembatan rambut sangat menipis. |
Tipe Va | Garis rambut mundur hingga menyatu dengan kebotakan di area vertex. |
Tipe VI | Kebotakan di area depan dan tengah kepala menyatu sepenuhnya, area botak makin luas. |
Tipe VII | Kebotakan paling berat, hanya menyisakan rambut tipis di sisi kanan, kiri, dan belakang kepala membentuk pola tapal kuda. |
Gambar 1. Klasifikasi Norwood-Hamilton untuk alopesia androgenik pada pria
Tabel 2. Klasifikasi Ludwig
Klasifikasi Ludwig (Wanita) | Deskripsi |
Tipe I | Penipisan rambut mulai terlihat di area frontal dan vertex. |
Tipe II | Penipisan rambut semakin nyata; rambut terlihat lebih tipis dan berkurang volumenya. |
Tipe III | Kebotakan jelas terlihat, tetapi garis rambut bagian depan masih tetap ada. |
Gambar 2. Klasifikasi Ludwig untuk alopesia androgenetik pada wanita
Selain pola kebotakan yang khas, anamnesis yang cermat juga memegang peranan penting dalam diagnosis AGA. Dokter perlu menanyakan riwayat keluarga dengan kebotakan, karena AGA memiliki komponen genetik yang kuat 2. Riwayat kerontokan rambut dari kedua sisi keluarga (ibu dan ayah) perlu ditanyakan 7. Usia onset kerontokan rambut, yang biasanya terjadi setelah pubertas, serta bagaimana progresivitasnya dari waktu ke waktu (biasanya bertahap), juga perlu dicatat 1.
Penting untuk memastikan bahwa tidak ada gejala lain yang menyertai kerontokan rambut, seperti peradangan, nyeri, atau jaringan parut pada kulit kepala, karena AGA merupakan kondisi alopesia non-sikatrik 3. Pertanyaan mengenai riwayat pengobatan, kondisi medis lain, dan asupan nutrisi juga perlu ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab kerontokan rambut sekunder 2.
Pada pemeriksaan fisik, dokter perlu mengevaluasi pola distribusi dan kepadatan rambut di seluruh kulit kepala, dengan fokus pada area temporal, vertex, dan frontal 2. Perhatikan adanya miniaturisasi rambut, yaitu rambut yang menjadi lebih pendek, lebih tipis, dan lebih halus, terutama di area yang mengalami kerontokan. Miniaturisasi rambut merupakan tanda karakteristik AGA 2.
Pemeriksaan penunjang seperti dermoskopi dapat menjadi alat bantu yang berguna dalam menegakkan diagnosis AGA. Dermoskopi memungkinkan visualisasi folikel rambut dengan pembesaran, sehingga miniaturisasi folikel dan adanya peripilar sign (pigmentasi coklat di sekitar folikel rambut) dapat teridentifikasi. Temuan ini mendukung diagnosis AGA dan membantu membedakannya dari kondisi lain seperti alopesia areata, yang pada dermoskopi dapat menunjukkan adanya exclamation point hairs (rambut patah berbentuk tanda seru) 2.
Biopsi kulit kepala biasanya tidak diperlukan untuk diagnosis AGA, kecuali jika terdapat keraguan atau kecurigaan adanya kondisi lain 2. Pada wanita dengan pola kerontokan yang tidak tipikal atau adanya tanda-tanda hiperandrogenisme (seperti hirsutisme atau jerawat), pemeriksaan tambahan seperti kadar hormon (testosteron, DHEAS), fungsi tiroid, kadar zat besi (ferritin), dan pemeriksaan darah lengkap (CBC) dapat dipertimbangkan untuk menyingkirkan penyebab lain 2. Pada pria dengan AGA tipikal, pemeriksaan hormonal biasanya tidak diperlukan 7.
Diagnosis banding AGA meliputi beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan kerontokan rambut, seperti telogen effluvium (kerontokan rambut difus yang seringkali dipicu oleh stres atau penyakit), alopesia areata (kerontokan rambut berbentuk bercak), tinea capitis (infeksi jamur pada kulit kepala), serta kerontokan rambut akibat kondisi medis sistemik atau efek samping obat-obatan tertentu 2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat biasanya dapat membantu dalam membedakan AGA dari kondisi-kondisi ini.
Tatalaksana
Setelah diagnosis AGA ditegakkan, dokter umum dapat memulai penatalaksanaan dengan terapi farmakologis dan non-farmakologis.
Terapi Farmakologis
Minoxidil
Minoxidil merupakan vasodilator yang bekerja dengan meningkatkan aliran darah ke folikel rambut, serta menstimulasi pertumbuhan rambut dengan memperpanjang fase anagen (fase pertumbuhan rambut) 2. Tersedia dalam sediaan topikal dengan konsentrasi 2% dan 5% 2. Untuk pria, larutan 5% umumnya lebih efektif dibandingkan 2% 12.
Dosis yang direkomendasikan adalah 1 mL larutan dioleskan dua kali sehari pada kulit kepala yang kering di area yang mengalami kerontokan 12. Pada wanita, baik larutan 2% maupun 5% menunjukkan perbaikan yang signifikan 12, dengan beberapa penelitian menunjukkan efikasi yang serupa antara kedua konsentrasi 12. Dosis yang sama, 1 mL dua kali sehari, juga direkomendasikan untuk wanita 12.
Formulasi busa 5% juga tersedia sebagai alternatif 14. Efek samping topikal minoxidil umumnya ringan dan bersifat lokal, seperti iritasi kulit kepala, rasa gatal, dan pengelupasan kulit 2. Hipertrikosis (pertumbuhan rambut berlebih di area lain) dapat terjadi, terutama pada penggunaan larutan 5% 14. Meta-analisis telah menunjukkan bahwa minoxidil topikal efektif dalam meningkatkan pertumbuhan rambut pada pria dan wanita dengan AGA 13.
Efek terapi biasanya terlihat setelah 4-6 bulan penggunaan teratur dan perlu dilanjutkan untuk mempertahankan hasilnya 2. Selain sediaan topikal, minoxidil juga tersedia dalam sediaan oral dosis rendah yang penggunaannya semakin populer meskipun masih tergolong off-label untuk indikasi AGA 11.
Dosis yang digunakan dalam penelitian bervariasi antara 0.25 mg hingga 5 mg per hari 11. Beberapa penelitian menunjukkan potensi efikasi minoxidil oral dosis rendah dalam meningkatkan pertumbuhan rambut 11, bahkan sebuah studi menunjukkan efikasi yang serupa antara minoxidil oral 1 mg dan minoxidil topikal 5% 12. Namun, penggunaan minoxidil oral dapat menimbulkan efek samping sistemik seperti hipertrikosis (lebih sering terjadi), edema perifer, takikardia, dan hipotensi 11.
Efek samping yang lebih serius namun jarang juga dilaporkan, termasuk perikarditis dan gagal jantung 14. Mengingat penggunaannya yang off-label dan potensi efek samping sistemik, dokter umum perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan minoxidil oral dosis rendah dan mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis dermatologi sebelum meresepkannya.
Finasteride:
Finasteride adalah inhibitor selektif enzim 5-alpha reductase tipe 2, yang berperan dalam mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT). DHT merupakan hormon androgen utama yang bertanggung jawab atas miniaturisasi folikel rambut pada AGA 2. Dosis standar finasteride oral untuk pria adalah 1 mg sekali sehari 2. Finasteride terbukti lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan rambut di area vertex (mahkota kepala) 2.
Penggunaan finasteride oral dikontraindikasikan pada wanita usia subur karena risiko potensi efek teratogenik pada janin laki-laki (kategori X) 2. Namun, dapat digunakan off-label pada wanita pascamenopause dengan dosis 2.5-5 mg per hari 12. Selain sediaan oral, finasteride juga tersedia dalam sediaan topikal, seperti semprotan 0.25% atau gel 1%, yang biasanya digunakan dua kali sehari 12.
Penelitian awal menunjukkan hasil yang positif dengan profil keamanan yang lebih baik dibandingkan sediaan oral karena penyerapan sistemik yang minimal 19. Efek samping oral finasteride yang paling umum meliputi disfungsi seksual (penurunan libido, disfungsi ereksi, penurunan volume ejakulasi), peningkatan risiko kanker prostat grade tinggi (karena dapat mempengaruhi kadar PSA), dan laporan kasus penurunan libido persisten serta disfungsi ereksi setelah penghentian obat (post-finasteride syndrome) 2.
Meskipun demikian, efek samping biasanya membaik seiring waktu 2. Meta-analisis telah menunjukkan bahwa finasteride oral efektif dalam meningkatkan pertumbuhan rambut pada pria dengan AGA 13. Efek terapi biasanya terlihat setelah 3 bulan dan dapat berlanjut hingga 5-10 tahun penggunaan 19. Dokter umum perlu memberikan informasi yang lengkap mengenai potensi efek samping finasteride oral kepada pasien sebelum memulai pengobatan.
Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan pada folikel rambut, baik dalam bentuk topikal (seperti betametason, fluosinolon, dan mometason) maupun injeksi (triamcinolone acetonide). Obat topikal dioleskan dua kali sehari dan biasanya digunakan selama tiga bulan. Injeksi dilakukan setiap 1–2 bulan pada area kebotakan. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan antralin 1% dan minoksidil 5%. Penggunaan kortikosteroid perlu diawasi tenaga medis karena berisiko menyebabkan atrofi kulit.
Antralin
Antralin adalah zat iritan topikal yang dapat merangsang pertumbuhan rambut dengan cara memicu dermatitis kontak iritan, yang pada gilirannya mengubah respons imun kulit di area tersebut. Sediaan antralin 0,5-1% dalam bentuk salep atau krim diaplikasikan 1-2 kali sehari selama periode 3-9 bulan.
Antijamur
Ketoconazole adalah obat antijamur yang efektif melawan Malassezia dan menghambat biosintesis steroid. Penggunaan sampo ketoconazole 2% dalam jangka panjang dapat meningkatkan kerapatan dan ukuran rambut pada pria berusia 21-33 tahun. Sampo ini juga membantu mengurangi inflamasi yang disebabkan oleh infeksi jamur dan diduga dapat mencegah produksi DHT serta menghambat ikatan DHT dengan reseptor androgen di kulit kepala.
Terapi Non-Farmakologis
Terapi Laser Tingkat Rendah (Low-Level Laser Therapy - LLLT): LLLT, yang menggunakan perangkat laser atau dioda pemancar cahaya (LED) dengan panjang gelombang tertentu, telah disetujui oleh FDA sebagai pengobatan untuk AGA 4. Meta-analisis menunjukkan efektivitas LLLT dalam meningkatkan pertumbuhan rambut pada pria 13. Perangkat LLLT tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk sisir laser dan helm laser 13. LLLT dapat menjadi pilihan terapi yang baik untuk pasien yang tidak merespons atau tidak toleran terhadap terapi farmakologis.
Transplantasi Rambut: Transplantasi rambut merupakan prosedur bedah yang efektif untuk kasus AGA yang parah dan stabil, terutama pada pria dengan klasifikasi Norwood grade 3 atau lebih tinggi, dan setelah terapi medis yang adekuat gagal memberikan hasil yang memuaskan 4. Pasien yang mempertimbangkan transplantasi rambut perlu dirujuk ke dokter spesialis bedah plastik atau dermatologi yang berpengalaman dalam prosedur ini 2.
Platelet-Rich Plasma (PRP): Terapi PRP melibatkan penyuntikan konsentrasi trombosit pasien sendiri ke kulit kepala untuk merangsang pertumbuhan rambut. Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas PRP dalam pengobatan AGA, dan kombinasi PRP dengan minoxidil menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan salah satu terapi saja 4. Namun, bukti yang ada masih bervariasi dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk standardisasi protokol.
Terapi Lain: Beberapa terapi lain seperti microneedling, pulsed electromagnetic field (PEMF) therapy, dan terapi laser fraksional sedang dieksplorasi efikasinya dalam pengobatan AGA 25. Selain itu, beberapa suplemen seperti minyak biji labu, saw palmetto, ekstrak melatonin, ekstrak kafein, dan minyak rosemary juga diteliti, meskipun bukti ilmiah yang kuat masih terbatas 12.
Tips untuk Praktik Klinis
Dalam menangani pasien dengan dugaan AGA, dokter umum dapat mengikuti algoritma pendekatan berikut:
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk mengidentifikasi pola kerontokan rambut yang khas dan menyingkirkan penyebab lain.
Pertimbangkan penggunaan dermoskopi jika tersedia untuk membantu diagnosis.
Untuk pria dengan AGA ringan hingga sedang, terapi farmakologis (minoxidil topikal 5% dan/atau finasteride oral 1 mg per hari) dapat dipertimbangkan sebagai lini pertama.
Untuk wanita, minoxidil topikal (2% atau 5%) adalah pilihan lini pertama. Pertimbangkan pemeriksaan tambahan (hormon, zat besi, tiroid) terutama jika ada gejala atipikal. Hindari finasteride oral pada wanita usia subur.
Diskusikan pilihan terapi, potensi manfaat, dan risiko dengan pasien.
Dokter umum sebaiknya merujuk pasien ke dokter spesialis dermatologi dalam kondisi berikut 2:
Diagnosis tidak pasti atau pola kerontokan rambut atipikal.
Adanya tanda-tanda peradangan atau jaringan parut pada kulit kepala.
Pasien tidak merespons terhadap terapi lini pertama.
Pasien mempertimbangkan transplantasi rambut.
Wanita dengan kerontokan rambut disertai tanda-tanda hiperandrogenisme atau kondisi medis lain yang mendasarinya.
Kasus AGA onset dini pada pasien muda.
Pasien dengan kekhawatiran psikologis yang signifikan terkait kerontokan rambut.
Konseling pasien memegang peranan penting dalam keberhasilan penatalaksanaan AGA. Dokter perlu memberikan informasi yang jelas dan realistis mengenai ekspektasi terapi, menekankan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, mendiskusikan potensi efek samping obat, dan memberikan dukungan psikologis jika diperlukan.
Kesimpulan
Diagnosis Alopecia Androgenetik pada dokter umum terutama didasarkan pada pola kebotakan klinis yang khas dan anamnesis yang cermat. Minoxidil topikal dan finasteride oral (untuk pria) merupakan terapi farmakologis utama dengan bukti efikasi yang kuat. Dokter umum perlu memahami dosis dan potensi efek samping dari kedua obat ini. Terapi non-farmakologis seperti LLLT dan transplantasi rambut juga merupakan pilihan yang tersedia. Dokter umum memiliki peran penting dalam penanganan awal AGA dan harus mengetahui kapan merujuk pasien ke dokter spesialis dermatologi untuk penanganan yang lebih lanjut.
Androgenetic Alopecia - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28613674/
Androgenetic Alopecia - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed March 30, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430924/
Androgenetic alopecia: An update - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37823040/
Treatment options for androgenetic alopecia: Efficacy, side effects, compliance, financial considerations, and ethics - PubMed Central, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9298335/
Comorbidities in Androgenetic Alopecia: A Comprehensive Review - PMC - PubMed Central, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9483356/
Androgenetic Alopecia: A Review - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38826011/
Expert consensus on the management of Androgenetic Alopecia in India - PubMed Central, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6580804/
Alopecia - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed March 30, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538178/
Androgenetic alopecia: a review - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28349362/
Diagnostic and grading criteria for androgenetic alopecia using dermoscopy - PMC, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10966552/
Efficacy and Safety of Oral Minoxidil 5 mg Once Daily in the Treatment of Male Patients with Androgenetic Alopecia: An Open-Label and Global Photographic Assessment, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7649170/
Androgenetic Alopecia: Therapy Update - PMC - PubMed Central, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10173235/
The effectiveness of treatments for androgenetic alopecia: A systematic review and meta-analysis - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28396101/
Minoxidil - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed March 30, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482378/
Androgenetic alopecia (male pattern hair loss) in the United States: what treatments should primary care providers recommend? - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24170634/
Efficacy and safety of low-dose oral minoxidil in the management of androgenetic alopecia, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38315101/
Side Effects' Frequency Assessment of Low Dose Oral Minoxidil in Male Androgenetic Alopecia Patients - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39911974
High-dose oral minoxidil for the treatment of androgenetic alopecia - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/40073970/
Efficacy and safety of topical finasteride spray solution for male androgenetic alopecia: a phase III, randomized, controlled clinical trial, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9297965/
An open, randomized, comparative study of oral finasteride and 5% topical minoxidil in male androgenetic alopecia - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15316165/
Finasteride - StatPearls - NCBI Bookshelf, accessed March 30, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513329/
Topical Finasteride: A Comprehensive Review of Androgenetic Alopecia Management for Men and Women - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37818522/
Topical finasteride for the treatment of male androgenetic alopecia and female pattern hair loss: a review of the current literature - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32538225/
Safety Profile of Finasteride: Distribution of Adverse Effects According to Structural and Informational Dichotomies of the Mind/Brain - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28161756/
Physical Treatments and Therapies for Androgenetic Alopecia, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39124800/
Meta-Analysis of Efficacy of Platelet-Rich Plasma Combined with Minoxidil for Androgenetic Alopecia - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38789807/
Efficacy of non-surgical treatments for androgenetic alopecia: a systematic review and network meta-analysis - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29797431/
Complementary and alternative supplements: a review of dermatologic effectiveness for androgenetic alopecia - PubMed, accessed March 30, 2025, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38174012/
Complementary and Alternative Treatments for Alopecia: A Comprehensive Review - PMC, accessed March 30, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6388561/